Sederet Raksasa Farmasi Dunia Siapkan Strategi Hadapi Strain Omicron
Lembaga tersebut pun memperingatkan bahwa varian yang mutasinya lebih banyak ini berpotensi lebih menular dibandingkan varian lainnya
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Malvyandie Haryadi
Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, NEW YORK - Sejumlah perusahaan farmasi terbesar di dunia telah mengumumkan strateginya untuk mengatasi varian baru virus corona (Covid-19) yang baru diidentifikasi dan disebut 'Omicron' ini.
Termasuk rencana untuk mengubah vaksin yang ada dan mengembangkan vaksin penguat (booster) baru.
Dikutip dari laman Russia Today, Minggu (28/11/2021), Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah memasukkan Omicron dalam kategori 'varian yang menjadi perhatian' setelah digelarnya pertemuan darurat pada Jumat lalu.
Lembaga tersebut pun memperingatkan bahwa varian yang mutasinya lebih banyak ini berpotensi lebih menular dibandingkan varian lainnya yang telah muncul sebelumnya.
Baca juga: Syarat Terbaru Penerbangan Domestik Garuda Indonesia, dari Sertifikat Vaksin hingga Tes PCR
Melihat alarm yang diberikan WHO ini, sederet raksasa farmasi dunia kemudian secara cepat mengambil strategi.
Beberapa perusahaan berupaya untuk menguraikan 'bagaimana mereka akan memerangi varian baru ini'.
Pfizer yang telah memproduksi salah satu vaksin Covid-19 yang paling umum digunakan di dunia bersama dengan mitra Jermannya BioNTech, mengatakan bahwa mereka 'tetap waspada' dan secara 'terus-menerus' akan memantau varian baru yang 'berpotensi lolos dari perlindungan' vaksinnya.
"Jika varian ini lolos dari vaksin, Pfizer dan BioNTech berharap dapat mengembangkan dan memproduksi vaksin yang dibuat secara khusus untuk varian tersebut dalam waktu sekitar 100 hari, tergantung pada persetujuan peraturan," kata Pfizer.
Baca juga: Antisipasi Varian Omicron, Pemerintah Diminta Perketat Pintu Masuk ke Indonesia
Kendati demikian, raksasa farmasi asal Amerika Serikat (AS) itu tidak menyampaikan apakah mereka telah melakukan penelitian khusus terhadap Omicron.
Sedangkan mitranya, BioNTech dalam pernyataan terpisah mencatat bahwa Omicron berbeda secara signifikan dari varian yang diamati sebelumnya.
Baca juga: Menlu RI: Presiden Singgung Kesenjangan Vaksin di KTT ASEM
"Karena memiliki mutasi tambahan yang terletak di protein lonjakan," kata BioNTech.
Ini mengacu pada mekanisme di mana virus corona mendapatkan akses ke sel inang dan menyebabkan infeksi.
Perusahaan asal Jerman itu juga mengatakan bahwa varian ini memerlukan penyesuaian vaksin, jika menyebar secara global.
Di sisi lain, dua raksasa farmasi lainnya yakni Moderna dan Johnson & Johnson (J&J) mengeluarkan surat perintah serupa pada Jumat lalu.
Mereka menyatakan bahwa perusahaan mereka masing-masing telah melakukan pengujian suntikan booster untuk orang dewasa sehat yang mengandung dua kali dosis vaksin daripada yang saat ini disetujui.
Moderna mengatakan bahwa saat ini mereka sedang mempelajari dua kandidat booster yang dirancang khusus untuk 'mengantisipasi mutasi seperti yang muncul pada varian Omicron'.
Lalu J&J yang memiliki vaksin Covid-19 dosis tunggal, mengaku sedang menguji efektivitas imunisasi Janssen terhadap Omicron dan 'memantau secara cermat' mutasi pada protein lonjakan virus.
Selanjutnya, Kepala Dana Investasi Langsung Rusia (RDIF), Kirill Dmitriev mengatakan pada Jumat lalu bahwa sangat penting untuk menyelidiki varian baru ini.
"Jika ternyata strain tersebut resisten terhadap vaksin yang ada saat ini, saya yakin para ilmuwan Rusia dapat 'sangat cepat mengadaptasi Sputnik V ke varian baru'," kata Dmitriev.
Perlu diketahui, RDIF merupakan lembaga pemerintah Rusia yang mendanai pengembangan vaksin Sputnik V oleh Gamaleya.
Setelah pertemuan dengan para peneliti China untuk membahas kemungkinan dilakukannya imunisasi gabungan, Dmitriev juga menyerukan kerja sama internasional yang lebih dalam untuk menciptakan portofolio vaksin yang beragam demi memerangi varian yang lebih berbahaya.
Selain disebut Omicron oleh WHO, varian ini juga dikenal sebagai varian B.1.1.529 dan telah memicu kepanikan secara global sejak Jumat lalu.