Mayoritas Warga Hidup Andalkan 1 Dolar AS Per Hari, Afghanistan Butuh Dana Untuk Hindari Kehancuran
Ia memperingatkan bahwa negara yang sudah miskin itu dapat mengalami kehancuran bersejarah, jika 'ditinggalkan' negara lainnya.
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Johnson Simanjuntak
Apakah mereka bisa dipercaya untuk memimpin negara itu secara bijak atau tidak, termasuk mengizinkan perjalanan yang aman bagi orang-orang untuk pergi.
Di sisi lain, rival utama AS yakni China yang secara cepat bergerak untuk menjalin komunikasi yang baik dengan Taliban, menuduh tindakan AS telah memperburuk situasi di Afghanistan.
"Aset-aset ini milik Afghanistan dan harus digunakan untuk Afghanistan, bukan sebagai pengungkit untuk ancaman," kata Wakil utusan China untuk PBB, Geng Shuang.
Sedangkan Lyons yang juga merupakan mantan Duta Besar Kanada untuk Afghanistan, mengatakan bahwa perlindungan harus dibuat untuk memastikan bahwa uang ini dibelanjakan di tempat yang perlu dibelanjakan dan tidak disalahgunakan oleh otoritas de facto.
Kendati demikian, ia menekankan bahwa Taliban harus diberikan kesempatan untuk membuktikan apakah mereka telah berubah dan akan menepati janjinya.
"Perekonomian harus dibiarkan bernafas selama beberapa bulan lagi, memberi Taliban kesempatan untuk menunjukkan fleksibilitas dan keinginan tulus untuk melakukan hal-hal yang berbeda kali ini, terutama dari perspektif Hak Asasi Manusia (HAM), gender dan kontraterorisme," tegas Lyons.
Perlu diketahui, program Pembangunan PBB mengatakan bahwa Afghanistan telah menjadi salah satu negara termiskin di dunia, dengan 72 persen warganya hidup 'dengan bekal' tidak lebih dari satu dolar AS per harinya.
Angka itu diprediksi melonjak hingga 97 persen pada pertengahan 2022, karena mulai berkurangnya aliran uang asing dan wabah virus corona (Covid-19) yang semakin parah.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.