Uni Eropa: Taliban Menangkan Perang, Kita Harus Bicara dengan Mereka
Karena kelompok militan itu telah memenangkan perang maka UE harus menjalin komunikasi dengan mereka.
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, BRUSSELS - Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa (UE) Josep Borrell mengatakan ada banyak pelajaran yang bisa dipetik dari apa yang terjadi di Afghanistan dan pengambilalihan kekuasaan yang dilakukan milisi Taliban.
Karena kelompok militan itu telah memenangkan perang maka UE harus menjalin komunikasi dengan mereka.
"Setiap kerja sama yang dilakukan UE dengan pemerintah baru Afghanistan akan dikondisikan pada penyelesaian damai dan inklusif serta penghormatan terhadap hak-hak dasar semua warga Afghanistan, termasuk perempuan, pemuda dan orang-orang yang masuk dalam kelompok minoritas," kata Borrell, pada hari Senin lalu.
Baca juga: Penasihat Gedung Putih: Alutsista AS yang Jatuh ke Tangan Taliban Cukup Banyak
Ia juga menggarisbawahi 'penghormatan terhadap komitmen lain' seperti memerangi korupsi dan mencegah penyalahgunaan wilayah Afghanistan oleh teroris.
"UE akan terus memberikan bantuan kepada rakyat Afghanistan," jelas Borrell.
Borrell pun turut menyerukan agar Taliban menghormati hukum humaniter internasional.
Dikutip dari laman Russia Today, Rabu (18/8/2021), kelompok itu saat ini memiliki kendali penuh atas Afghanistan, karena pemerintah yang selama ini didukung Amerika Serikat (AS) dan didirikan pada 2001 itu mengalami keruntuhan secara total.
"Taliban telah memenangkan perang, sehingga kami harus berbicara dengan mereka. Kita harus berhubungan dengan pihak berwenang di Kabul, apapun mereka, untuk terlibat dalam dialog sesegera mungkin demi mencegah bencana kemanusiaan dan potensi migrasi," tegas Borrell, mengakui realitas politik yang kini terjadi di Afghanistan.
Realita baru ini, kata dia, muncul 20 tahun setelah dimulainya operasi militer yang diluncurkan oleh AS yang didukung dukungan NATO pada Oktober 2001.
Ia kemudian mencatat bahwa komitmen militer dan politik yang selama ini difokuskan untuk menghancurkan kelompok teroris Al-Qaeda, kini 'beralih ke pembangunan bangsa' dari sebuah negara modern di Afghanistan.
"Bagian pertama dari misi memang berhasil, namun tidak untuk yang kedua,” papar Borrell.
Pernyataan Borrell itu disampaikan setelah berlangsungnya pertemuan para Menteri Luar Negeri Uni Eropa, dan konsultasi mereka dengan Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg serta Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken.
Runtuhnya tentara Afghanistan secara tiba-tiba telah mengejutkan semua orang, karena dalam melatih mereka, negara Barat telah menghabiskan banyak uang dan usaha.
"Saya pikir bahkan Taliban terkejut dengan kemenangan mereka," tegas Borrell.
Lebih lanjut ia menekankan bahwa negara Barat harus mengakui kesalahan yang telah dilakukan terkait pelatihan terhadap militer Afghanistan.
"Kita harus mengakui bahwa kesalahan telah dibuat, terutama saat menyangkut evaluasi kapasitas militer tentara Afghanistan untuk melawan serangan Taliban," jelas Borrell.
Ia mencatat bahwa saat ini adalah waktu yang tepat untuk melihat masa depan dan fokus pada tujuan untuk mengevakuasi personel UE dan warga Afghanistan yang telah membantu misi UE di negara itu.