Gugus Tugas Covid-19 India: Sputnik V Bisa Gagal Dipasarkan di India
Sputnik V yang telah menunjukkan efektivitas lebih dari 91,6 persen, sejauh ini telah disetujui penggunaannya pada 70 negara di seluruh dunia.
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Dewi Agustina
Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, NEW DELHI - Kepala Ilmuwan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Soumya Swaminathan mengatakan pada awal pekan ini, vaksin virus corona (Covid-19) Sputnik V kemungkinan akan mendapatkan status Daftar Penggunaan Darurat (EUL) pada akhir 2021.
Sejauh ini, yang telah diberikan status penggunaan darurat oleh WHO adalah vaksin Pfizer-BioNTech, Moderna, Janssen, Sinopharm, Sinovac dan AstraZeneca.
Kepala Gugus Tugas federal India untuk Tanggapan Covid-19 Dr Vinod Kumar Paul menyalahkan rendahnya penerimaan vaksin Sputnik V Rusia di pasar India pada penelitian yang sedang berlangsung mengenai efektivitas dosis pertama.
"Tidak ada masalah sejauh ini menyangkut komponen tunggal (dosis pertama) dari Sputnik V. Namun masih ada beberapa penelitian tentang komponen kedua. Tidak hanya di India, di beberapa negara lain juga menghadapi masalah teknis yang sama. Setelah masalah teratasi, kami berharap Sputnik V dapat didistribusikan di sini sebagai kandidat vaksin lainnya," kata Dr Paul.
Ilmuwan terkemuka India itu juga memimpin Kelompok Pemberdayaan Infrastruktur Medis dan Rencana Manajemen Covid serta Kelompok Ahli Nasional Administrasi Vaksin untuk Covid-19 (NEGVAC).
Selain itu, ia juga merupakan anggota think tank NITI Aayog yang terkait dengan pemerintah India.
Dikutip dari laman Sputnik News, Kamis (14/10/2021), Sputnik V yang telah menunjukkan efektivitas lebih dari 91,6 persen, sejauh ini telah disetujui penggunaannya pada 70 negara di seluruh dunia.
Vaksin ini dikembangkan oleh Gamaleya Research Institute of Epidemiology and Microbiology Rusia.
Di India, vaksin Rusia ini telah menjalani uji klinis sejak September 2020 hingga Maret 2021, dan akhirnya disetujui untuk digunakan oleh India pada April lalu.
Sputnik V adalah vaksin ketiga yang diluncurkan di India.
Dana Investasi Langsung Rusia (RDIF), yang memasarkan Sputnik V secara internasional, telah menjalin kemitraan dengan perusahaan farmasi India Dr Reddy's untuk mendistribusikan vaksin ini di India.
Dr Paul mengatakan hanya satu juta dosis Sputnik V yang telah diberikan kepada warga India sejak Mei lalu, saat batch pertama vaksin tersebut diterbangkan ke negaranya.
Hingga saat ini, India telah memberikan dosis pertama kepada 689 juta orang atau hampir 74 persen dari keseluruhan populasinya.
"Hampir 275 juta individu atau 29,3 persen orang telah mendapatkan dosis kedua," jelas Dr Paul.
Ia menambahkan, hampir 90 persen warga India yang divaksinasi telah menerima dosis Covishield yang merupakan vaksin AstraZeneca yang diproduksi oleh Serum Institute of India (SII).
Sementara hanya sekitar 9 persen yang telah diinokulasi dengan Covaxin, suntikan domestik yang dikembangkan oleh Bharat Biotech.
Ilmuwan India itu menyatakan keyakinannya bahwa vaksin dosis tunggal Sputnik Light akan diluncurkan di negara Asia Selatan tersebut dalam skala yang jauh lebih besar.
Sputnik Light juga telah dikembangkan oleh Gamaleya Research Institute of Epidemiology and Microbiology, pengembang vaksin Sputnik V.
"Kami berharap Sputnik Light menjadi salah satu vaksin yang akan tersedia untuk ekspor dalam skala massal pada Desember dan seterusnya," papar Dr Paul.
Dia juga sangat berharap pada kemampuan India untuk mendistribusikan kandidat vaksin yang akan datang nantinya secara global.
Seperti Corbevax yang kini sedang dikembangkan oleh perusahaan Biological E yang berbasis di India.
Perusahaan farmasi India Dr Reddy's mengatakan Sputnik V tidak dapat bersaing dengan program vaksin gratis India.
Pernyataan yang disampaikan Dr Paul itu memang sengaja dilontarkan untuk menanggapi pernyataan yang dikatakan Dr Reddy's beberapa hari sebelumnya.
Dr Reddy's menilai popularitas Sputnik V di pasar India telah terpengaruh karena program vaksinasi federal.
Di sisi lain, Sputnik V didistribusikan melalui perusahaan swasta dan biayanya pun ditanggung oleh pelanggan.
"Dalam hal situasi pasar, pasar swasta secara keseluruhan telah mengalami penurunan tajam dan Sputnik V hanya bisa menjadi 'milik pribadi' dan ditanggung secara pribadi.
Sementara pasar juga telah melihat peningkatan produksi vaksin secara keseluruhan di India dan distribusi gratis melalui pemerintah," kata Dr Reddy's dalam sebuah pernyataan.
Dr Paul menyebut lebih dari 90 persen orang India telah divaksinasi secara gratis menggunakan vaksin Covishield atau Covaxin.