SOSOK Mullah Abdul Ghani Baradar, Pemimpin Taliban yang Pulang Kampung setelah 20 Tahun Pengasingan
Pemimpin Taliban, Mullah Abdul Ghani Baradar, akhirnya kembali ke Afghanistan setelah 20 tahun dalam pengasingan.
Penulis: Pravitri Retno Widyastuti
Editor: Daryono
TRIBUNNEWS.COM - Pemimpin Taliban, Mullah Abdul Ghani Baradar, tiba di Afghanistan pada Selasa (17/8/2021) setelah 20 tahun dalam pengasingan.
Ia mendarat di Kota Kandahar, Afghanistan selatan, tempat dimana Taliban lahir.
Dikutip dari AP News, Baradar disambut oleh simpatisan saat turun dari pesawat pemerintah Qatar.
Baradar merupakan satu dari empat orang yang mendirikan Taliban pada 1994.
Dilansir Hindustan Times, Baradar lahir pada 1968 di Provinsi Uruzgan.
Baca juga: Ashraf Ghani Akhirnya Muncul, Bantah Kabur dari Afghanistan, Klaim Diusir tanpa Sempat Ganti Sepatu
Baca juga: Jubir Taliban Zabihullah Mujahid Akhirnya Muncul, Bertahun-tahun Jadi Sosok Misterius
Ia pernah bertempur melawan Soviet di tahun 1980-an saat tergabung dalam Mujahidin Afghanistan.
Pada 1989, setelah Soviet pergi dan Afghanistan dilanda perang saudara, Baradar mendirikan madrasah di Kandahar bersama Mullah Muhammad Omar.
Bermula dari situ, Baradar dan Omar kemudian mendirikan Taliban.
Mereka mulai berkuasa di tahun 1996.
Interpol menggambarkan Baradar sebagai wakil menteri pertahanan Taliban - peran ini diembannya sampai Taliban digulingkan pada 2001.
Wartawan BBC, Ilyas Khan, mengatakan Baradar juga dekat dengan dinas intelijen Pakistan, ISI.
Ia adalah satu di antara orang kepercayaan Omar, kata pejabat senior Afghanistan.
"Istrinya adalah saudara perempuan Mullah Omar. Ia mengendalikan uang."
"Ia melancarkan beberapa serangan paling mematikan terhadap pasukan keamanan kami," terang pejabat itu di tahun 2010.
Baradar menjadi satu-satunya pemimpin Taliban yang secara pribadi ditunjuk sebagai wakil oleh Omar, sebelum Omar meninggal.
Baca juga: SOSOK Zabihullah Mujahid Jubir Taliban yang Akhirnya Muncul, Selama Ini Hanya Bersuara via Telepon
Baca juga: Pemimpin Taliban Telah Kembali dari Pengasingan, Siap Bentuk Pemerintahan di Afghanistan
Ia jauh lebih banyak terlihat dibanding pemimpin tertinggi Taliban saat ini, Maulawi Hibatullah Akhunzada, yang diyakini bersembunyi di Pakistan.
Baradar ditangkap oleh otoritas Pakistan di Karachi pada 2010.
Ia kemudian ditahan di Pakistan.
Namun, pada 2018, atas permintaan Amerika Serikat (AS), Baradar dibebaskan dan dipindahkan ke Doha, Qatar.
Mengutip Times of Israel, dari situlah Baradar ditunjuk sebagai kepala kantor politik Taliban dan mengawasi penandatanganan perjanjian penarikan dengan AS.
Pada Februari 2020, ia hadir selama penandatanganan Perjanjian Doha, di mana AS akan menarik pasukannya.
Sebagai imbalannya, Taliban berjanji untuk tidak membiarkan ekstremis menggunakan Afghanistan sebagai pangkalan untuk menyerang AS atau sekutunya.
Pernah Datang ke Indonesia
Pada 2019 lalu, Baradar pernah datang ke Jakarta, Indonesia.
Kedatangan Baradar saat itu diumumkan oleh juru bicara Taliban, Zabihullah Mujahid.
Baca juga: Afghanistan Dipimpin Taliban, Golkar: Pemerintah Harus Tetap Lanjutkan Hubungan Diplomatik
Baca juga: Taliban Dapat Keuntungan dari Dana 83 Miliar Dolar yang Dikucurkan AS untuk Afghanistan
Dilansir Tribunnews, kedatangan Baradar ke Jakarta dalam rangka menghadiri Konferensi Ulama dan Cendekiawan Muslim, di mana Indonesia menjadi tuan rumah.
Baradar saat itu disambut Jusuf Kalla yang masih menjabat sebagai Wakil Presiden, di rumah dinasnya.
Janji Taliban pada Rakyat Afghanistan
Juru bicara Taliban, Zabihullah Mujahid, akhirnya muncul setelah bertahun-tahun menjadi sosok misterius.
Mujahid yang selama ini hanya bersuara di ujung telepon, menampakkan wajahnya untuk pertama kali di hadapan wartawan pada Selasa (17/8/2021) waktu setempat.
Dikutip dari BBC, dalam konferensi pers, Selasa, Mujahid berjanji akan menghormati hak-hak perempuan dan memaafkan mereka yang memerangi Taliban.
Kendati demikian, Mujahid tidak menjelaskan lebih lanjut soal pernyataan Taliban yang mengatakan akan menghormati hak-hak perempuan.
Namun, Taliban telah mendorong perempuan untuk kembali bekerja dan mengizinkan anak-anak gadis kembali bersekolah.
Mengutip AP News, Taliban juga memastikan Afghanistan tidak menjadi surga bagi teroris.
Mujahid mengatakan, Taliban tidak akan membiarkan Afghanistan digunakan sebagai pangkalan untuk menyerang negara lain, seperti pada tahun-tahun sebelum tragedi 9/11.
Baca juga: Pengamat Nilai Taliban Telah Berubah setelah 20 Tahun, tapi Publik Masih Butuh Waktu untuk Percaya
Baca juga: Norwegia Pasrah Alutsista Mereka Akan Jatuh ke Tangan Taliban
Jaminan itu adalah bagian dari kesepakatan damai 2020 yang dicapai antara Taliban dan pemerintahan Donald Trump, yang membuka jalan bagi penarikan tentara Amerika Serikat (AS).
Mujahid menegaskan kembali bahwa Taliban telah menawarkan amnesti penuh pada warga Afghanistan yang bekerja untuk AS dan pemerintah yang didukung Barat.
Dia mengatakan media swasta harus "tetap independen", tetapi jurnalis "tidak boleh melawan nilai-nilai nasional."
Pernyataan ini merupakan bagian dari publisitas yang bertujuan untuk meyakinkan kekuatan dunia dan warga yang ketakutan.
Baca artikel terkait konflk di Afghanistan
(Tribunnews.com/Pravitri Retno W)