Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Ribuan Orang Myanmar Terpaksa Dirikan Tenda di Tepi Sungai untuk Hindari Serangan Militer

Ribuan orang Myanmar terpaksa tinggal di bawah tenda darurat di tepi sungai Moei. Mereka takut kembali ke rumah karena serangan udara militer.

Penulis: Yurika Nendri Novianingsih
Editor: Daryono
zoom-in Ribuan Orang Myanmar Terpaksa Dirikan Tenda di Tepi Sungai untuk Hindari Serangan Militer
AFP
Perbatasan antara Thailand dan Myanmar di Provinsi Tak. Pengungsi ditempatkan di kamp-kamp di sisi Myanmar. Ribuan penduduk terpaksa tinggal di bawah tenda darurat. 

TRIBUNNEWS.COM - Ribuan penduduk Myanmar terpaksa tinggal di bawah tenda darurat di sepanjang sungai yang berbatasan dengan Thailand.

Setidaknya 2.000 pria, wanita dan anak-anak dilaporkan berkemah di empat lokasi terpisah di sisi Sungai Moei di Myanmar, seperti diberitakan Al Jazeera.

Mereka takut untuk kembali ke rumah yang dikatakan telah dibombardir oleh serangan udara militer.

Meski begitu, mereka enggan mencari perlindungan di seberang perbatasan.

Pertempuran sengit antara militer Myanmar, yang merebut kekuasaan dalam kudeta tahun lalu, dan pejuang perlawanan telah membunuh atau membuat ribuan warga sipil terlantar di wilayah ini dan di tempat lain.

Banyak penduduk yang telah melarikan diri ke Thailand.

Baca juga: PM Kamboja Kunjungi Myanmar untuk Desakkan Damai

Baca juga: Lebih Dari 30 Orang Tewas Dalam Serangan Biadab di Myanmar, Termasuk Staf Save The Children

Tetapi kondisi yang buruk di kamp-kamp pengungsi di sana telah mendorong beberapa untuk kembali ke sisi perbatasan Myanmar.

Sementara kelompok-kelompok hak asasi manusia telah meminta lebih banyak bantuan untuk para pengungsi.

BERITA REKOMENDASI

Wartawan kantor berita Reuters di sisi Sungai Moei Thailand pada hari Jumat (7/1/2022) melihat sekitar 2.000 pria, wanita dan anak-anak tinggal di bawah terpal di tepi seberang di empat lokasi terpisah.

Seorang wanita dari kamp tersebut, Sabal Phyu telah menyeberangi perbatasan yang dipatroli secara longgar untuk mengumpulkan makanan yang disumbangkan dan air kemasan, sebelum kembali ke sisi sungai Myanmar.

“Di sana, kami menerima sumbangan bantuan yang baik tetapi sangat ramai dan sulit untuk ditinggali. Di sini, kami memiliki lebih banyak kebebasan," kata Sabal Phyu kepada Reuters.

Orang-orang mengungsi di sepanjang Sungai Moei di sisi Myanmar.
Orang-orang yang dievakuasi dari perkemahan di sepanjang Sungai Moei di sisi Myanmar menerima sumbangan makanan dan pasokan dari donor sisi Thailand di tempat penampungan sementara sejak konflik antara militer Myanmar dan KNU†Tentara di Karen State, Myanmar pada 4 Januari 2021. Yan Naing Aung / Anadolu Agency

Sabal Phyu mengatakan dia awalnya menyeberang ke Thailand dengan suami dan empat anaknya tetapi kembali ke daerah perbatasan setelah dimasukkan ke dalam kandang ternak kosong dengan pengungsi lain di dekat kota Mae Sot, Thailand.

Menurut Komite Palang Merah Internasional, sekitar 8.000 pengungsi Myanmar tinggal di tempat penampungan sementara di Thailand,

Ditanya tentang kondisi kamp Thailand, juru bicara pemerintah Thailand Ratchada Dhanadirek mengatakan negara itu mengurus para pengungsi dan menjalankan tugasnya sesuai dengan standar hak asasi manusia internasional.

Badan Pengungsi Perserikatan Bangsa-Bangsa, UNHCR, mengatakan bahwa mereka belum diberikan akses oleh pemerintah Thailand ke situs-situs di Mae Sot di mana para pengungsi ditampung dan juga tidak dapat mengakses sisi perbatasan Myanmar.

UNHCR telah memasok kelambu, alas tidur, selimut, dan masker wajah untuk mendukung respons kemanusiaan yang dipimpin oleh otoritas Thailand.

Kewajiban Kemanusiaan

Wakil direktur Asia di Human Rights Watch mengatakan Thailand perlu berbuat lebih banyak untuk mendukung mereka yang terlantar akibat pertempuran di Myanmar.

“Thailand harus mengakui bahwa kewajiban kemanusiaan mereka kepada pengungsi melibatkan lebih dari sekadar mengizinkan beberapa paket makanan dan obat-obatan melintasi perbatasan,” kata Phil Robertson.

Di tempat lain di Myanmar, ada laporan tentang sebuah desa di divisi Sagaing utara yang diduga diserang pada hari Jumat oleh militer.

Penduduk desa Kan Gyi East di kotapraja Kanbalu terpaksa melarikan diri pada Jumat pagi, ketika pasukan keamanan dilaporkan memukuli penduduk dan menangkap sedikitnya 20 dari mereka.

Baca juga: Kehidupan Muslim Patani di Bawah Pengawasan Ketat Militer Thailand

Baca juga: Aliansi Militer Rusia Tiba di Kazakstan Stabilkan Situasi, AS Beri Peringatan

Pasukan juga membakar rumah dan membunuh ternak, menurut unggahan media sosial, yang mencakup foto-foto yang menunjukkan dugaan menyerang.

Myanmar berada dalam kekacauan sejak militer menggulingkan pemerintah sipil yang dipimpin oleh peraih Nobel Aung San Suu Kyi pada 1 Februari, memicu protes dan bentrokan sporadis di pedesaan antara milisi anti-junta dan tentara.

Menurut kelompok aktivis Asosiasi Bantuan Tahanan Politik, lebih dari 1.400 warga sipil dan pengunjuk rasa telah dibunuh oleh pasukan keamanan Myanmar sejak kudeta

Militer mengatakan angka-angka itu, yang secara luas dikutip oleh organisasi internasional, dilebih-lebihkan.

(Tribunnews.com/Yurika)

Artikel terkait Myanmar lainnya

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas