PBB Terima 72 Laporan Pembunuhan Pasukan Keamanan Afghanistan, Dikaitkan dengan Taliban
PBB menerima 72 laporan pembunuhan sadis terhadap pasukan keamanan nasional Afghanistan yang dikaitkan dengan Taliban.
Penulis: Rica Agustina
Editor: Facundo Chrysnha Pradipha
TRIBUNNEWS.COM - Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengungkapkan kekhawatiran mereka terkait pembunuhan di luar proses hukum di Afghanistan.
Antara Agustus sampai November, PBB telah menerima laporan yang kredibel tentang lebih dari 100 pembunuhan mantan pasukan keamanan nasional Afghanistan dan beberapa orang lainnya yang terkait dengan pemerintahan Ashraf Ghani.
Pembunuhan tersebut di antaranya dilakukan dengan penggantungan, pemenggalan kepala, dan pengarakan mayat di depan umum.
Adapun 72 pembunuhan itu dikaitkan dengan pemerintah yang berkuasa di Afghanistan saat ini, Taliban.
"Antara Agustus dan November, kami menerima tuduhan yang kredibel tentang lebih dari 100 pembunuhan mantan pasukan keamanan nasional Afghanistan dan lainnya yang terkait dengan mantan Pemerintah, dengan setidaknya 72 pembunuhan ini dikaitkan dengan Taliban," kata Nada Al-Nashif, wakil tinggi PBB komisaris hak asasi manusia.
Baca juga: Perdagangan Opium di Afganistan Meningkat Pesat Sejak Taliban Berkuasa
Baca juga: Benarkah Kelompok Radikal di Indonesia Punya Hubungan dengan Taliban?
Dalam pidatonya di Jenewa, Al-Nashif juga memperingatkan bahwa krisis kemanusiaan yang mendalam mengancam hak asasi manusia di Afghanistan.
Dia menyoroti pembalikan hak-hak perempuan, mengatakan beberapa pembela hak-hak perempuan telah diancam sejak pengambilalihan Taliban.
"Baik Al-Nashif dan Komisaris Tinggi sangat terpengaruh oleh meningkatnya laporan yang kami terima tentang perempuan korban kekerasan yang tidak dapat mencari keselamatan dan keadilan," katanya.
Al-Nashif menambahkan, kini tempat perlindungan perempuan di Afghanistan telah ditutup.
Insiden kekerasan dan praktik berbahaya terhadap perempuan dan anak perempuan juga akan semakin diabaikan di negara itu.
"Tempat perlindungan perempuan di Afghanistan telah ditutup, dan sebagian besar insiden kekerasan dan praktik berbahaya terhadap perempuan dan anak perempuan akan semakin tidak dilaporkan atau dibiarkan diselesaikan melalui mekanisme penyelesaian sengketa tradisional," jelasnya.
Dia juga mengatakan bahwa sejak Agustus setidaknya delapan aktivis masyarakat sipil dan dua jurnalis tewas.
Beberapa orang lainnya terluka dalam serangan yang dilakukan oleh orang-orang bersenjata yang tidak dikenal.
Selain itu, Human Rights Watch (HRW) pada bulan lalu merilis sebuah laporan yang menyebutkan bahwa Taliban telah mengeksekusi puluhan anggota pasukan keamanan Afghanistan sejak pengambilalihan.