Geng Haiti Ancam Habisi 17 Sandera Jika Uang Tebusan Tidak Dibayar
Pemimpin geng Haiti mengancam akan membunuh ke-17 sandera jika uang tebusan yang diminta tidak dipenuhi.
Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Wahyu Gilang Putranto
"Salah satu dari mereka berhasil menjatuhkan pin, dan itu adalah hal terakhir yang kami dengar sampai para penculik menghubungi mereka di kemudian hari."
"Mereka adalah orang-orang yang sangat berdedikasi, orang-orang yang telah mempertaruhkan hidup mereka, mereka tahu bahaya yang mereka hadapi, atau setidaknya menyadari apa yang bisa terjadi, saya yakin," kata Hooley tentang para misionaris kepada CNN.
"Dengan semua ketidakpastian politik di Haiti, geng telah mengambil alih."
Aktivitas Geng di Haiti
Pusat Analisis dan Penelitian Hak Asasi Manusia (CARDH), sebuah organisasi yang berbasis di Port-au-Prince, menerbitkan perkiraan kegiatan penculikan geng pada hari Rabu (20/10/2021) di Twitter.
CARDH menghitung 119 penculikan oleh 400 Mawozo pada paruh pertama Oktober, termasuk 17 warga negara asing.
Sebelumnya 782 orang yang diculik di Haiti antara 1 Januari dan 16 Oktober tahun ini, menurut kelompok itu.
Awal musim semi ini, geng itu menculik beberapa pendeta dan biarawati selama lebih dari dua minggu pada bulan April, lapor CNN.
"Masalah di Haiti adalah apa yang tidak normal menjadi normal, apa yang ilegal telah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari, dan menyuburkan masalah di negara ini," ujar Michel Briand, seorang pendeta Prancis yang termasuk di antara mereka yang diculik, kepada CNN.
"Para penculik sedang melakukan pekerjaan. Ini adalah sarana penghidupan."
Briand mengatakan bahwa kemiskinan dan ketidaksetaraan yang mengerikan di negara itu mendorong kejahatan di mana banyak orang Haiti hidup dengan beberapa dolar sehari.
Kekhawatiran keamanan di Haiti telah menjadi begitu parah.
Perdana menteri negara itu bahkan menarik diri dari rencana untuk menempatkan karangan bunga untuk pemimpin Revolusi Haiti Jean-Jacques Dessalines di sebuah peringatan yang terletak di daerah yang dikendalikan geng di Port-au-Prince, lapor CNN.
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)