Politisi Malaysia Akui Penanganan Covid-19 di Indonesia Jauh Lebih Baik, Negaranya Kalah
Politikus senior Malaysia, Lim Kit Siang, menyampaikan kekecewaannya atas kondisi politik Malaysia belakangan ini.
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, MALAYSIA - Politikus senior Malaysia, Lim Kit Siang, menyampaikan kekecewaannya atas kondisi politik Malaysia belakangan ini.
Lim mengkritik kembali berkuasanya koalisi Barisan Nasional dan kembalinya terpidana Najib Razak ke kancah politik.
Termasuk membandingkan penanganan Covid-19 di Indonesia yang dinilainya jauh lebih baik.
Politisi berusia 80 tahun itu menuduh Najib berupaya kembali menjadi perdana menteri Malaysia pada pemilihan umum mendatang.
Lim menyebut, jika Najib sukses maka Malaysia akan menjadi “bahan tertawaan dunia” terutama di negara tetangga, Indonesia.
Lim mengklaim Indonesia lebih sukses dalam hal pemberantasan korupsi dan penanganan pandemi Covid-19.
“Jika Najib sukses, Malaysia akan kembali menjadi bahan tertawaan dunia, khususnya di Indonesia yang telah mengejar Malaysia dalam pemberantasan korupsi dua dekade terakhir,” tulis Lim di situsweb pribadinya pada 24 November lalu seperti dikutip dari Kompas.TV, Minggu (29/11/2021).
“Malaysia terus menjadi lebih korup sedangkan Indonesia terus menjadi kurang korup,” klaimnya.
Baca juga: Fakta-fakta Varian Baru Covid-19 Omicron, Miliki Lebih dari 30 Mutasi Protein Lonjakan
Lim menjamin klaimnya akan terbukti saat Transparency International (TI), sebuah koalisi global pemberantasan korupsi, merilis Indeks Persepsi Korupsi (CPI) pada Januari 2022.
Kembalinya Najib ke kancah politik disebut Lim sebagai tanda merosotnya pembarantasan korupsi Malaysia.
Najib Razak sendiri telah diputus bersalah dalam skandal penggelapan uang 1MDB yang merugikan negara sekitar USD4,5 miliar.
Meskipun diputus bersalah, Najib mengaku masih berpeluang maju dalam pemilihan umum Malaysia.
Di lain sisi, Lim menyorot penanganan pandemi Malaysia yang disebutnya kalah dari Indonesia.
“Kemarin adalah hari ketiga sejak 19 November saat angka kematian harian akibat Covid-19 di Indonesia jatuh ke angka satu digit.”
“Apakah kita mau kalah dari Indonesia dalam perang melawan pandemi Covid-19 juga dalam pemberantasan korupsi?” pungkas Lim.
Kasus Covid-19 di Malaysia
Kasus Covid-19 di Malaysia belum menunjukkan penurunan yang signifikan.
Jika dalam 3 bulan terakhir kasus Covid-19 di Indonesia terus menurun maka tidak demikian halnya dengan Malaysia.
Bahkan virus varian baru Covid-19 ini membuat Malaysia mulai was-was.
Pemerintah Malaysia memberlakukan larangan masuk bagi 7 negara Afrika karena takut bahaya varian baru Covid-19.
Hal tersebut diungkapkan oleh Menteri Kesehatan Malaysia Khairy Jamaluddin.
Khairy juga mengungkapkan, saat ini varian tersebut belum terdeteksi di Malaysia.
Pelancong-pelancong dari tujuh negara yaitu Afrika Selatan, Botswana, Eswatini, Lesotho, Mozambik, Namibia dan Zimbabwe, dilarang masuk ke Malaysia.
Pelarangan tersebut mulai diberlakukan hari ini, Minggu (27/11/2021).
Warga Malaysia dan mereka yang memiliki izin kerja di negara-negara tersebut akan diizinkan untuk kembali.
Tetapi mereka harus menjalani karantina selama 14 hari di pusat-pusat yang ditunjuk, terlepas dari status vaksinasi mereka.
Khairy mengungkapkan siapa pun yang berencana mengunjungi ketujuh negara itu akan dilarang melanjutkan perjalanan mereka.
Sedangkan mereka yang telah berada di negara-negara tersebut juga akan dilarang bepergian untuk sementara.
“Kementerian Kesehatan memandang kemunculan varian baru ini dengan serius dan kami akan meningkatkan pengawasan genomik, termasuk pada individu yang datang dari negara-negara yang telah melaporkan kasus varian baru ini,” ujar Khairy dikutip dari Free Malaysia Today.
“Pengawasan genomik berkelanjutan dilakukan oleh konsorsium yang terdiri dari Kementerian Kesehatan, Institut Penelitian Medis (IMR), Kementerian Sains, Teknologi dan Inovasi, serta Kementerian Pendidikan Tinggi,” tambahnya.
Varian baru Covid-19 atau Omricon, diketahui pertama kali terdeteksi di Afrika Selatan, dan kini juga terdeteksi di Hong Kong dan Israel.
Beberapa ahli meyakini varian baru itu lebih mewabah, dan resisten terhadap imunitas.
Mutasi varian baru ini dideskripsikan sebagai yang terburuk, karena memiliki 32 kali mutase.
Dua kali dari jumlah yang dimiliki varian Delta, yang mengizinkan virus untuk menginfeksi sel, lebih cepat menyebar dan menghindari kemanjuran vaksin sehingga menimbulkan ancaman yang lebih besar.
Sumber: Kompas.TV/Tribunnews.com