PBB Peringatkan Potensi Krisis Pangan, Taliban Gelar Parade Senjata Jarahan dari Militer AS
PBB memperingatkan potensi krisis pangan di Afghanistan dalam satu bulan saat Taliban menggelar parade senjata jarahan dari militer AS.
Penulis: Rica Agustina
Editor: Sri Juliati
TRIBUNNEWS.COM - Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memperingatkan Taliban mengenai potensi krisis pangan di Afghanistan.
Dikatakan PBB, Afghanistan dapat menghadapi krisis pangan dalam waktu satu bulan, di mana satu dari tiga orang kemungkinan akan kelaparan.
Koordinator kemanusiaan PBB di Afghanistan, Ramiz Alakbarov menambahkan, lebih dari separuh anak-anak di negara itu sudah berjuang untuk mendapatkan makanan yang akan dimakan berikutnya.
"Situasi dari sudut pandang kemanusiaan terus menjadi sangat tegang," kata Alakbarov sebagaimana dilansir Al Jazeera.
Diketahui, dalam beberapa hari terakhir harga pangan dan harga bahan bakar minyak (BBM) di Afghanistan mengalami peningkatan secara drastis.
Baca juga: Pemimpin Taliban Hibatullah Akhundzada Bakal Jadi Otoritas Tertinggi Afghanistan, Ini Profilnya
Untuk harga pangan mengalami peningkatan sekitar 50 persen, sedangkan BBM sekitar 75 persen.
Peningkatan harga tersebut diperparah dengan ditutupnya sebagian besar bantuan internasional.
Alakbarov mengatakan, layanan pemerintah tidak dapat berfungsi dan pegawai negeri tidak menerima gaji mereka.
Sementara itu, Taliban, kelompok yang menguasi Afghanistan saat ini, belum membentuk pemerintahan baru.
Selain itu, pengakuan internasional mereka masih dipertanyakan, sehingga menghambat dimulainya kembali bantuan asing.
Baca juga: Dari 700 Jurnalis Wanita, Tak Lebih dari 100 yang Masih Bekerja saat Taliban Ambil Alih Afghanistan
Sebelumnya pada Rabu (1/9/2021) kemarin, kelompok itu justru menggelar parade di Kandahar.
Mereka mengarak beberapa perangkat keras militer Amerika Serikat (AS), termasuk kendaraan lapis baja, yang mereka rebut selama pengambilalihan.
Setidaknya satu helikopter Black Hawk juga telah dilaporkan terbang di atas Kandahar baru-baru ini.
Hal itu menunjukkan bahwa seseorang dari mantan tentara Afghanistan berada di balik kontrol karena Taliban kekurangan pilot.