Buronan dan Daftar Hitam PBB Jadi Pejabat Pemerintahan Afghanistan, AS Mengaku Khawatir
Amerika Serikat prihatin dengan susunan pemerintahan baru Afghanistan yang dipimpin Taliban.
Penulis: Ika Nur Cahyani
Editor: Arif Tio Buqi Abdulah
![Buronan dan Daftar Hitam PBB Jadi Pejabat Pemerintahan Afghanistan, AS Mengaku Khawatir](https://asset-2.tstatic.net/tribunnews/foto/bank/images/mullah-mohammad-hassan-akhund-kanan.jpg)
Menteri Menjalankan Syariat Islam
Sebelumnya pada Selasa, sebuah pernyataan yang dikaitkan dengan Pemimpin Tertinggi Taliban, Mawlawi Hibatullah Akhundzada mengatakan kepada pemerintah baru untuk menegakkan Hukum Syariah.
Menurut pernyataan yang dirilis dalam Bahasa Inggris itu, Taliban mengaku ingin menjalin hubungan sehat dengan negara tetangga dan negara lainnya.
Taliban, dalam pernyataannya, berjanji akan menghormati hukum dan perjanjian internasional "yang tidak bertentangan dengan Islam, hukum, dan nilai kebangsaan negara".
Perdana Menteri Afghanistan sementara yang baru, Hassan Akhund merupakan mantan Wakil Menteri Luar Negeri Afghanistan dari tahun 1996-2001.
Hassan Akhund merupakan sosok yang berpengaruh dari sisi gerakan agama.
Penunjukannya dipandang sebagai kompromi, setelah laporan baru-baru ini tentang pertikaian antara beberapa tokoh Taliban yang relatif moderat dan rekan-rekan garis keras mereka.
Baca juga: Aturan Taliban Soal Pembagian Gender Di Ruang Kelas Sekolah Di Afghanistan Tuai Pro dan Kontra
Baca juga: WHO: Ratusan Pusat Kesehatan di Afghanistan Terancam Ditutup
![Dalam file foto yang diambil pada 26 Agustus 1999 ini terlihat Perdana Menteri Pakistan Nawaz Sharif menerima Menteri Luar Negeri Afghanistan Mullah Mohammad Hassan Akhund (kanan) di Islamabad. Taliban mengumumkan Mullah Mohammad Hasan Akhund sebagai pemimpin pemerintahan baru mereka di Afghanistan pada 7 September 2021.](https://cdn-2.tstatic.net/tribunnews/foto/bank/images/mullah-mohammad-hassan-akhund-kanan.jpg)
Seorang tokoh senior Taliban mencoba menerangkan saat ditanya alasan tidak ada wanita dalam pemerintahan baru Afghanistan.
Pejabat Taliban itu mengatakan bahwa penyusunan kabinet memang belum selesai.
Meski Taliban mengklaim telah mengendalikan Afghanistan secara penuh, pejuang anti-Taliban di Lembah Panjshir (NRF) menyebut pengumuman kabinet itu ilegal.
Kelompok Taliban kembali menguasai Afghanistan setelah serangan besar-besaran tiga pekan yang lalu.
Kebangkitan militan ini bersamaan dengan penarikan pasukan asing, menandai berakhirnya Perang Afghanistan selama 20 tahun di bawah pimpinan AS.
(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.