Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Swedia Pakai Tikus, Eksperimen Obat LSD untuk Sembuhkan Depresi dan Kecanduan

Hewan pengerat itu dibedah dan elektroda setipis rambut pun ditempatkan pada otak mereka.

Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Johnson Simanjuntak
zoom-in Swedia Pakai Tikus, Eksperimen Obat LSD untuk Sembuhkan Depresi dan Kecanduan
net
ilustrasi 

TRIBUNNEWS.COM, LUND - Tim peneliti di Universitas Lund, Swedia, sedang mempelajari bagaimana otak tikus dipengaruhi oleh obat psikedelik atau Lysergic Acid Diethylamide (LSD), dalam upaya menarik kesimpulan yang memungkinkan mereka menyembuhkan atau mengurangi depresi serta kecanduan pada manusia.

Hewan pengerat itu dibedah dan elektroda setipis rambut pun ditempatkan pada otak mereka.

Ini memungkinkan para peneliti untuk mengukur apa yang terjadi saat mereka diberi makan obat LSD.

"Agak aneh karena zat ini termasuk yang paling kuat yang kita tahu, namun tikus tampaknya tidak terpengaruh. Anda tidak melihat ada perilaku yang berubah, namun apa yang terjadi dalam tingkat kesadaran mereka, kita tidak tahu sama sekali," kata Neurofisiologis Universitas Lund Pär Halje.

Dikutip dari laman Sputnik News, Selasa (9/11/2021), penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa berbagai obat psikedelik seperti LSD dan psilocybin dapat memberikan efek positif pada pengobatan depresi, gangguan obsesif-kompulsif dan berbagai kecanduan.

Tujuan dari penelitian ini sebenarnya adalah memberikan dukungan ilmiah yang lebih solid untuk penggunaan terapeutik obat-obatan psikedelik.

"Teori dibaliknya adalah bahwa zat psikedelik melengkapi kembali hubungan antara sel-sel saraf dan meningkatkan kemampuan otak untuk membangun kembali dirinya sendiri," jelas Halje dalam wawancara sebelumnya.

Baca juga: Studi: Obat Anti-depresi Dapat Tingkatkan Pemulihan Pasien Covid-19 yang Parah

Berita Rekomendasi

Sejauh ini, para peneliti di Lund menetapkan bahwa tikus memiliki sel otak yang 'lebih tenang' sedangkan impuls listrik di otak meningkat.

Halje menambahkan, tikus ditidurkan saat elektroda dioperasi dan mereka tidak merasakan sakit dari elektroda karena mereka kekurangan reseptor rasa sakit di otak.

Menurut aturan etika, tikus tidak boleh dibiarkan sendiri selama lebih dari 24 jam selama percobaan, karena mereka adalah hewan sosial.

LSD kali pertama diproduksi oleh Ahli Kimia Swiss Albert Hofmann pada 1938, yang berharap zat tersebut dapat bertindak sebagai analeptik atau obat yang merangsang pernafasan dan sirkulasi darah jika terjadi keracunan.

Itu dipelajari secara luas dari 1950-an hingga 1970-an untuk mengevaluasi perubahan perilaku dan kepribadian, serta mencapai remisi gejala kejiwaan di berbagai gangguan, sebagai bagian dari desain rasional obat psikedelik yang diperjuangkan oleh Ahli Kimia seperti Alexander Shulgin.

Namun, studi tersebut tidak dilakukan sesuai dengan standar kontemporer, dan minat ilmiah umum di bidang ini pun menurun di tengah perang yang diprakarsai Amerika Serikat (AS) terhadap narkoba.

Kebangkitan minat dalam penelitian LSD dan potensi terapeutiknya untuk psikiatri juga membutuhkan waktu beberapa dekade.

Saat ini, penelitian tentang penggunaan obat-obatan psikedelik sedang berlangsung di Inggris, Swiss dan AS.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
×

Ads you may like.

© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas