Suhu Politik di Thailand Kian Memanas, Pengadilan Tuding Demonstran Ingin Gulingkan Kekuasaan Raja
Menentang larangan pertemuan massal, ratusan pedemo memadati distrik perbelanjaan utama Bangkok untuk menentang keputusan tersebut.
Editor: Malvyandie Haryadi
TRIBUNNEWS.COM, BANGKOK - Ribuan warga Thailand turun ke jalanan Bangkok dalam rangka menuntut reformasi monarki dan menentang kembalinya sistem monarki absolut yang jauh dari demokrasi, Minggu (14/11/2021)
"Kekuasaan kerajaan meningkat dalam beberapa tahun terakhir, menarik Thailand menjauh dari demokrasi dan kembali ke monarki absolut," bunyi pernyataan bersama yang disampaikan seorang pengunjuk rasa, sebagaimana dikutip Reuters.
Aksi protes hari Minggu kemarin diduga merupakan respons atas putusan Mahkamah Konstitusi pekan lalu yang menyatakan, seruan reformasi monarki, yang diajukan kelompok demonstran pada Agustus, tidak konstitusional dan dirancang untuk menggulingkan kerajaan.
Sebelumnya, Mahkamah Konstitusi Thailand - yang sejak lama dikatakan telah dipolitisasi - pada Rabu (10/11/2021) mengumumkan, tiga pemimpin demo terkemuka membuat pidato yang bertujuan menggulingkan monarki konstitusional.
Baca juga: Ribuan Orang di Thailand Menuntut Reformasi Kerajaan: Tak Ada Monarki Absolut
Pengadilan belum menjatuhkan putusan hukuman pidana bagi para pemimpin demo, tetapi para pengamat mengatakan, keputusan itu bisa mengecilkan ruang yang sudah sempit bagi para aktivis yang berkampanye untuk reformasi monarki.
Menentang larangan pertemuan massal, ratusan pedemo memadati distrik perbelanjaan utama Bangkok untuk menentang keputusan tersebut.
Mereka memegang tanda-tanda yang berisi penolakan terhadap monarki absolut.
"Kami tidak menggulingkan negara ini. Reformasi untuk membuatnya lebih baik," teriak pemimpin demo Thailand, Thatchapong Kaedam, ketika para demonstran melambaikan plakat yang mengatakan "reformasi tidak sama dengan penggulingan".
"Mahkamah Konstitusi sedang merebut kekuasaan dari rakyat," lanjutnya dikutip dari AFP.
Para pengunjuk rasa juga menjatuhkan patung hakim Mahkamah Konstitusi dari jembatan kemudian membakarnya, sedangkan sekelompok kecil biksu berjubah kuning mengacungkan salam tiga jari untuk demokrasi.
Polisi sempat bentrok dengan beberapa demonstran, menembakkan peluru karet yang mengenai setidaknya satu pengunjuk rasa yang berdarah dari dadanya, menurut seorang reporter AFP di lapangan. Pria yang terluka itu dilarikan ke ambulans.
Erawan Emergency Centre Bangkok melaporkan, setidaknya dua orang terluka tetapi tidak ada rincian tentang kondisi mereka.
Sebagai informasi, rangkaian unjuk rasa telah terjadi sejak tahun lalu.
Kelompok pemuda yang menjadi motor gerakan, menyatakan, gerakan ini perjuangan untuk menegaskan bahwa Thailand harus diperintah oleh sistem di mana setiap orang setara.