Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Film Dokumenter Perang Jepang di Indonesia Ditampilkan Apa Adanya Oleh Sang Sutradara

Film dokumenter "Ima ha mukashi" ('Saat ini Adalah Saat Lampau') benar-benar menampilkan apa adanya keadaan Jepang saat perang dunia kedua beserta

Editor: Johnson Simanjuntak
zoom-in Film Dokumenter Perang Jepang di Indonesia Ditampilkan Apa Adanya Oleh Sang Sutradara
Foto Richard Susilo
Sebanyak 130 film dokumenter zaman perang di Indonesia ditayangkan di Nagoya Shinjuku Tabata Osaka dan mulai 16 Oktober di Yokohama. Tampak sutradara Shinichi Ise. Film dokumenter "Ima ha mukashi" ('Saat ini Adalah Saat Lampau'). 

Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Jepang

TRIBUNNEWS.COM, TOKYOFilm dokumenter "Ima ha mukashi" ('Saat ini Adalah Saat Lampau') benar-benar menampilkan apa adanya keadaan Jepang saat perang dunia kedua beserta komentar dari berbagai kalangan masyarakat Indonesia.

"Saya takut kalau tentara Jepang datang waktu itu. Kalau mereka lihat wanita langsung diambil lalu diperkosa," kata seorang ibu Indonesia yang muncul di film dokumenter yang disutradarai Shinichi Ise, merangkai film dokumenter 130 rol buatan ayahnya almarhum Chonotsuke Ise.

"Ayah saya 3 tahun lebih di Indonesia saat perang dunia kedua antara 1942-1945 dan tiba di Jepang 1946," papar Shinichi Ise (72)  khusus kepada Tribunnews.com sore ini (14/10/2021).

Film berkisah mengenai penelusurannya terhadap banyak rol film yang dibuat dan diedit almarhum ayahnya (Chonotsuke Ise) sampai ke Den Haag Belanda 30 tahun lalu.

Sebanyak 130 rol terdiri dari 80 rol film dokumenter dan sisanya film berita dirangkainya jadi film Ima ha Mukashi tersebut.

Ditambah liputannya sendiri sekitar tahun 2000 ke Jakarta dan Subang Jawa Barat terhadap beberapa lansia yang merasakan perang jaman Jepang di Indonesia.

Baca juga: Mobil Intel Polisi Jepang Dicuri, Pelakunya Seorang Pengangguran

Berita Rekomendasi

Seorang lelaki tua Indonesia yang dipukul tentara Jepang saat perang, masih ingat kata-kata Jepang, seperti, "Dasar bodoh! Ada apa denganmu!"

Ise menemukan relief yang dipasang di dinding sebuah bangunan yang sebelumnya digunakan sebagai studio film Nichiei. Kini PFN (gedung Produksi Film Negara), menunjukkan seorang tentara Jepang menginjak seorang buruh Indonesia dan hendak memukul wajahnya dengan popor senapannya.

“Saya merasa seperti dihadapkan pada fakta bahwa rakyat Indonesia tidak melupakan kebrutalan Jepang,” kata Ise.

Ayahnya meninggalkan rumah ketika Ise berusia 3 tahun.Setelah ayahnya menceraikan ibunya, Ise jarang berkomunikasi dengan ayahnya.

Ise juga melakukan layar tancap, menayangkan film dokumentasi perang dunia dulu di daerah Subang dan disaksikan banyak rakyat setempat secara terbuka kemudian menyanyikan lagu Indonesia Raya bersama.

"Saya mau kita melihat apa adanya sejarah yang ada. Dengan segala penderitaan saat perang. Dengan demikian kita akan mengerti dan memahami agar jangan sampailah terjadi perang kembali, karena akan merugikan semua orang membuat penderitaan bagi banyak orang nantinya," papar Ise lagi.

Ise berkunjung ke PFN dan melihat ruangan yang dulu mungkin digunakan ayahnya untuk bekerja mengedit film saat jaman perang dunia kedua di Jakarta.

Masuk ke luar kampung di Jakarta juga diliputnya dan masuk ke dalam filmnya tersebut, sambil membuka percakapan dengan para lansia yang pernah merasakan perang dengan Jepang di masa lampau.

Menarik sekali film ini yang ditayangkan di Tabata Tokyo dan mulai 16 Oktober akan ditayangkan 2 minggu di Yokohama. Bagi yang tertarik dalam menanyakannya lewat email: info@sekolah.biz.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas