Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Fumio Kishida Calon Terkuat PM Jepang Setelah Yoshihide Suga Mengundurkan Diri

Calon terkuat hingga hari ini untuk jadi Presiden LDP adalah Fumio Kishida, mantan menteri luar negeri Jepang.

Editor: Dewi Agustina
zoom-in Fumio Kishida Calon Terkuat PM Jepang Setelah Yoshihide Suga Mengundurkan Diri
Foto Mainichi
Mantan Menlu Jepang Fumio Kishida. 

Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Jepang

TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Perdana Menteri Jepang Yoshihide Suga telah mengundurkan diri dari pemilihan Presiden LDP. Ini artinya PM Jepang yang baru akan muncul setelah penghitungan pemilu nasional 17 Oktober 2021.

Calon terkuat hingga hari ini untuk jadi Presiden LDP adalah Fumio Kishida, mantan menteri luar negeri Jepang.

Fumio Kishida mengungkapkan sejumlah program kerjanya jika nanti menjadi PM Jepang.

"Dengan keyakinan rakyat dan "langkah-langkah pertama" di latar depan, saya terkesan dengan perbedaan dari Perdana Menteri Yoshihide Suga, yang menyebabkan ketidakpercayaan dalam menangani corona. Kami juga akan fokus pada penyebaran informasi untuk mengantisipasi perolehan suara lokal, seperti meminta "nol pengungsi medis" (zero iryo namin) dengan pertimbangan kecemasan publik yang disebabkan oleh sikon medis yang sangat ketat saat ini," papar Kishida.

Menurut Kishida, ada banyak suara yang mengatakan bahwa penjelasan pemerintah tentang tindakan corona tidak cukup dan situasi saat ini terlalu optimis. Kishida menekankan pada awal konferensi pers di Diet.

Baca juga: PM Jepang Yoshihide Suga Mundur dari Pencalonan Presiden LDP, Butuh Energi Luar Biasa Hadapi Pandemi

"Kemudian saya mengajukan banding. Kami akan memberikan penjelasan yang meyakinkan untuk mendapatkan kerja sama dari berbagai kalangan masyarakat," ujarnya.

BERITA REKOMENDASI

"Kami akan merespons segera terlebih dahulu," ungkapnya sedikit menyindir PM Jepang Suga saat ini.

Kata "pengungsi medis" atau Iryo Namin, digunakan untuk menggambarkan para penyembuh rumah, yang mengingatkan pada kelambanan politik.

Dia juga menunjukkan bahwa langkah-langkah ekonomi pemerintah "kecil dan kecil, dan (bisnis) tidak dapat melihat dalam jangka menengah hingga panjang."

Namun, sulit untuk mengatakan bahwa rencana konkret untuk tindakan mendesak yang baru.

Pemeliharaan sistem penyediaan perawatan medis adalah tentang "memanfaatkan sepenuhnya kewenangan pemerintah pusat dan daerah.


Saat mengumumkan pembukaan "rumah sakit lapangan" untuk fasilitas medis sementara yang dipimpin oleh pemerintah, hanya ada sedikit referensi tentang langkah-langkah untuk mengamankan tenaga medis.

Ada juga kebijakan utama untuk membentuk "lembaga manajemen krisis kesehatan" dengan otoritas komando yang kuat dalam persiapan untuk krisis kesehatan masyarakat, tetapi "semua orang mengambil tindakan terhadap corona, dan sulit untuk membuat perbedaan dari perdana menteri.

Menteri Luar Negeri Jepang, Fumio Kishida
Fumio Kishida saat menjadi menteri Luar Negeri Jepang. (Koresponden Tribunnews/Richard Susilo)

Meski begitu, kebijakan pertama yang fokus pada corona adalah menciptakan "sikap mendengarkan" yang transparan berbeda dengan perdana menteri yang mengalami komunikasi yang buruk dengan publik, selain tingginya tingkat animo publik.

Namun, Kishida bertanggung jawab atas tindakan corona sebagai ketua politik partai hingga setahun yang lalu.

Seorang anggota veteran dari faksi Kishida memperingatkan.

"Jika nada kritik menjadi terlalu kuat, mungkin akan terpental kembali ke sini," katanya.

Sementara itu beasiswa (ke Jepang) dan upaya belajar bahasa Jepang yang lebih efektif melalui aplikais zoom terus dilakukan bagi warga Indonesia secara aktif dengan target belajar ke sekolah di Jepang. Info lengkap silakan email: info@sekolah.biz dengan subject: Belajar bahasa Jepang.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas