Dua Staf Save the Children Tewas Dibunuh dan Dibakar di Myanmar
Save the Children telah mengkonfirmasi dua stafnya tewas dalam serangan yang dituduhkan pada Militer Myanmar.
Penulis: Yurika Nendri Novianingsih
Editor: Garudea Prabawati
TRIBUNNEWS.COM - Badan amal internasional, Save the Children telah mengkonfirmasi dua stafnya tewas dalam serangan di Negara Bagian Kayah di Myanmar Timur
Kedua staf dipastikan tewas dalam pembantaian malam Natal yang dituduhkan pada Militer Myanmar.
Save the Children mengatakan, pasukan telah memaksa orang-orang keluar dari mobil, kemudian menangkap beberapa dari mereka, membunuh dan membakar mayat-mayat.
Lebih dari 35 mayat, termasuk wanita dan anak-anak, ditemukan di negara bagian Kayah timur.
"Keduanya (staf yang tewas) adalah ayah baru yang bekerja di bidang pendidikan untuk anak-anak," kata badan amal itu, seperti dilansir dari BBC.
Baca juga: Paing Takhon: Selebritis Myanmar divonis tiga tahun penjara karena ikut demo anti-kudeta
Baca juga: Pengadilan Myanmar Tunda Putusan Kasus Walkie-Talkie Ilegal Aung San Suu Kyi
Mereka sedang dalam perjalanan pulang untuk liburan setelah melakukan pekerjaan kemanusiaan.
Dalam sebuah tweet, Save the Children meminta Dewan Keamanan PBB untuk berdiskusi dan mengambil tindakan untuk meminta pertanggungjawaban dari pelaku.
Menyusul serangan yang dilaporkan, Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken mengatakan militer harus bertanggung jawab.
Dia juga menyerukan larangan penjualan senjata ke militer Myanmar.
Protes massal telah terjadi di seluruh Myanmar (juga dikenal sebagai Burma) sejak militer mengambil alih kendali pada Februari.
Pemimpin terpilih Aung San Suu Kyi dan anggota partai Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD) termasuk di antara mereka yang ditahan.
Sementara ratusan orang, termasuk anak-anak, tewas.
Pembunuhan Malam Natal
Foto-foto yang menunjukkan setelah serangan di kotapraja Hpruso telah muncul di mana sisa-sisa kendaraan yang hangus terlihat.