Menkeu AS Desak Kongres AS Naikkan Batas Utang, Peringatkan Risiko Gagal Bayar
Janet Yellen pada hari Rabu waktu setempat memperingatkan Ketua DPR AS Nancy Pelosi terkait risiko gagal bayar utang.
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Sanusi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON - Menteri Keuangan Amerika Serikat (AS) Janet Yellen pada hari Rabu waktu setempat memperingatkan Ketua DPR AS Nancy Pelosi terkait risiko gagal bayar utang negara itu yang dapat memiliki konsekuensi drastis bagi pasar keuangannya.
Ia pun mendesak kepemimpinan Partai Demokrat di parlemen untuk menaikkan batas plafon utang sesegera mungkin.
Dikutip dari laman CNBC, Rabu (15/9/2021), Yellen kembali mengulangi pernyataannya bahwa anggota parlemen memiliki waktu hingga Oktober mendatang, sebelum Kementerian Keuangan mengoptimalkan upayanya untuk mencegah apa yang disebut sebagai risiko gagal bayar utang dalam sejarah AS.
Baca juga: Utang Luar Negeri Indonesia Nyaris Tembus Rp 6.000 Triliun
"Penundaan yang mempertanyakan kemampuan pemerintah federal untuk memenuhi semua kewajibannya, kemungkinan akan menyebabkan kerusakan yang tidak dapat diperbaiki pada ekonomi AS dan pasar keuangan global," kata Yellen kepada Pelosi, dalam sebuah surat yang dibuat pada Rabu.
Yellen pun kembali menekankan bahwa DPR AS harus segera mengambil langkah untuk mengatasi hal ini.
"Kami telah belajar dari kebuntuan batas utang masa lalu, bahwa menunggu hingga menit terakhir untuk menunda atau meningkatkan batas utang dapat menyebabkan kerugian serius bagi bisnis dan kepercayaan konsumen, meningkatkan biaya pinjaman jangka pendek bagi pembayar pajak, dan berdampak negatif pada peringkat kredit AS," tegas Yellen.
Baca juga: Setelah Panggil Keluarga Cendana, Satgas BLBI Panggil Keluarga Bakrie, Tagih Utang Rp 22,67 Miliar
Sebagian besar Ekonom juga menilai bahwa risiko gagal bayar utang AS dapat memicu penurunan ekonomi yang parah dan biaya pinjaman pun melonjak di seluruh sektor perekonomian Amerika.
Mirisnya, terlepas dari konsekuensi yang mengerikan itu, anggota parlemen AS dianggap 'hanya membuat sedikit kemajuan'.
Perlu diketahui, plafon utang dapat membuat AS terhindar dari risiko gagal bayar, tentunya mencegah Kementerian Keuangan menerbitkan obligasi baru untuk mendanai kegiatan pemerintah setelah level atau tanggal utang tertentu tercapai.
Level tersebut mencapai 22 triliun dolar AS pada Agustus 2019 dan ditunda hingga akhir Juli 2021.
Batas utang baru itu termasuk pinjaman tambahan AS sejak musim panas 2019.
Baca juga: Taliban Desak Komunitas Internasional Memberikan Bantuan untuk Warga Afghanistan
Kantor Anggaran Kongres AS memperkirakan pada Juli lalu bahwa batas baru utang tersebut kemungkinan akan mencapai 28,5 triliun dolar AS.
Saat ditanya tentang surat yang dikirimkam Yellen selama konferensi pers mingguannya, Pelosi yang juga merupakan anggota Demokrat dari negara bagian California itu mengatakan bahwa partainya tidak akan mengambil risiko yang mempertaruhkan 'kepercayaan dan penghargaan penuh' dari pemerintah AS.
Ia pun melemparkan pernyataan itu ke Partai Republik agar mendukung kenaikan plafon utang seperti yang telah dilakukan Demokrat saat berada di bawah pemerintahan mantan Presiden AS Donald Trump.
Saat itu, pemerintah federal menghasilkan utang lebih dari 7 triliun dolar AS.
"Itu harus terjadi, mudah-mudahan (Partai Republik) akan ikut bertanggung jawab," kata Pelosi.
Pelosi menambahkan bahwa Demokrat tidak akan memasukkan peningkatan utang dalam Rancangan Undang-undang (RUU) rekonsiliasi 3,5 triliun dolar AS mereka.
Suara untuk meningkatkan pagu utang ini tentu tidak akan mengizinkan adanya pengeluaran tambahan dari pemerintah.
Karena peningkatan itu memungkinkan Kementerian Keuangan untuk terus membayar pengeluaran sebelumnya.
Hal ini mirip dengan bagaimana konsumen melunasi tagihan kartu kredit dari bulan sebelumnya.
Sementara itu, Pemimpin Mayoritas Senat Chuck Schumer dari Partai Demokrat untuk negara bagian New York menolak menjawab pertanyaan tentang apakah majelis akan menambahkan ketentuan plafon utang dalam resolusi berkelanjutan.
"Kita memiliki sejumlah cara berbeda untuk menyelesaikan plafon utang, kita harus menyelesaikannya," kata Schumer.
Di sisi lain, karena Kementeriannya tidak diizinkan untuk mengeluarkan utang baru sebelum Kongres menunda atau meningkatkan plafon, Yellen dan 'para pembantunya' telah melirik 'sederet langkah luar biasa' untuk menghemat uang dan menghindar dari pelanggaran batas pinjaman federal.
Langkah-langkah luar biasa ini akan memungkinkan Kementerian Keuangan AS untuk menebus investasi tertentu dalam program pensiun federal dan menghentikan yang baru untuk menghasilkan uang tunai tanpa meningkatkan utang secara keseluruhan.
Namun saat sederet langkah darurat itu habis, tidak ada lagi dana cadangan yang bisa menyokong.
Kecuali jika Kongres membahas mengenai plafon, pembayaran Jaminan Sosial, Medicare, pengeluaran militer, bunga utang AS dan kewajiban lainnya 'yang dihentikan begitu saja'.