BERITA FOTO: Perempuan Afghanistan Demo Taliban Menuntut Hak Agar Bisa Sekolah dan Bekerja
Perempuan Afghanistan melakukan aksi protes di luar Istana Kepresidenan di Kabul pada Jumat (3/9/2021) waktu setempat.
Editor: Hasanudin Aco

TRIBUNNEWS.COM, KABUL - Perempuan Afghanistan melakukan aksi protes di luar Istana Kepresidenan di Kabul pada Jumat (3/9/2021) waktu setempat.

Para perempuan tersebut mendesak pemimpin baru Taliban di negara itu untuk menegakkan hak-hak perempuan.

Para perempuan ini memegang plakat dan meneriakkan slogan-slogan untuk menuntut agar suara mereka didengar.

Salah Satu plakat yang dibawa perempuan tersebut berbunyi "Masyarakat di mana perempuan tidak aktif adalah masyarakat yang mati".

Protes itu terjadi sehari setelah sekelompok perempuan berkumpul di provinsi Herat yang menuntut partisipasi mereka dalam pemerintahan dan hak mereka atas pendidikan dan pekerjaan.

Sebelumnya, Para pemimpin Taliban telah berusaha untuk menampilkan citra yang lebih moderat termasuk mengatakan perempuan dan anak perempuan akan dapat bersekolah dan bekerja sesuai dengan hukum Islam.

Sebelumnya, Taliban berjanji untuk melindungi hak-hak perempuan dan kebebasan pers.
“Kami akan mengizinkan perempuan untuk bekerja dan belajar. Kami punya kerangka kerja, tentu saja. Wanita akan sangat aktif di masyarakat tetapi dalam kerangka Islam,” kata Juru Bicara Taliban, Zabihullah Mujahid, pada konferensi pers pertama mereka di Kabul, Selasa (17/8/2021).
Sejak menguasai Afghanistan dalam waktu singkat, Taliban berusaha mencitrakan diri sebagai kelompok yang lebih moderat dibandingkan saat mereka berkuasa pada 1990-an.
“Tidak akan ada diskriminasi terhadap perempuan, mereka akan bekerja bahu-membahu dengan kami,” katanya, seperti dilansir dari Al Jazeera.

Didesak tentang perbedaan pemerintahan baru Taliban dari yang sebelumnya, Mujahid mengatakan bahwa kelompok tersebut telah berkembang dan tidak akan mengambil tindakan yang sama seperti yang mereka lakukan di masa lalu.
“Akan ada perbedaan dalam hal tindakan yang akan kita ambil dibandingkan dengan 20 tahun yang lalu,” katanya.
Pada bagian lain, juru bicara politik Taliban, Suhail Saheen mengatakan, Taliban menghormati hak-hak perempuan, termasuk tidak wajib menggunakan burqa.
"Burqa bukan satu-satunya jilbab yang harus ditaati, ada berbagai jenis jilbab tidak terbatas pada burqa," ujar Juru Bicara Kantor Politik Taliban, Suhail Shaheen, kepada Sky News Inggris, seperti dilansir Channel News Asia.