Wali Kota Perempuan di Afghanistan Khawatir Taliban akan Membunuhnya
Ghafari mengaku tidak bisa meninggalkan keluarganya dan tidak memiliki tempat untuk pergi bahkan jika dirinya mencoba melarikan diri dari Taliban
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Eko Sutriyanto
Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, MAIDAN SHAR - Zarifa Ghafari, seorang Wali Kota perempuan pertama Maidan Shar, sebuah kota 'konservatif' di Afghanistan, mengaku bahwa ia khawatir Taliban akan membunuhnya dan pejabat perempuan terkemuka lainnya setelah berhasil mengambil alih Afghanistan.
"Saya duduk di sini menunggu mereka (Taliban) datang, tidak ada yang membantu saya atau keluarga saya.
Saya hanya duduk bersama keluarga dan suami saya, dan mereka akan datang untuk orang-orang seperti saya dan membunuh saya," kata Ghafari.
Ghafari menjelaskan bahwa ia tidak bisa meninggalkan keluarganya dan tidak memiliki tempat untuk pergi bahkan jika dirinya mencoba melarikan diri dari Taliban.
Perlu diketahui, dalam perkembangan situasi terbaru di negara itu, Taliban telah mengumumkan amnesti komprehensif bagi para pejabat di pemerintahan Presiden Ashraf Gani yang 'telah mengundurkan diri'.
Taliban mendesak agar para pejabat kembali melanjutkan tugas, termasuk pejabat perempuan, yang pernah dilarang bekerja di bawah rezim Taliban pra-2001 di negara itu.
Kelompok pemberontak tersebut mengatakan bahwa perempuan akan diizinkan untuk memiliki pekerjaan dan pendidikan di bawah rezim baru.
Baca juga: Taliban Sita Sebagian Besar Alat Militer Canggih AS yang Dipasok untuk Tentara Afghanistan
Wali Kota Perempuan Pertama di Kota 'Konservatif'
Dikutip dari laman Sputnik News, Selasa (17/8/2021), 3 minggu yang lalu, Ghafari menyatakan keyakinannya bahwa terlepas dari pengepungan yang dilakukan Taliban, Afghanistan dapat memiliki masa depan.
Menurutnya, hal itu karena populasi yang lebih muda 'akan terus berjuang untuk memperjuangkan kemajuan dan hak-hak warga sipil'.
Meskipun ia bukan merupakan Wali Kota perempuan pertama di Afghanistan, Ghafari adalah orang termuda yang memegang jabatan ini di negara itu.
Ia juga menjadi perempuan pertama yang menjadi Wali kota di kota Maidan Shar, Provinsi Wardak, yang letaknya tidak jauh dari Kabul.
Kota ini termasuk yang paling konservatif di Afghanistan.
Menariknya, ditunjuknya Ghafari oleh Presiden Ashraf Ghani pada 2018 sebagai Wali Kota di Maidan Shar ternyata tidak berjalan mulus.
Karena pada hari pertama tugasnya, gerombolan laki-laki yang membawa tongkat dan batu datang mengepung kantornya, ini tentu saja membuatnya harus mengamankan diri.
Beberapa bulan kemudian, setelah Gubernur provinsi Wardak mengundurkan diri setelah dituduh melakukan serangan massa, ia pun kembali ke Maidan Shar dan kembali mengemban tanggung jawabnya sebagai Wali Kota.
Saat itu, Ghafari pun masih harus bolak-balik dari Kabul ke tempat kerjanya untuk alasan keamanan.
Namun setelah Taliban melancarkan serangan terbaru, ia dipindahkan ke Kementerian Pertahanan di Kabul, di mana dirinya ditugaskan untuk menjaga kesejahteraan tentara dan warga sipil yang terkena dampak serangan teroris.
Taliban memang telah merebut kekuasaan di Afghanistan saat Presiden Ashraf Ghani memutuskan untuk mengundurkan diri dan meninggalkan negara itu.
Kelompok militan ini pun diperkirakan akan memulihkan rezim konservatif berbasis syariah yang berlaku sebelum invasi AS pada 2001 lalu.
Selain itu, kelompok ini juga telah berjanji untuk memberikan kebebasan tertentu bagi kaum perempuan.