China dan Rusia Kompak Pasang Badan Lindungi Kazakhstan dari 3 'Kekuatan Jahat'
China menyusul langkah Rusia yang terlebih dahulu menyatakan dukungannya terhadap pemerintah Kazakhstan.
Editor: Malvyandie Haryadi
TRIBUNNEWS.COM, BEIJING - China menyusul langkah Rusia yang terlebih dahulu menyatakan dukungannya terhadap pemerintah Kazakhstan.
Pernyataan sikap dukungan ini disampaikan Menteri Luar Negeri China Wang Yi, pada Senin (10/1/2022) malam waktu setempat kepada Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov melalui panggilan telepon.
Dilansir dari Reuters, Wang juga menegaskan bahwa China sependapat dengan penilaian presiden Kazakhstan yang mengatakan bahwa sumber kerusuhan adalah aktivitas teroris.
Untuk saat ini, China akan sejalan dengan Rusia untuk menghalau kekuatan luar yang berusaha mengganggu Kazakhstan.
"China dan Rusia harus menentang kekuatan eksternal yang mengganggu urusan internal negara-negara Asia Tengah, dan mencegah 'revolusi warna' dan 'tiga kekuatan jahat' dari menyebabkan kekacauan," kata Wang.
Baca juga: Sejarah Kazakhstan, Negara Terbesar di Asia Tengah dan Terbesar Kesembilan di Dunia
China mendefinisikan 'tiga kekuatan jahat' sebagai ekstremisme agama, pemisahan diri teritorial dan terorisme kekerasan.
Bagi China, tiga hal tersebut merupakan penyebab di balik ketidakstabilan di provinsi Xinjiang.
Pada hari Jumat (7/1), Presiden China Xi Jinping telah menghubungi Presiden Kazakhstan Kassym-Jomart Tokayev, dan menegaskan bahwa China menentang kekuatan apa pun yang mengganggu stabilitas Kazakhstan.
Kerusuhan menyusul kenaikan harga bahan bakar di Kazakhstan semakin memburuk dalam beberapa hari terakhir. Gedung-gedung pemerintah di Kazakhstan sempat direbut atau dibakar di beberapa kota pekan lalu.
Pasukan keamanan bahkan telah diberi izin untuk menembak para demonstran yang bertindak di luar kendali.
Pihak berwenang melimpahkan kekacauan tersebut pada kelompok ekstrimis, termasuk dugaan keterlibatan militan Islam yang menerima pelatihan di luar negeri.
Kazakhstan juga telah meminta secara langsung kepada Rusia agar bersedia mengirim pasukan.
Pemerintah mengatakan bahwa pasukan Rusia telah dikerahkan untuk menjaga situs-situs strategis.
Berawal dari pertikaian elite politik