Taliban Dapat Keuntungan dari Dana 83 Miliar Dolar yang Dikucurkan AS untuk Afghanistan
Selama 20 tahun, AS mengucurkan dana sebesar 83 miliar Dolar untuk Afghanistan. Tapi, yang mendapat keuntungan justru Taliban.
Penulis: Ika Nur Cahyani
Editor: Pravitri Retno W
Di sisi lain, geriyawan Taliban dengan jumlah kecil dan tanpa perlatan canggih mampu menjadi kekuatan yang unggul.
Taliban dengan cepat menguasai kota-kota penting di Afghanistan hingga berhasil menduduki Istana Kepresidenan di Kabul pada Minggu lalu.
Presiden AS, Joe Biden, mengaku tidak mengira pemerintah Afghanistan akan runtuh oleh Taliban secepat ini.
Stephen Biddle, profesor urusan internasional dan publik di Universitas Columbia dan mantan penasihat komandan AS di Afghanistan, mengatakan pengumuman penarikan pasukan oleh Biden memicu keruntuhan.
"Ketika mereka (pasukan Afghanistan) mengetahui bahwa militer Amerika akan pulang, dorongan untuk menyerah tanpa perlawanan 'menyebar seperti api'," katanya.
Latihan pembangunan kekuatan Afghanistan sangat bergantung pada sumbangan Amerika, hingga Pentagon membayar gaji pasukan Afghanistan.
Namun dilaporkan dana itu beberapa kali dikorupsi oleh oknum pejabat.
Dari sekitar USD 145 miliar yang dihabiskan pemerintah AS untuk membangun kembali Afghanistan, sekitar USD 83 miliar digunakan untuk mengembangkan dan mempertahankan tentara dan polisi negara ini, menurut Special Inspector General for Afghanistan Reconstruction.
USD 145 miliar adalah tambahan dari USD 837 miliar yang dihabiskan Amerika Serikat untuk berperang, dimulai sejak invasi pada Oktober 2001.
Baca juga: Persenjataan Perang Taliban Semakin Modern
Baca juga: Taliban Tebar Ancaman kepada Wanita Afghanistan, Aktivis : Saya Menangis dan Takut
Dana sebesar USD 83 miliar yang diinvestasikan untuk pasukan Afghanistan selama 20 tahun, besarnya hampir dua kali lipat dari anggaran untuk seluruh Korps Marinir AS tahun lalu.
Biaya ini juga melebihi anggaran pemerintah AS pada tahun lalu untuk memberi bantuan kupon makanan bagi 40 juta warga Amerika Serikat.
Dalam bukunya 'The Afghanistan Papers', jurnalis Craig Whitlock menulis bahwa AS mencoba memaksakan cara-cara Barat kepada rekrutmen militer Afghanistan.
Mereka dinilai tida memikirkan apakah layak miliaran dolar digelontorkan untuk pelatihan para tentara ini.
(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)