Dua Studi di Israel dan Qatar: Kekebalan Vaksin Covid-19 Pfizer Berkurang Setelah Dua Bulan
Dua studi di Israel dan Qatar memperkuat temuan bahwa perlindungan kekebalan dua dosisi vaksin Covid-19 Pfizer turun setelah dua bulan atau lebih
Editor: hasanah samhudi
"Penurunan itu tampaknya semakin cepat setelah bulan keempat, mencapai level rendah sekitar 20 persen di bulan-bulan berikutnya," tambah mereka.
Baca juga: Warga Antre Berjam-jam untuk Vaksin Pfizer, Kemenkes Siapkan 2.000 Dosis Setiap Hari
Baca juga: Pfizer dan Merck Uji Coba Baru Obat Oral Untuk Mengobati Covid-19
Meskipun demikian, kata mereka, perlindungan terhadap rawat inap dan kematian tetap di atas 90 persen.
Mereka mencatat bahwa penurunan perlindungan kekebalan itu mungkin terkait.
"Orang yang divaksinasi mungkin memiliki tingkat kontak sosial yang lebih tinggi daripada orang yang tidak divaksinasi dan mungkin juga memiliki kepatuhan yang lebih rendah terhadap langkah-langkah keamanan," tulis mereka.
"Perilaku ini dapat mengurangi efektivitas vaksin di dunia nyata dibandingkan dengan efektivitas biologisnya, ini mungkin menjelaskan berkurangnya perlindungan,” katanya.
Namun mereka mengatakan, penurunan perlindungan kekebalasan ini merupakan sinyal bahwa negara-negara harus bersiap untuk menghadapi gelombang baru Covid-19.
Baca juga: Studi di Turki: Vaksin Booster dengan Pfizer Menghasilkan Perlindungan Lebih Besar daripada Sinovac
Baca juga: Selandia Baru Laporkan Kematian Pertama Terkait Vaksin Pfizer
"Temuan ini menunjukkan bahwa sebagian besar populasi yang divaksinasi dapat kehilangan perlindungannya terhadap infeksi dalam beberapa bulan mendatang, mungkin meningkatkan potensi gelombang epidemi baru," tulis mereka.
Pfizer berargumen bahwa kekebalan dari dua dosis pertama vaksinnya mulai hilang setelah beberapa bulan.
Bulan lalu, Pfizer memenangkan otorisasi dari Badan Pengawas Obat dan Makanan AS untuk dosis booster vaksinnya selama sekitar enam bulan setelah orang menyelesaikan dua dosis pertama mereka.
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) AS merekomendasikan bahwa orang yang lebih tua dari 65 tahun, orang dengan kondisi yang membuat mereka lebih rentan untuk sakit parah, dan orang-orang yang berisiko tinggi terinfeksi seperti petugas kesehatan dan narapidana mendapatkan booster.
Israel telah memberikan vaksin booster kepada seluruh penduduknya dan sekarang mengatakan akan mengharuskan orang untuk memiliki suntikan ketiga untuk dianggap divaksinasi sepenuhnya.
Baca juga: Pfizer Kembangkan Vaksin Khusus yang Targetkan Atasi Covid-19 Varian Delta
Menurut data CDC, lebih dari enam juta orang di Amerika Serikat telah menerima dosis vaksin ketiga dan rata-rata kecepatan suntikan booster lebih tinggi daripada tingkat orang yang divaksinasi untuk pertama kalinya. (Tribunnews.com/CNN/Hasanah Samhudi)