Krisis di Puncak Komando Militer Israel, Panglima IDF Isyaratkan Pengunduran Diri
Isyarat mundurnya Herzi Halevi mengindikasikan krisis tidak hanya terjadi di tubuh pasukan Israel
Penulis: Hasiolan Eko P Gultom
Krisis di Puncak Komando Israel, Panglima IDF Isyaratkan Pengunduran Diri
TRIBUNNEWS.COM - Kepala Staf Pasukan Pendudukan Israel (IDF) Herzi Halevi mengisyaratkan kalau dia bermaksud untuk mengundurkan diri setelah IDF menyelesaikan penyelidikannya terhadap peristiwa Serangan Banjir Al Aqsa oleh Hamas pada 7 Oktober 2023.
“Pada akhir penyelidikan, kami juga akan membuat keputusan pribadi dan komandan akan melakukan tanggung jawab, dari saya. Saya tidak berniat melewatkan keputusan pribadi saat semua menjadi lebih jelas bagi kami," tulis Halevi dalam sebuah surat tertulis kepada pasukannya diansir RNTV, Jumat (29/11/2024).
Baca juga: Awalnya Semangat Mau Balas Dendam ke Hamas, Pasukan Cadangan Israel Kini Makin Ogah Berperang
Dalam surat itu, Herzi Halevi membela diri dari kritik yang ditujukan pada keputusannya untuk melakukan penunjukan terhadap perwira senior di IDF setelah kegagalannya mengantisipasi keamanan serangan besar-besaran Hamas.
“Penunjukan perwira ke posisi bukanlah hak istimewa, tetapi perintah dan tugas operasional. IDF tidak boleh membeku,” kata Halevi, dikutip oleh “The Times of Israel”.
Isyarat mundurnya Herzi Halevi mengindikasikan krisis tidak hanya terjadi di tubuh pasukan Israel berupa tingginya angka desersi dan penolakan panggilan wajib militer di tengah berlanjutnya perang di front Gaza, namun juga di level pimpinan komando.
Pakai Solusi Tentara Bayaran
Sejak dimulainya genosida warga Palestina di Gaza, pemerintah Israel telah beralih menggunakan tentara bayaran untuk mengatasi krisis perekrutan.
Ini termasuk kerja sama dengan intelijen Jerman untuk merekrut pencari suaka dari Afghanistan, Libya, dan Suriah.
Mereka ditawari gaji bulanan antara €4.000 (Rp 67 Juta) hingga €5.000 (Rp 84 juta) dan memperoleh kewarganegaraan Jerman dengan cepat, banyak yang telah bergabung dalam perjuangan ini.
Laporan menunjukkan bahwa sekitar 4.000 imigran dinaturalisasi antara bulan September dan Oktober saja,” tulis kolumnis The Cradle Mohamed Nader al-Omari.
Baca juga: Perusahaan Tentara Bayaran AS Bersaing Dapatkan Kontrak Besar Kendalikan Keamanan di Gaza Utara