Di Senegal, Permintaan Vaksin Meningkat Namun Sulit Didapat
Beberapa warga negara itu bahkan khawatir tentang keamanan vaksin tersebut dan enggan untuk mendapatkannya.
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, DAKAR - Saat seorang guru sains di Senegal, Mbaye Ndiaye tiba di kelasnya setelah mendapatkan dosis pertama vaksin virus corona (Covid-19) AstraZeneca pada April lalu, murid-muridnya langsung bertepuk tangan.
Ia pun terkejut dan bertanya kepada mereka terkait 'mengapa mengucapkan selamat kepadanya'.
"Kami menghargai keberanian anda, Pak," kata seorang siswa.
Perlu diketahui, selama ini desas-desus dan informasi yang salah telah menyertai pandemi Covid-19 dan kampanye vaksinasi di setiap negara, termasuk Senegal.
Baca juga: Rekor Dunia, India Suntikkan 25 Juta Dosis Vaksin Per Hari
Beberapa warga negara itu bahkan khawatir tentang keamanan vaksin tersebut dan enggan untuk mendapatkannya.
Sementara itu, warga lainnya masih bertanya-tanya apakah vaksinasi itu memang diperlukan.
Namun kini perubahan terjadi di Senegal, setelah gelombang ketiga pandemi melanda negara itu.
Baca juga: Tingkat Vaksinasi Covid-19 Malaysia Mendekati 80%, PM Setujui Program Booster untuk Kelompok Rentan
Sehingga saat ini ada lebih banyak orang yang ingin mendapatkan vaksinasi.
Mirisnya, mereka masih mengalami kelangkaan vaksin.
Seperti yang disampaikan Rama Sy, seorang perawat yang bertanggung jawab untuk memberikan vaksinasi pada satu rumah sakit di Senegal.
"Tidak ada dosis pertama dari vaksin merek apapun. Kami tidak tahu kapan dosis baru akan tersedia," kata Rama Sy.
Baca juga: Vietnam Setujui Penggunaan Vaksin Covid-19 Abdala dari Kuba, Diklaim Punya Efikasi 92%
Dikutip dari laman The New York Times, Senin (20/9/2021), pada Juli lalu, gelombang ketiga pandemi menghantam Senegal lebih parah dari yang sebelumnya.
Saat itu fasilitas layanan kesehatan (fasyankes) seperti rumah sakit dinyatakan penuh, dan ada laporan yang menyebut bahwa jumlah pemakaman di pemakaman utama Dakar telah melonjak signifikan.
Tidak hanya itu, Tingkat pengujian (testing) pun tergolong rendah selama beberapa minggu.
Hingga akhirnya pada akhir bulan itu, 38 persen dari populasi Senegal akhirnya melakukannya.
Gelombang ketiga pandemi di Senegal muncul disertai komplikasi, karena bertepatan dengan awal dari apa yang semua orang sebut sebagai 'l hivernage' yang menandakan musim hujan dan musim panas dan cenderung akan membuat orang mudah terkena penyakit malaria, flu serta sakit perut.
Baca juga: Terpukul Pandemi, Thailand Masih Berharap Pada Kedatangan Turis Mancanegara
Gejalanya agak tumpang tindih dengan gejala Covid-19 dan terkadang dokter tidak merekomendasikan dilakukannya tes virus corona, sehingga orang yang sakit ini sering merasa tidak yakin dengan gejala yang mereka miliki.
Pengalaman ini yang akhirnya 'mengilhami' lebih banyak orang Senegal untuk mencari vaksin, jika mereka dapat menemukannya.
Pada akhir Agustus lalu, seperti banyak fasyankes yang tersebar di negara itu, rumah sakit Ngor benar-benar kehabisan vaksin Sinopharm dan Johnson & Johnson, serta hanya dapat memberikan AstraZeneca dosis kedua.
Senegal bukanlah satu-satunya negara di benua Afrika yang kekurangan vaksin.
Karena sejauh ini, hanya 3,7 persen orang di Afrika yang telah divaksinasi secara lengkap, dibandingkan dengan 54 persen populasi Amerika dan 60 persen Uni Eropa (UE).
Hal ini diperparah dengan sikap egois negara kaya yang telah membeli banyak dosis untuk persediaan di masa depan, dan banyak negara Afrika yang tidak dapat bersaing untuk memperoleh vaksin.
Oleh karena itu, untuk sementara waktu mereka hanya mengandalkan penyediaan vaksin melalui Fasilitas Covax, yakni program kemitraan berbagi vaksin global yang diinisiasi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan beberapa aliansi lainnya.
Namun kendala kembali muncul saat distribusi vaksin Covax berhenti, lantaran India sebagai negara yang ditunjuk untuk memproduksi vaksin AstraZeneca dengan nama Covishield, memberlakukan pembatasan ekspor vaksin pada awal tahun ini.
Sehingga deretan faktor itulah yang membuat warga Senegal 'hanya bisa berharap' untuk memperoleh vaksin.