Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Pakistan Ajak Negara-negara Muslim Bantu Afghanistan yang Alami Krisis Kemanusiaan dan Ekonomi

Pakistan mengajak negara-negara Muslim untuk membantu Afghanistan mencegah bencana ekonomi dan kemanusiaan

Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Inza Maliana
zoom-in Pakistan Ajak Negara-negara Muslim Bantu Afghanistan yang Alami Krisis Kemanusiaan dan Ekonomi
Hector RETAMAL / AFP
Foto yang diambil pada 22 November 2021 ini menunjukkan para wanita menunggu anggota staf Doctors Without Borders (MSF) untuk memeriksa tanda-tanda kekurangan gizi pada anak-anak mereka, di sebuah kamp pengungsi di pinggiran Herat, Afghanistan. 

TRIBUNNEWS.COM - Pakistan mengajak negara-negara Muslim untuk membantu Afghanistan mencegah bencana ekonomi dan kemanusiaan sambil terus membujuk Taliban untuk melunakkan citra mereka di mata internasional.

Dilansir NBC News, beberapa menteri luar negeri dari 57-anggota Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) akan bertemu di Islamabad pada hari Minggu untuk mengeksplorasi cara-cara untuk membantu Afghanistan.

Mereka juga akan menavigasi realitas politik yang sulit dari pemerintah yang dijalankan Taliban, ujar diplomat tinggi Pakistan pada Jumat (17/12/2021).

Pemerintahan baru Taliban di Kabul telah mendapat sanksi dari masyarakat internasional.

Pertemuan OKI ini bukan merupakan tanda pengakuan resmi terhadap rezim Taliban, kata Menteri Luar Negeri Pakistan Shah Mahmood Qureshi.

Baca juga: Daftar Negara Paling Berbahaya di Dunia 2022: Afghanistan Masuk Kategori Ekstrem, Indonesia Sedang

Baca juga: Arab Saudi Kirim Bantuan Kemanusiaan ke Afghanistan

Ia memberikan pesan untuk pertemuan pada hari Minggu:

"Tolong jangan tinggalkan Afghanistan. Silakan terlibat. Kami berbicara untuk orang-orang Afghanistan."

Berita Rekomendasi

"Kami tidak berbicara tentang kelompok tertentu. Kami berbicara tentang orang-orang Afghanistan."

Seorang pedagang menjual kue di pinggir jalan di Kandahar, Afghanistan pada 21 November 2021.
Seorang pedagang menjual kue di pinggir jalan di Kandahar, Afghanistan pada 21 November 2021. (Javed TANVEER / AFP)

Qureshi mengatakan negara-negara besar - termasuk Amerika Serikat, Rusia, China dan Uni Eropa - akan mengirim perwakilan khusus mereka di Afghanistan ke pertemuan puncak satu hari itu.

Menteri Luar Negeri Afghanistan yang ditunjuk Taliban, Amir Khan Muttaqi juga akan menghadiri konferensi tersebut.

Afghanistan menghadapi krisis ekonomi dan bencana kemanusiaan setelah pengambilalihan Taliban.

Aset negara senilai miliaran dolar di luar negeri, sebagian besar di AS, telah dibekukan.

Pendanaan internasional ke negara itu juga telah dihentikan.

Dunia juga menunggu sikap Taliban, sebelum memberikan pengakuan formal kepada penguasa baru di Kabul.

Sebagian besar Dunia takut Taliban kembali memberlakukan rezim yang sama kerasnya seperti 20 tahun lalu, meskipun Taliban menjamin sebaliknya.

Dalam sebuah wawancara dengan The Associated Press pekan lalu, Muttaqi mengatakan bahwa penguasa baru Afghanistan berkomitmen untuk memberikan pendidikan dan karier bagi perempuan.

Namun empat bulan setelah pemerintahan Taliban, anak perempuan belum diizinkan bersekolah di sekolah menengah di sebagian besar provinsi.

Meskipun perempuan telah kembali ke pekerjaan mereka di sebagian besar sektor perawatan kesehatan, banyak pegawai negeri perempuan dilarang masuk kerja.

Namun, keamanan disebut telah meningkat di bawah Taliban.

Organisasi bantuan dapat melakukan perjalanan ke sebagian besar Afghanistan, termasuk daerah yang selama bertahun-tahun terlarang selama perang, kata seorang pejabat senior kemanusiaan yang berbicara dengan syarat anonim.

Organisasi Kesehatan Dunia dan badan-badan PBB telah memperingatkan krisis kemanusiaan yang dihadapi Afghanistan dan 38 juta penduduknya.

Rumah sakit sangat kekurangan obat-obatan.

95 persen dari semua rumah tangga menghadapi kekurangan makanan.

Tingkat kemiskinan melonjak hingga 90 persen dan afghani, mata uang nasional, terjun bebas.

Pakistan Terdepan Membantu Afghanistan

Pakistan telah berada di garis depan dalam mendesak keterlibatan dunia kepada Afghanistan.

Qureshi mengatakan pada hari Jumat bahwa dia telah memberi peringatan melalui pembicaraan dengan banyak menteri luar negeri, termasuk dengan Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken di Washington.

Ia menyebut kehancuran total di Afghanistan akan menghambat upaya memerangi terorisme dan memicu eksodus besar-besaran dari negara itu.

Pengungsi akan menjadi migran ekonomi, ujarnya.

Artinya, mereka tidak ingin tinggal di negara tetangga Pakistan dan Iran, tetapi akan mencoba mencapai Eropa dan Amerika Utara.

Qureshi juga memperingatkan bahwa jika warga Afghanistan dibiarkan begitu saja tanpa diberi bantuan, kelompok-kelompok militan seperti al-Qaeda dan afiliasi ISIS regional akan berkumpul kembali dan berkembang di tengah kekacauan.

OKI memiliki pengaruh karena sifatnya sebagai organisasi Islam.

Qureshi menyatakan harapannya bahwa KTT itu akan menjadi kesempatan bagi negara-negara Muslim dunia untuk menekan Taliban.

Michael Kugelman, wakil direktur Program Asia di Wilson center yang berbasis di Washington, mengatakan negara-negara OKI dapat berbuat lebih banyak.

Ia menyarankan OKI bekerja melalui ulama dan membuat mereka berinteraksi langsung dengan Taliban.

Untuk saat ini, akan sulit bagi Barat untuk terlibat dengan Taliban, kata Kugelman, sambil menambahkan bahwa interaksi seperti itu sama saja dengan mengakui kekalahan dalam perang 20 tahun itu.

Bagi Taliban, itu akan menjadi "kepuasan terakhir karena bisa terlibat ... dari sudut pandang pemenang," katanya.

"Taliban mengalahkan Barat ... militer mereka yang kuat dan menyebabkan mereka menderita melalui penarikan terakhir yang kacau dan memalukan," katanya.

"Bagi Barat untuk berbalik dan mengubur kapak dengan Taliban, ini akan menjadi legitimasi kekalahannya."

(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas