POPULER Internasional: Filipina Terapkan Pembatasan Baru | Mantan Menteri Afghanistan Jadi Kurir
Berita populer Internasional, di antaranya Pemerintah Filipina akan menerapkan kebijakan pembatasan baru yang dinilai mirip dengan PPKM di Indonesia.
Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Arif Fajar Nasucha
TRIBUNNEWS.COM - Berita populer Tribunnews di kanal Internasional dapat disimak di sini.
Pemerintah Filipina menilai lockdown tidak efektif sehingga akan menerapkan kebijakan pembatasan baru yang dinilai mirip dengan PPKM di Indonesia.
Sementara itu, jenderal top Afghanistan, Abdul Wudod Zara, dilaporkan tewas dalam peperangan antara Taliban dan kelompok pejuang Panjshir.
Pemimpin kelompok Panjshir atau NRF juga sempat menyambut baik diskusi damai, tetapi Taliban ingin mereka menyerahkan diri.
Di saat Afghanistan dilanda krisis, salah satu mantan menterinya menjadi sorotan.
Sayed Sadaat, mantan menteri komunikasi Afghanistan, kini menjadi kurir pengantar makanan setelah pindah ke Jerman.
Selengkapnya, berikut berita populer Internasional dalam 24 jam terakhir.
1. Lockdown Tidak Efektif, Filipina akan Terapkan Kebijakan Pembatasan Mirip di Indonesia?
Filipina termasuk satu negara di Asia Tenggara yang kerap memberlakukan kebijakan lockdown jika kasus Covid-19 melonjak lagi.
Namun setelah beberapa kali diberlakukan Filipina kini menyerah.
Filipina akan mencabut lockdown di ibu kota Manila pekan ini.
Meskipun kasus harian Covid-19 di negara itu justru naik dua kali lipat dibandingkan awal pemberlakuan lockdown.
Perekonomian negara di Asia Tenggara itu dikhawatirkan semakin terpuruk jika terus menerus menerapkan lockdown.
Sebagai gantinya, Filipina akan menguji coba lockdown lokal atau pembatasan dalam beberapa kegiatan masyarakat untuk membangkitkan kembali perekonomian.
Kabarnya pembatasan ini nantinya mirip yang dilakukan di Indonesia seperti PSBB atau PPKM yang pernah dan sedang diberlakukan di Indonesia.
Keputusan pencabutan lockdown tersebut disampaikan juru bicara kepresidenan Filipina, Harry Roque, pada Minggu (5/9/2021).
Baca juga: Malaysia Heran Kasus Covid-19 Indonesia Turun Lebih Cepat Padahal Malaysia Kerap Berlakukan Lockdown
Lebih dari 13 juta warga Manila di-lockdown sejak 6 Agustus, di tengah rekor lonjakan kasus Covid-19 yang dipicu oleh varian Delta.
Langkah untuk mencabut lockdown Manila dimulai pada Rabu (8/9/2021), tetapi ini justru terjadi saat kasus virus corona harian naik dua kali lipat.
2. Jenderal Top Afghanistan Tewas dalam Peperangan Taliban & Kelompok Panjshir, Keponakan Pimpinan NRF
Jenderal top Afghanistan, Abdul Wudod Zara, dilaporkan tewas dalam peperangan antara Taliban dan kelompok pejuang Panjshir.
Ia merupakan keponakan dari pemimpin kelompok Panjshir, Ahmad Massoud.
Tak hanya Wudod Zara, juru bicara kelompok Panjshir, Fahim Dashty, juga dilaporkan tewas.
Kabar ini disampaikan langsung oleh kelompok Panjshir alias Front Perlawanan Nasional (NRF) Afghanistan di media sosial milik mereka.
"Dengan menyesal, NRF Afghanistan kehilangan dua rekan dalam perlawanan suci melawan penindasan dan agresi hari ini."
"Tuan Fahi Dashty, juru bicara NRF dan Jenderal Abdul Wudod Zara, telah menjadi martir. Semoga kenangan mereka abadi," bunyi unggahan tersebut, Senin (6/9/2021), dikutip dari NDTV.
Baca juga: Taliban Lacak Musuh dari Berkas Penggajian dan Email Pegawai Pemerintahan Afghanistan
Baca juga: Taliban Dikabarkan Blokir Empat Pesawat yang Bawa Pengungsi Warga Amerika dari Afghanistan
Di hari yang sama, juru bicara Taliban, Zabihullah Mujahid, mengklaim pihaknya telah mengambil kendali penuh atas Provinsi Panjshir, daerah terakhir di Afghanistan yang dikuasai kelompok perlawanan.
"Dengan kemenangan ini, negara kami benar-benar keluar dari rawa perang," ujarnya, Senin, dilansir AlJazeera.
Gambar-gambar yang beredar di media sosial menunjukkan anggota Taliban berdiri di depan gerbang kompleks gubernur Provinsi Panjshir.
Namun, klaim tersebut dibantah oleh pihak pasukan pemberontak.
3. Pemimpin Oposisi Serukan Negosiasi untuk Damai, tapi Taliban Ingin Mereka Menyerahkan Diri atau Mati
Pemimpin oposisi menyerukan upaya negosisasi damai dengan Taliban saat kelompok ekstremis itu masuk lebih dalam ke wilayah pertahanan mereka di provinsi Panjshir.
Namun sebagai balasan, Taliban memperingati National Resistance Front (NRF) untuk menyerahkan diri atau bersiap untuk mati karena kemenangan mereka sudah di depan mata.
Dilansir Daily Mail, Taliban terus maju untuk menghancurkan pasukan perlawanan di Lembah Panjshir.
Pasukan oposisi NRF dipimpin oleh Saleh dan Ahmad Massoud, putra komandan legendaris anti-Taliban Ahmad Shah Massoud.
Baca juga: Taliban dan Kelompok Oposisi Bertempur di Lembah Panjshir, Keduanya Saling Klaim
Baca juga: Pejuang Panjshir Menjadi Batu Sandungan Pemerintahan Taliban, Ini Fakta-Faktanya
Ribuan pejuang Taliban bergerak menuju Panjshir dari empat arah pada hari Minggu (5/9/2021) dalam upaya untuk mengklaim kekuasaan penuh atas Afghanistan.
Taliban juga telah menaklukkan NRF di pos-pos pegunungan, lapor The Times.
Massoud, pemimpin NRF, mengatakan dalam sebuah postingan di Facebook bahwa dia akan menghentikan pertempuran dan bernegosiasi dengan Taliban.
Tetapi militan Islam itu tidak mau berunding.
4. Sayed Sadaat, Mantan Menteri Afghanistan yang Kini Jadi Kurir Pengantar Makanan di Jerman
Sayed Sadaat dulunya seorang menteri komunikasi Afghanistan sebelum akhirnya pindah ke Jerman demi masa depan yang lebih baik.
Ia pindah ke Jerman sejak Desember lalu dan kini berprofesi sebagai kurir pengantar makanan di kota Leipzig.
Diwawancarai Reuters, Sadaat berkata beberapa orang mengkritiknya karena mengambil pekerjaan itu meski pernah menjadi menteri selama dua tahun sejak 2016.
Tapi baginya sekarang, pekerjaan adalah pekerjaan.
"Saya tidak merasa ada yang salah," ujar pria 49 tahun itu.
"Saya berharap politisi lain juga mengikuti jalan yang sama, bekerja dengan publik daripada hanya bersembunyi."
Baca juga: Taliban Dikabarkan Datangi Rumah ke Rumah, Cari Warga Amerika di Afghanistan
Baca juga: Qatar Akan Operasikan Penerbangan Bantuan Harian Ke Afghanistan
Kisah hidupnya menjadi terkenal setelah kekacauan yang terjadi di negeri asalnya akibat pengambilalihan Taliban.
Keluarga dan teman-temannya juga berusaha pergi, menumpak di pesawat evakuasi atau mencari jalan lain untuk tinggal di negara lain.
Dengan ditariknya pasukan AS di Afghanistan, jumlah pencari suaka di Jerman telah meningkat.
Sejak awal tahun, jumlahnya melonjak lebih dari 130%, menurut data dari Kantor Federal untuk Migrasi dan Pengungsi.
(Tribunnews.com)