Wanita Afghanistan Dipaksa Menikah Dadakan di Luar Bandara Kabul Agar Bisa Melarikan Diri
Sejumlah wanita Afghanistan dipaksa menikah dadakan di luar Bandara Kabul agar bisa melarikan diri dari negara itu
Editor: hasanah samhudi
TRIBUNNEWS.COM – Pengambilalihan Taliban atas Afghanistan menyisakan cerita miris. Sejumlah wanita Afghanistan mengaku dipaksa menikah di luar Bandara Kabul agar bisa melarikan diri.
Cerita pelarian anak perempuan dan wanita Afghanistan ini didapat saat mereka berada di tempat penampungan sementara di negara ketiga setelah meninggalkan Afghanistan.
CNN mengutip dua sumber yang mengetahui hal ini, saat menangani pengungsi perempuan dari Afghanistan yang ditampung sementara di Uni Emirat Arab.
Sumber tersebut menyebutkan bahwa para pejabat Amerika Serikat yang menangani pengungsi ini melaporkan ke Departemen Luar Negeri AS bahwa anak perempuan Afghanistan dipaksa menikah agar bisa memenuhi syarat untuk evakuasi bisa bisa melarikan diri dari Taliban.
Ada pula wanita Afghan yang tiba di tempat penampungan itu bersama lelaki yang menyamar sebagai suaminya.
Baca juga: Dari 700 Jurnalis Wanita, Tak Lebih dari 100 yang Masih Bekerja saat Taliban Ambil Alih Afghanistan
Baca juga: Taliban Andalkan Pendanaan dari China Untuk Pulihkan Ekonomi, Dukung Jalur Sutra Baru
CNN melaporkan bahwa belum jelas seberapa luas masalah ini, tetapi hal itu telah memicu kekhawatiran bagi diplomat AS di Uni Emirat Arab untuk melapor ke negaranya.
Sumber tersebut mengatakan bahwa beberapa wanita dan gadis Afghanistan yang ditempatkan di salah satu pusat evakuasi di UEA melaporkan bahwa keluarga mereka telah memaksa mereka menikah di luar bandara di Kabul.
Dalam beberapa kasus yang dilaporkan, keluarga membayar ribuan dolar kepada pria yang memenuhi syarat untuk evakuasi untuk menikah atau berpura-pura sebagai suami bagi wanita untuk melarikan diri.
Salah satu sumber CNN mengatakan bahwa diplomat AS di UEA akan memandu petugas di pusat penampungan untuk mengidentifikasi perempuan atau wanita yang menjadi korban perdagangan manusia.
Sementara sumber lain menyebutkan Deplu AS berkoordinasi dengan Kementerian Dalam Negeri dan Kementerian Pertahanan untuk menangani ini.
Baca juga: Taliban Menyerang Kelompok Perlawanan di Lembah Panjshir Setelah Perundingan Gagal
Baca juga: Afghanistan: Cerita orang-orang yang gagal melarikan diri dari Taliban
CNN melaporkan telah menghubungi Deplu AS untuk meminta tanggapan tentang kejadian ini.
Amerika Serikat mengandalkan negara ketiga sebagai tempat transit setelah meninggalkan Kabul.
sebelum warga Afghanistan diterbangkan ke AS atau negara lain.
Di lokasi transit itu, warga Afghanistan ini diproses dan diperiksa sebelum diterbangkan ke Amerika Serikat atau negara lain.
Kembali berkuasanya Taliban di Afghanistan menimbulkan kekhawatiran dan ketakutan warga Afghanistan, terutama perempuan dan wanita, akan pemerintahan kelompok ini pada 1996-2001.
Baca juga: Sosok Gulafroz, Petinggi Polisi Wanita Afghanistan yang Kini Diburu Taliban, Dianggap Berbahaya
Baca juga: Cerita Jurnalis Wanita Pertama yang Wawancarai Taliban, Aturan Jilbab hingga Kaget Militan Datang
Saat itu Taliban menutup sekolah perempuan dan melarang perempuan bekerja.
Setelah invasi pimpinan AS pada tahun 2001, pembatasan terhadap perempuan dilonggarkan.
Kali ini, Taliban berjanji untuk membentuk pemerintahan inklusif Emirat Islam Afghanistan.
Pada beberapa kesempatan, Taliban mengindikasikan perubahan dari era mereka dulu, dengan menyatakan perempuan akan bisa menikmati pendidikan dan bekerja.
Namun kekhawatiran tetap membuat warga Afghanistan berusaha melarikan diri ke luar. (Tribunnews.com/CNN/Hasanah Samhudi)