Muncul Spesies Invasif di Antartika, Industri Pariwisata dan Perkapalan Dituding Jadi Biang Kerok
Spesies aslinya telah terpisah selama 15 hingga 30 juta tahun sebelumnya. Oleh karena itu, temuan ini dapat memicu kehancuran ekonomi untuk bidang
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, ANTARTIKA - Sebuah laporan yang diterbitkan oleh Proceedings of the National Academy of Sciences (PNAS) telah mengungkapkan bahwa sektor pariwisata, perikanan, penelitian dan perkapalan yang menghubungkan Antartika ke pelabuhan di seluruh dunia telah memperkenalkan spesies invasif ke benua itu.
Dalam laporan yang dilakukan oleh PNAS, para peneliti mengkonfirmasi bahwa Samudra Selatan, yang mendukung 'biota unik dan mewakili satu-satunya wilayah laut global tanpa invasi biologis yang diketahui', mengalami perubahan biologis yang sangat besar karena adanya perubahan iklim.
Fenomena itu dikombinasikan dengan peningkatan aktivitas pengiriman yang mengancam ekosistemnya saat ini, karena spesies invasif menemukan rumah baru diantara perairannya.
Sebelumnya, 5 pelabuhan utama yang terhubung ke Antartika, termasuk Argentina, Chili, Afrika Selatan, Australia, dan Selandia Baru, telah dipantau untuk tujuan biosekuriti.
Namun pada periode 2014 hingga 2018, para peneliti mulai melihat 58 pelabuhan tambahan yang terkait dengan benua penting itu.
Saat ini, ada laporan yang mencatat bahwa total 1.581 pelabuhan diyakini telah terhubung, baik secara langsung maupun tidak langsung ke Antartika.
Baca juga: Minat Berwisata ke Benua Antartika Diperkirakan Terus Naik, Meski Biayanya Mahal
Dikutip dari laman Sputnik News, Kamis (13/1/2022), menurut Profesor David C. Aldridge dari Departemen Zoologi di University of Cambridge, beberapa spesies invasif yang mengancam ekosistem benua ini diantaranya kepiting pantai Eropa, teritip, remis, dan berbagai jenis alga.
"Untuk saat ini, tundra dilindungi oleh iklimnya yang ekstrem, namun perubahan iklim menciptakan kondisi di Antartika yang semakin layak huni bagi spesies invasif," kata Profesor Aldridge.
Ia menemukan bukti dari data panggilan pelabuhan dan citra satelit yang menunjukkan kapal-kapal di Antartika sebagian besar berasal dari Amerika Selatan, Eropa utara, dan Pasifik barat.
Perlu diketahui, Antartika merupakan ekosistem terisolasi yang tidak mengenal spesies luar.
"Spesies aslinya telah terpisah selama 15 hingga 30 juta tahun sebelumnya. Oleh karena itu, temuan ini dapat memicu kehancuran ekonomi untuk bidang perikanan," papar Aldridge.
Kendati demikian, para ilmuwan tidak meminta diberlakukannya peraturan khusus terkait aktivitas kapal, sedangkan langkah-langkah biosekuriti tambahan akan dapat dilihat di masa depan di pelabuhan pengiriman.
Selain itu, para peneliti juga memperingatkan para pelancong yang ingin berkunjung ke Antartika untuk memastikan bahwa tidak ada organisme invasif yang dapat bertahan hidup di ekosistem yang keras yang mereka angkut ke benua itu melalui pakaian maupun peralatan yang mereka bawa.