Uni Eropa Perjuangkan Pengakuan untuk Vaksin Sputnik V
Starace mengatakan, belum keluarnya sertifikasi oleh UE sebenarnya bukan karena masalah politik, namun hanya disebabkan proses teknis saja.
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Malvyandie Haryadi
Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, MOSKWA - Duta Besar Italia untuk Rusia, Giorgio Starace mengungkapkan pada Selasa waktu setempat bahwa Kementerian Kesehatan Italia secara aktif bekerja sama dengan Uni Eropa (UE) dalam memperjuangkan pengakuan dan pendaftaran vaksin virus corona (Covid-19) Sputnik V di Eropa.
Starace mengatakan, belum keluarnya sertifikasi oleh UE sebenarnya bukan karena masalah politik, namun hanya disebabkan proses teknis saja.
"Bagi saya, masalah pengakuan Sputnik V menjadi salah satu prioritas, saya berkomunikasi dengan Kementerian Kesehatan kami yang berhubungan dengan Uni Eropa," kata Starace.
Ia kemudian menambahkan bahwa semua pihak tengah bekerja keras untuk menyelesaikan masalah ini.
Baca juga: Gamaleya Klaim Sputnik V Tidak Timbulkan Efek Samping pada yang Divaksinasi Ulang
"Dan saya hanya bisa berharap bahwa pekerjaan ini akan segera membawa hasil yang diinginkan," jelas Starace.
Dikutip dari laman Russia Today, Selasa (2/11/2021), meskipun telah terdaftar di Rusia lebih dari setahun lalu, Sputnik V masih belum mendapatkan persetujuan penggunaan darurat dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) atau Badan Obat Eropa (EMA).
Hal ini terlepas dari fakta bahwa vaksin tersebut saat ini telah digunakan di 71 negara di seluruh dunia, termasuk negara-negara anggota UE, seperti Hongaria dan Slovakia.
Perlu diketahui, EMA memulai tinjauan bergulirnya pada Maret tahun ini, namun belum ada keputusan apapun dari lembaga itu telah membuat Rusia frustrasi.
Menurut kantor berita Reuters yang berbasis di London, persetujuan belum diberikan karena kesenjangan dalam data yang diberikan oleh produsen Sputnik V.
Baca juga: RDIF Sambut Pengakuan Israel atas Vaksin Sputnik V
Pengakuan oleh WHO juga telah memunculkan beberapa batu sandungan.
Sebelumnya, tinjauan WHO dihentikan pada Juni setelah tim inspeksi menemukan ketidakberesan pada fasilitas pembuatan vaksin ini di Ufa.
Karena pabrik yang memproduksi vaksin ini dituduh 'tidak mengikuti praktik manufaktur yang baik', sementara itu tes baru pun akan segera dimulai kembali.
Sputnik V diklaim sebagai vaksin Covid-19 terdaftar pertama di dunia pada 11 Agustus tahun lalu.
Menurut data yang diterbitkan oleh Gamaleya Center yang merupakan lembaga pengembangnya, vaksin ini menunjukkan efektivitas mencapai 97,6 persen.