Boris Johnson Dikabarkan Akan Tekan Biden Tunda Penarikan Pasukan dari Afghanistan
Perdana Menteri (PM) Inggris Boris Johnson akan menekan Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden untuk menunda penarikan pasukan Amerika dari Afghanist
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, LONDON - Perdana Menteri (PM) Inggris Boris Johnson akan menekan Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden untuk menunda penarikan pasukan Amerika dari Afghanistan.
Permintaan ini rencananya disampaikan selama berlangsungnya pertemuan virtual G7 pada Selasa besok.
"Fokus utama G7 adalah pada strategi jangka panjang di Afghanistan, namun mereka tentu saja akan membahas upaya evakuasi yang dapat dilakukan saat ini," kata seorang sumber di Downing Street pada hari Minggu kemarin.
Sebelumnya pada hari Minggu, Johnson mengumumkan bahwa para pemimpin negara-negara G7 akan mengadakan pembicaraan darurat tentang situasi di Afghanistan pada 24 Agustus besok.
Sementara itu, Sekretaris Pers Gedung Putih Jen Psaki mengkonfirmasi partisipasi Biden dalam pertemuan virtual agenda KTT itu.
Psaki menambahkan bahwa pembicaraan akan berfokus pada upaya evakuasi warga Amerika dan warga Afghanistan yang 'rentan' diserang serta bantuan kemanusiaan untuk para pengungsi.
Baca juga: Sepekan di Bawah Taliban, Bank di Afghanistan Tutup dan Harga Sembako Naik 20 Persen
Dikutip dari laman Sputnik News, Senin (23/8/2021), para menteri Inggris secara pribadi telah menekan AS selama berhari-hari untuk mempertimbangkan penundaan penarikan pasukan demi mengurangi tekanan di Bandara Kabul, ibu kota Afghanistan.
Biden mengatakan pada hari Minggu kemarin bahwa diskusi sedang berlangsung dengan pejabat militer Amerika tentang kemungkinan perpanjangan misi evakuasi Afghanistan melampaui batas waktu 31 Agustus mendatang.
Sebelumnya, banyak negara yang mulai mengevakuasi warga dan personel diplomatiknya dari Afghanistan setelah Taliban memasuki Kabul pada 15 Agustus lalu.
Presiden Afghanistan Ashraf Ghani pun menyatakan pengunduran dirinya dan meninggalkan negara itu 'mengungsi' ke Uni Emirat Arab (UEA).
Ghani mengklaim langkah ini ia ambil untuk mencegah apa yang ia gambarkan sebagai pertumpahan darah, karena para militan tentu akan menyerang ibu kota jika ada perlawanan dari pemerintahan.
Dalam percakapan telepon dengan Emir Qatar Tamim bin Hamad al-Thani, Biden menggambarkan evakuasi orang-orang dari Afghanistan setelah jatuhnya Kabul sebagai 'pengangkutan orang terbesar dalam sejarah'.
"Kepala Kantor Politik Taliban, Abdul Ghani Baradar, selama dua pekan ke depan kemungkinan akan membuat keputusan mengenai struktur pemerintahan Afghanistan di masa depan," kata seorang sumber di Taliban.
Pada hari Kamis lalu, Menteri Luar Negeri Inggris Dominic Raab mengumumkan bahwa para Menteri Luar Negeri negara anggota G7 mendesak Taliban untuk menjamin perjalanan yang aman bagi warga Afghanistan dan orang asing yang akan keluar dari Kabul.
Raab, yang memimpin panggilan konferensi Menlu AS, Kanada, Prancis, Jerman, Italia dan Jepang, mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa tujuh negara akan melanjutkan upaya untuk mengevakuasi orang-orang yang rentan mendapatkan serangan Taliban dari kota Kabul.