Presiden Korea Selatan, Moon Jae-in Minta Paus Fransiskus Kunjungi Korea Utara
Presiden Korea Selatan, Moon Jae-in bertemu dengan Paus Fransiskus pada hari Jumat (29/10/2021). Mendesak Paus untuk mengunjungi Korea Utara.
Penulis: Yurika Nendri Novianingsih
Editor: Garudea Prabawati
TRIBUNNEWS.COM - Presiden Korea Selatan, Moon Jae-in bertemu dengan Paus Fransiskus pada hari Jumat (29/10/2021).
Saat pertemuan tersebut, Paus Fransiskus memberi Presiden Moon sebuah salib yang terbuat dari kawat berduri dari zona demiliterisasi semenanjung Korea.
Presiden Moon kemudian mendesak Paus untuk mengunjungi Korea Utara.
Mengutip CNA, Moon berada di Roma untuk menghadiri KTT G20 para pemimpin dunia.
Baca juga: Krisis Ekonomi Korea Utara: Uang Kertas Diganti Kupon hingga Perintah Konsumsi Angsa Hias
Baca juga: Badan Mata-mata Korea Selatan Sebut Kim Jong Un Turun Berat Badan hingga 20 Kg, tapi Masih Sehat
Dia mengadakan pembicaraan pribadi dengan Paus selama sekitar 25 menit.
Kantor Moon mengatakan presiden, yang akan meninggalkan kantor pada Mei, telah mengatakan kepada Paus Fransiskus bahwa kunjungan Paus ke Pyongyang akan membantu menghidupkan kembali proses perdamaian di semenanjung Korea.
"Jika Anda mengirimi saya undangan, saya akan dengan senang hati pergi membantu Anda, demi perdamaian.
Bukankah Anda (Korsel dan Korut) saudara-saudara yang berbicara dengan bahasa yang sama? Saya bersedia pergi," kata Paus.
Vatikan mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa kedua belah pihak membahas "promosi dialog dan rekonsiliasi antara Korea" dengan harapan bahwa usaha bersama dan niat baik dapat mendukung perdamaian dan pembangunan di semenanjung Korea, didukung oleh solidaritas dan persaudaraan.
Ketika bertemu dengan Paus pada tahun 2018, Moon menyampaikan undangan secara lisan dari pemimpin Korea Utara Kim Jong Un kepada Paus untuk mengunjungi Korea Utara.
Pejabat Vatikan mengatakan pada saat itu bahwa Paus, yang telah mengajukan banyak permohonan untuk pemulihan hubungan antara kedua Korea, akan mempertimbangkan perjalanan seperti itu dalam kondisi tertentu jika itu dapat membantu menciptakan perdamaian.
Konstitusi Korea Utara menjamin kebebasan beragama selama tidak merusak negara.
Tetapi di luar beberapa tempat ibadah yang dikendalikan negara, termasuk sebuah gereja Katolik di ibu kota Pyongyang, tidak ada kegiatan keagamaan terbuka yang diizinkan.
Baca juga: 5 Dokumen Penting yang Dihasilkan pada KTT Ke-22 ASEAN-Korea Selatan
Baca juga: Militer Korsel Masih Yakin Bisa Menjatuhkan Rudal SLBM Korea Utara
Pihak berwenang juga telah berulang kali memenjarakan misionaris asing.
Ada sedikit informasi tentang berapa banyak warga Korea Utara yang beragama Katolik, atau bagaimana mereka beribadah.
Negosiasi antara Pyongyang, Washington dan Seoul yang bertujuan untuk membongkar program nuklir dan rudal Korea Utara telah terhenti di tengah upaya kedua Korea untuk mengembangkan senjata yang semakin canggih.
Pekan lalu, Korea Utara mengonfirmasi bahwa pihaknya melakukan uji coba rudal balistik baru yang lebih kecil dari kapal selam.
(Tribunnews.com/Yurika)