Presiden Biden: AS Akan Balas Setiap Aksi Iran
Iran diduga mendanai, memfasilitasi, dan mendorong serangan pesawat tak berawak baru-baru ini ke Pangkalan at-Tanf Suriah.
Editor: Setya Krisna Sumarga
TRIBUNNEWS.COM, ROMA - Presiden AS Joe Biden mengatakan Washington akan membalas setiap tindakan yang mungkin dilakukan Iran melawan kepentingan AS.
Biden menyampaikan ancaman itu di Roma, Italia, Senin (1/11/2021) seusai KTT G20. Pekan lalu, dikabarkan drone Iran menyerang pangkalan militer At Tanf di Suriah.
Pangkalan ini digunakan pasukan AS yang masih bercokol di wilayah perbatasan Irak-Suriah. Sebagian wilayah itu juga dikontrol pasukan Kurdistan.
“Terkait bagaimana kami menanggapi tindakan mereka terhadap kepentingan AS apakah ada serangan pesawat tak berawak atau apa pun, kami akan terus merespons,” kata Biden.
Meski disebut dilakukan Iran, tidak ada pernyataan resmi atau pengakuan serangan udara ke Pangkalan A Tanf itu benar-benar dilakukan militer Iran.
Baca juga: Jenderal Iran Tuduh AS dan Israel Sabot Jaringan Pompa Bensin Negara Itu
Baca juga: Serangan Siber Besar-besaran, Semua SPBU di Iran Lumpuh dan Kartu Subsidi Tak Berlaku
Media AS mengutip sumber anonim kalangan militer, Iran diduga mendanai, memfasilitasi, dan mendorong serangan pesawat tak berawak baru-baru ini kei Pangkalan at-Tanf.
Pemerintah Suriah berulang kali mengutuk kehadiran militer AS yang tidak sah di negara tersebut. Suriah hanya secara resmi meminta bantuan Rusia mengatasi pemberontakan di wilayah mereka.
Pada akhir Juni, Biden mengizinkan "serangan udara presisi defensif" di sepanjang perbatasan Irak-Suriah.
Serangan itu menghantam fasilitas yang diduga digunakan militan yang didukung Iran. Serangan itu diklaim sebagai pembalasan atas serangan sebelumnya yang menargetkan fasilitas dan personel AS di Irak.
Lebih lanjut, Biden mengatakan kembalinya kesepakatan nuklir akan tergantung pada tindakan Iran, serta tekanan dari sekutu AS.
Dia juga mencatat tekanan seperti itu dapat mencakup pengaruh ekonomi bagi Iran untuk membayar harga ekonomi karena menolak untuk kembali ke kesepakatan.
Biden juga mengadakan pertemuan sebelumnya dengan para pemimpin dari tiga anggota Rencana Aksi Komprehensif Gabungan Eropa Barat (JCPOA), Prancis, Jerman, dan Inggris.
Mereka membahas perkembangan penguasaan nuklir Iran, yang menurut para pemimpin Negara tersebut, merupakan ancaman bagi internasional.
“Kami berkumpul untuk menegaskan kembali keyakinan bersama kami bahwa diplomasi adalah cara terbaik untuk mencegah Iran mendapatkan senjata nuklir,” kata Biden.
Dalam pernyataan bersama yang dikeluarkan setelah pertemuan tersebut, para pemimpin menyatakan “tekad mereka memastikan Iran tidak akan pernah memperoleh senjata nuklir.
Para pemimpin berbagi “keprihatinan kami yang besar dan berkembang” Iran “telah mempercepat langkah langkah nuklir provokatif” setelah menghentikan negosiasi untuk kembali ke JCPOA.
Pada gilirannya, para pemimpin Eropa memuji "komitmen yang ditunjukkan secara jelas oleh Biden untuk mengembalikan AS patuh terhadap JCPOA.
Troika Eropa menambahkan kembalinya kesepakatan itu masih bisa dibayangkan dan bisa dilakukan secara cepat.
Pada hari Sabtu, Pasukan Pertahanan Israel membagikan video jet tempur F-15 Israel mengawal pembom B-1B AS melalui langit Israel.
Langkah itu dianggap demonstrasi kekuatan nyata ke Iran di tengah meningkatnya ketegangan yang sedang berlangsung.
Juga pada hari itu, militer beberapa negara Timur Tengah bergabung ke penerbangan pembom Amerika untuk mendukung patroli di langit Timur Tengah.
Perkembangan lain, pemerintah AS kembali menjatuhkan sanksi terhadap empat orang Iran dan dua organisasi yang diyakini AS bertanggung jawab atas operasi pesawat tak berawak Korps Pengawal Revolusi Islam di negara lain.
Kementerian Luar Negeri Iran mengecam keputusan tersebut, mengklaim tindakan tersebut bertentangan janji Washington yang ingin kembali ke JCPOA.
Langkah-langkah baru ini adalah yang terbaru dalam serangkaian lebih dari 1.000 yang diberlakukan oleh AS terhadap Iran dalam beberapa tahun terakhir.
Langkah-langkah itu mendahului upaya kedua negara untuk melanjutkan pembicaraan yang terhenti tentang JCPOA di Wina.
Juga awal pekan ini, sebelum pengumuman sanksi baru, Ali Baqeri-Kani, negosiator senior nuklir Iran, menyatakan Teheran akan kembali ke negosiasi Wina sebelum akhir November.
Pada Mei 2018, di bawah Presiden Trump saat itu, AS secara sepihak menarik diri dari JCPOA, menyebabkan guncangan serius bagi masa depan pengawasan nuklir Iran.
Iran dilaporkan melanjutkan kembali pengayaan uranium dan kegiatan penimbunan di luar batas JCPOA, sambil bersikeras program nuklirnya benar-benar tidak berbahaya.(Tribunnews.com/Sputniknews/xna)