Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Mihama Unit 3 di Jepang Ditutup Mulai Sabtu Ini
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Mihama Unit 3 Kota Mihama, Prefektur Fukui, Jepang mulai Sabtu ini (23/10/2021) ditutup, tidak boleh beroperasi semen
Editor: Johnson Simanjuntak
Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Jepang
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Mihama Unit 3 Kota Mihama, Prefektur Fukui, Jepang mulai Sabtu ini (23/10/2021) ditutup, tidak boleh beroperasi sementara.
Kansai Electric Power Co., Inc. menutup Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Mihama Unit 3 (Kota Mihama, Prefektur Fukui, menghasilkan 8260.000 km watt) Sabtu ini (23/10/2021) karena fasilitas anti-terorisme yang dipersyaratkan oleh standar peraturan baru setelah Gempa Besar Jepang Timur tidak selesai dalam tenggat waktu yang diharapkan.
Setelah gempa, Mihama Unit 3 memulai kembali pada bulan Juni 2021 untuk pertama kalinya sebagai pembangkit listrik tenaga nuklir yang telah beroperasi selama lebih dari 40 tahun.
Setelah 4 bulan berjalan kini dihentikan lagi.
"Kami akan melanjutkan pembangunan fasilitas anti-terorisme, yang bertujuan untuk beroperasi kembali pada Oktober tahun depan," ungkap sumber Tribunnews.com Sabtu (23/10/2021).
Pada hari ini, Mihama Unit 3 mulai bekerja memasang batang kendali yang menekan reaksi fisi ke dalam reaktor sejak dini hari.
Transmisi daya dihentikan dan pengoperasian reaktor juga dihentikan.
Akibatnya, jumlah pembangkit listrik tenaga nuklir yang beroperasi di Jepang hanya akan menjadi tujuh lokasi.
Dengan datangnya musim dingin skala penuh, ada kekhawatiran tentang pasokan dan permintaan listrik yang ketat.
Biaya pembangkit listrik termal alternatif meningkat karena melonjaknya harga gas alam cair (LNG) dan minyak mentah.
Pemerintah telah memposisikan pembangkit listrik tenaga nuklir sebagai "sumber daya beban dasar (inti) penting" dalam rencana energi dasar yang diputuskan oleh Kabinet pada tanggal 22 Oktober.
Diharapkan rasio pembangkit listrik tenaga nuklir terhadap total pembangkit listrik akan meningkat dari 6% di tahun fiskal 2019 menjadi 20-22% di tahun fiskal 2030.
Jika terjadi serangkaian pemadaman akibat keterlambatan pemasangan fasilitas kontraterorisme, dikhawatirkan tujuan pemerintah untuk mengurangi gas rumah kaca akan terganggu.
Cukup kompleks masalah nuklir di Jepang saat ini. Menarik didiskusikan dalam grup Pecinta Jepang silakan gabung gartis kirimkan email ke: info@tribun.in