Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Apa Itu Sindrom Havana? Penyakit Misterius yang Menyerang Pejabat AS, Rusia Dicurigai sebagai Dalang

Penyakit misterius yang disebut Sindrom Havana terjadi pada ratusan pejabat AS di dalam dan luar negeri. Rusia dicurigai dalang serangan sonik itu

Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Arif Fajar Nasucha
zoom-in Apa Itu Sindrom Havana? Penyakit Misterius yang Menyerang Pejabat AS, Rusia Dicurigai sebagai Dalang
Express UK
Penyakit misterius yang disebut Sindrom Havana terjadi pada ratusan pejabat AS di dalam dan luar negeri. Rusia dicurigai dalang serangan sonik itu 

TRIBUNNEWS.COM - Amerika Serikat disiagakan minggu lalu menyusul laporan sedikitnya dua pejabat diduga terkena sindrom Havana.

Laporan terbaru bahkan muncul di Vietnam, yang membuat Wakil Presiden Kamala Harris menunda perjalanannya dari Singapura ke Hanoi.

Sejak 2016, penyakit misterius itu telah mempengaruhi hampir 130 pejabat AS, termasuk 50 personel CIA.

Meskipun penyebab pasti sindrom Havana masih misteri, gejala penyakitnya yaitu pusing, mual, dan sakit kepala yang tidak terduga.

Dalam beberapa kasus, para korban melaporkan mendengar "suara yang menusuk".

Baca juga: Kunjungan Wapres AS Kamala Harris ke Vietnam Sempat Tertunda karena Adanya Laporan Sindrom Havana

Baca juga: Veteran Pencari Osama Pimpin Satgas CIA Menyelidiki “Sindrom Havana” pada Mata-mata dan Diplomat

Gejala itu lah yang menimbulkan spekulasi tentang adanya penggunaan persenjataan sonik terhadap personel pemerintah AS.

Dilansir Express, kasus pertama sindrom Havana dilaporkan terjadi pada staf kedutaan AS dan Kanada di Kuba tahun 2016 lalu.

BERITA REKOMENDASI

Sindrom yang sama juga dilaporkan di seluruh dunia dengan sebaran kasus di AS, Austria, China, Jerman dan baru-baru ini Vietnam.

Sebaran kasus Sindrom Havana
Sebaran kasus Sindrom Havana (Express UK)

Tahun 2017, mantan Presiden AS Donald Trump menyalahkan Kuba, menuduh negara komunis itu mendalangi serangan terhadap personel AS.

Trump berkata: "Saya percaya Kuba yang bertanggung jawab. Saya percaya itu."

"Dan itu adalah serangan yang sangat tidak biasa, seperti yang Anda tahu."

"Tapi saya yakin Kuba yang bertanggung jawab."


Sejak insiden Kuba, penyelidikan resmi oleh AS telah mengungkap lebih dari belasan contoh penyakit atau gejala serupa, termasuk dugaan serangan di luar Gedung Putih.

Satu insiden di AS tercatat di luar Washington DC dan melibatkan seorang pegawai Dewan Keamanan Nasional.

Insiden tersebut tidak luput dari perhatian pemerintah saat ini.

Tim Presiden AS Joe Biden menyelidiki apa yang mereka sebut "insiden kesehatan anomali".

Pejabat pemerintah AS menduga gejala yang terkait dengan sindrom Havana adalah akibat langsung dari serangan sonik atau gelombang mikro yang ditargetkan.

Tidak seperti senjata api dan bom konvensional, jenis serangan ini dapat dilakukan secara diam-diam dan tanpa terlihat adanya kerusakan.

China dan Rusia dikatakan memiliki senjata semacam itu dan sebuah perusahaan AS telah mengembangkan prototipe pada awal 2004.

Presiden AS Joe Biden dan Presiden Rusia Vladimir Putin di Villa la Grange di Jenewa pada 16 Juni 2021.
Presiden AS Joe Biden dan Presiden Rusia Vladimir Putin di Villa la Grange di Jenewa pada 16 Juni 2021. (DENIS BALIBOUSE / POOL / AFP)

Senjata tersebut, dengan nama sandi MEDUSA atau Mob Excess Deterrent Using Silent Audio, dirancang sebagai "sistem ketidakmampuan personel sementara".

Senjata tidak mematikan itu menggunakan "efek pendengaran gelombang mikro" atau MAE untuk menginduksi sensasi suara berbahaya di kepala.

Menurut laporan tahun 2004, senjata tersebut dapat menghalangi orang memasuki kawasan lindung atau "melumpuhkan individu tertentu untuk sementara".

Laporan tersebut menyatakan: "Sistem itu berbentuk portabel, membutuhkan daya rendah, memiliki radius jangkauan yang dapat dikontrol, dapat beralih dari cakupan kerumunan ke individu, menyebabkan efek melumpuhkan sementara, memiliki kemungkinan kematian atau cedera permanen yang rendah, menyebabkan tidak merusak properti, dan memiliki kemungkinan kecil untuk mempengaruhi personel yang ramah."

Menurut laporan intelijen AS dari 2018, ada kemungkinan Rusia telah menggunakan teknologi serupa terhadap personel pemerintah AS.

Pada saat itu, China dan Rusia sama-sama dicap sebagai penyebab paling mungkin di balik "serangan" tersebut.

Dalam kesaksian di depan Kongres, Peter Bodde, duta besar AS kedelapan untuk Libya, mengatakan kepada panel Komite Urusan Luar Negeri DPR:

"Departemen Luar Negeri telah memutuskan bahwa itu adalah sebuah serangan."

Sumber di dalam pemerintah AS juga mengatakan kepada NBC tiga tahun lalu bahwa "tidak ada alasan untuk percaya bahwa insiden ini adalah tindakan yang disengaja."

Tetapi para pembantu utama Biden diberitahu awal bulan ini bahwa para ahli masih berusaha untuk menemukan bukti untuk mendukung teori utama, bahwa Rusia terlibat dalam insiden kesehatan ini.

Para ahli terus menyelidiki apakah sinar gelombang mikro, yang juga dikenal sebagai senjata sonik, bisa menjadi biang keladinya.

Seorang pejabat mengatakan kepada New York Times:

"Ada kemungkinan bahwa kasus ini dimulai sebagai upaya spionase yang berubah menjadi cara serangan diam-diam."

"Tetapi bagian yang membuat frustrasi adalah masih belum ada kesimpulan yang pasti."

"Hal ini akan memungkinkan presiden untuk memanggil Rusia, seperti yang dia lakukan soal serangan siber."

(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas