Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
DOWNLOAD
Tribun

Rabi yang Sempat Disandera di Sinagoge Texas Pimpin Ibadah, Ucap Syukur atas Keselamatan Para Korban

Rabi yang sempat disandera pria bersenjata di sinagoge di Texas AS, memimpin ibadah dua hari setelah kejadian.

Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Whiesa Daniswara
zoom-in Rabi yang Sempat Disandera di Sinagoge Texas Pimpin Ibadah, Ucap Syukur atas Keselamatan Para Korban
ABC News
Rabi Charlie Cytron-Walker memimpin kebaktian penyembuhan bersama Kongregasi Beth Israel di Southlake, Texas, 17 Januari 2022. 

TRIBUNNEWS.COM - Rabi yang sempat disandera pria bersenjata di sinagoge di Texas AS, memimpin ibadah dua hari setelah kejadian.

Dilansir ABC News, Rabi Charlie Cytron-Walker mempimpin ibadah untuk "mengingat kejadian menyeramkan dan berterima kasih atas hasil yang baik."

Cytron-Walker disambut dengan tepuk tangan di awal kebaktian.

Ia berbicara singkat, berterima kasih kepada penegak hukum, responden pertama, pendeta, pemimpin politik, dan orang-orang di seluruh dunia yang telah memberikan dukungan.

Ia juga berterima kasih kepada "tiga individu luar biasa" yang bersamanya di sinagoge di hari kejadian, mengatakan bahwa mereka berhasil melewati cobaan traumatis.

"Sangat sedikit dari kita yang baik-baik saja, sekarang," katanya.

"Kita akan melewati ini."

Berita Rekomendasi

Baca: Serangan di Sinagoge Texas: Semua Sandera Selamat, Pelaku Dilaporkan Tewas

Rabi Charlie Cytron-Walker memimpin kebaktian penyembuhan bersama Kongregasi Beth Israel di Southlake, Texas, 17 Januari 2022.
Rabi Charlie Cytron-Walker memimpin kebaktian penyembuhan bersama Kongregasi Beth Israel di Southlake, Texas, 17 Januari 2022. (ABC News)

Di akhir kebaktiannya, Cytron-Walker memberikan ceramah emosional, menyebut bahwa insiden itu bisa saja jauh lebih buruk.

Ia pun bersyukur doa duka tidak diucapkan.

Cytron-Walker mengatakan dalam sebuah wawancara dengan CBS News Senin (17/1/2022) pagi bahwa dia menantikan untuk kembali ke rumah ibadahnya, menyebutnya sebagai langkah penting dalam proses penyembuhan.

"Kembali tidak selalu menjadi hal yang mudah," katanya, "tetapi itu adalah hal yang sangat penting."

Rabi Charlie Cytron-Walker memimpin kebaktian penyembuhan bersama Kongregasi Beth Israel di Southlake, Texas, 17 Januari 2022.
Rabi Charlie Cytron-Walker memimpin kebaktian penyembuhan bersama Kongregasi Beth Israel di Southlake, Texas, 17 Januari 2022. (ABC News)

Sabtu (15/1/2022) lalu, rabi tersebut sedang mempersiapkan ibadah Sabat ketika seorang pria mengetuk jendela sinagoge.

Pria tersebut kemudian diidentifikasi oleh FBI bernama Malik Faisal Akram, warga negara Inggris berusia 44 tahun.

Cytron-Walker mengundang Akram masuk untuk minum teh, lalu mendengar bunyi ledakan senjata selama kebaktian Sabat, yang hanya dihadiri oleh segelintir jemaah.

Dia dan tiga jemaah pria lainnya awalnya disandera, tetapi Akram membebaskan salah satu dari mereka.

Cytron-Walker menyuruh yang lain untuk lari sebelum melemparkan kursi ke Akram.

Saat itu, pelaku tampak frustrasi dan memberontak karena tuntutannya tidak dipenuhi, kata rabi itu.

Akram menuntut untuk pembebasan Aafia Siddiqui, ilmuwan asal Pakistan yang diduga terkait dengan Al- Qaeda.

Cytron-Walker dan anggota jemaat lainnya sebelumnya telah mengikuti latihan menembak aktif dari Departemen Kepolisian Colleyville, FBI, Liga Anti-Pencemaran Nama Baik, dan kelompok lokal yang disebut Jaringan Komunitas Aman.

Akram kemudian ditembak mati oleh tim penyelamat sandera elit FBI yang menerobos ke dalam sinagoge.

Aafia Siddiqui, Tahanan yang Diminta Bebas oleh Penyerang Sinagoge Texas, Dijuluki Lady Al Qaeda

Aafia Siddiqui (49), seorang tahanan asal Pakistan yang diminta dibebaskan oleh seorang penyerang sinagoge di Texas, menjalani hukuman 86 tahun atas percobaan pembunuhan tentara Amerika.

Empat orang dibebaskan tanpa cedera, Sabtu (15/1/2022) malam waktu setempat, setelah lebih 10 jam disandera di sebuah sinagoge di negara bagian AS.

Pelaku dilaporkan tewas.

Seorang pejabat AS yang diberi pengarahan tentang masalah tersebut, melaporkan bahwa sang pelaku menyerukan agar Aafia Siddiqui dibebaskan.

Pengacara Siddiqui mengatakan dalam sebuah pernyataan kepada CNN bahwa Siddiqui sama sekali tidak terlibat dalam insiden penyanderaan.

Ia pun mengutuk tindakan pria itu.

Baca juga: Serangan di Sinagoge Texas: Semua Sandera Selamat, Pelaku Dilaporkan Tewas

Baca juga: Rumornya Sudah Meninggal, Pemimpin Al-Qaeda Muncul dalam Video Peringatan 20 Tahun Serangan 9/11

Foto ini diambil pada 15 November 2014, memperlihatkan pengunjuk rasa Pakistan membawa potret Aafia Siddiqui, seorang ilmuwan Pakistan yang saat ini menjalani hukuman penjara di AS. Demonstran menuntutu pembebasannya di Lahore.
Foto ini diambil pada 15 November 2014, memperlihatkan pengunjuk rasa Pakistan membawa potret Aafia Siddiqui "Lady Al-Qaeda" seorang ilmuwan Pakistan yang saat ini menjalani hukuman penjara di AS. (Arif ALI / AFP)

Lantas siapa sebenarnya Aafia Siddiqui?

Dilansir AFP, Aafia Siddiqui merupakan seorang ilmuwan asal Pakistan.

Ia dipenjara pada 2010 karena menyerang tentara Amerika saat berada di Afghanistan.

Ia adalah wanita pertama yang dicurigai memiliki hubungan dengan Al-Qaeda oleh AS, tetapi tidak pernah dihukum karenanya.

Pada usia 18 tahun, Siddiqui melakukan perjalanan ke AS, tempat saudara laki-lakinya tinggal, untuk belajar di MIT, Boston.

Ia kemudian mendapatkan gelar PhD dalam ilmu saraf di Universitas Brandeis.

Tapi setelah serangan teror 9/11 tahun 2001, Siddiqui muncul di radar FBI terkait sumbangan ke organisasi Islam.

Ia juga dikaitkan dengan pembelian kacamata night-vision senilai $10.000 dan buku-buku tentang perang.

AS menduga Siddiqui bergabung dengan Al-Qaeda dari Amerika lalu kembali ke Pakistan di mana dia menikah dengan Khalid Sheikh Mohammed, seorang arsitek serangan 9/11.

Siddiqui juga dijuliki Lady Al-Qaeda.

Di usia 21 tahun, Siddiqui membual kepada teman-teman mahasiswanya bahwa ia akan bangga berada di daftar Orang Paling Dicari FBI, Daily Mail melaporkan.

Sekitar tahun 2003, Siddiqui menghilang bersama ketiga anaknya.

Lima tahun kemudian, Siddiqui muncul di negara tetangga Pakistan yang dilanda perang, Afghanistan, di mana dia ditangkap oleh pasukan lokal di provinsi tenggara Ghazni yang bergolak.

Seruan Kebencian Terhadap Amerika

Saat diinterogasi oleh pasukan AS, Siddiqui mengambil senapan dan melepaskan tembakan.

Ia berteriak dan melontarkan ancaman. 

Para tentara AS selamat tanpa cedera, tetapi dirinya sendiri terluka.

Pemenjaraannya memicu kemarahan di Pakistan.

Para pendukungnya mengklaim bahwa Siddiqui adalah korban rencana rahasia Pakistan-AS.

Sebelumnya, pembebasannya menjadi tuntutan utama para militan, termasuk saat dua krisis penyanderaan di Pakistan serta penangkapan James Foley, seorang jurnalis Amerika yang dipenggal oleh ISIS pada tahun 2014.

Michael Kugelman, seorang analis Asia Selatan, mentweet:

"Siddiqui tidak terkenal di AS, tetapi di Pakistan dia adalah nama besar -- banyak yang memandangnya sebagai korban yang tidak bersalah."

Dalam artikel sebelumnya, Kugelman menggambarkan Siddiqui sebagai sosok kontroversial utama di antara militan Islam.

Ia mengatakan Siddiqui dipandang sebagai "simbol kuat tentang betapa buruknya orang Amerika memperlakukan Muslim yang tidak bersalah dalam kampanye global melawan teror".

Masalah ini tetap menjadi masalah ketegangan jangka panjang antara Pakistan dan AS, mengutip AFP.

Selama kampanye pemilihannya, Perdana Menteri Pakistan Imran Khan, seorang kritikus terbuka atas tindakan AS terkait dengan perang melawan teror, bersumpah untuk membebaskan Siddiqui.

Imran Khan menawarkan untuk membebaskan Shakeel Afridi, yang mendekam di penjara Pakistan atas perannya dalam membantu Amerika melacak pendiri Al-Qaeda Osama Bin Laden di Pakistan.

(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Klik Di Sini!
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas