Nasionalis Jepang Sanae Takaichi Bicara Ceplas-ceplos Dalam Kampanyenya Rabu Ini
Mantan Menteri Dalam Negeri dan Komunikasi Sanae Takaichi (60) dari Partai Demokrat Liberal (LDP) dalam jumpa persnya yang sekaligus resmi kampanyenya
Editor: Johnson Simanjuntak
Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Jepang
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Mantan Menteri Dalam Negeri dan Komunikasi Sanae Takaichi (60) dari Partai Demokrat Liberal (LDP) dalam jumpa persnya yang sekaligus resmi kampanyenya Rabu ini (8/9/2021) bicara ceplas ceplos yang selama ini banyak orang menganggap tabu.
"Penting mempertahankan garis keturunan laki-laki mengenai suksesi takhta kekaisaran, dan mendukung gagasan memungkinkan kembalinya mantan keluarga kerajaan ke status kekaisaran. Garis kekuasaan kekaisaran adalah sumber legitimasi," tekan Takaichi sang nasionalis yang merasa di atas angin karena di dukung mantan PM Jepang Shinzo Abe dari fraksi Hosoda, fraksi terbesar di LDP.
"Saya minta maaf jika dikritik, tapi ini kebebasan beragama saya," katanya lagi.
Bahwa dikatakan terus terang Takaichi pasti akan nyelar ke kuil pahlawan perang Jepang Yakukuni nantinya.
"Saya akan terus mengunjungi Kuil Yasukuni bahkan setelah saya menjadi perdana menteri," tekannya lagi ceplas ceplos.
Mantan Menteri Dalam Negeri dan Komunikasi Sanae Takaichi dari Partai Demokrat Liberal secara resmi mengumumkan pencalonannya untuk pemilihan presiden pada konferensi pers di Diet pada tanggal 8 September ini.
Dia menekankan bahwa dia akan bekerja pada pelonggaran moneter, mobilisasi fiskal yang gesit dalam keadaan darurat, dan investasi manajemen krisis yang berani dan investasi pertumbuhan di bawah rencana ketahanan ekonomi Jepang bernama "Sana Enomics Three Arrows".
Lebih lanjut, sebagai upaya penanggulangan penyakit menular termasuk virus corona baru, ia menyampaikan niatnya untuk segera mengerjakan kajian undang-undang yang memungkinkan lockdown (pemblokiran kota).
Di Twitter, "Sana Enomics" memasuki peringkat kata yang melonjak. Sementara garis dasar mengikuti kebijakan ekonomi mantan Perdana Menteri Shinzo Abe, ada suara yang mengatakan "Saya memiliki harapan yang tinggi kepada Takaichi. Itu sebabnya ...", tetapi ada banyak yang mempertanyakan nama itu.
"Penamaan yang mungkin digambar orang katanya terlalu buruk. Sulit untuk mengatakannya "Déjà vu" . Saya pikir itu nama kuda. Apakah itu mengeikan?" tambahnya lagi sambil tertawa.
Takaichi dianggap sebagai anak Abe dan citra Abe di masyarakat mulai memudar karena berbagai kasusnya dianggap tidak tuntas.
"Dia (Red.: Takaichi) hanya untuk meramaikan kampanye LDP saja. Popularitas yang ada antara Taro Kono dan Fumio Kishida," ungkap seorang politisi LDP kepada Tribunnews.com Rabu (8/9/2021).
Pemilihan Presiden LDP akan dilakukan 29 September malam ketahuan siapa pemenangnya dan menjadi Presiden LDP.
Apabila menang dan mengantongi banyak kursi di pemilu nasional (majelis rendah) tanggal 20 Oktober mendatang, maka Presiden terpilih LDP tanggal 29 September otomatis akan menjadi PM Jepang yang ke-100.
Dugaan kuat Kono yang kini menjadi Menteri Vaksinasi akan menjadi PM Jepang yang ke-100. Yang pasti semua politisi LDP muda sampai dengan usia 50 tahunan mendukung Kono saat ini.
Sedangkan Ketua fraksi para politisi senior tampaknya tak bisa berbuat apa-apa saat ini terhadap members nya yang kebanyakan adalah politisi muda saat ini, karena ditakutkan akan menjadi bumerang bagi mereka apabila dilakukan perintah keharusan memilih calon ini atau itu. Akibatnya kini para kepala fraksi LDP lebih memberikan kebebaskan kepada para politisi muda untuk memilih calonnya sendiri.