Taliban Akhirnya Izinkan Perempuan Afghanistan Kembali ke Sekolah Mulai Maret 2022
Taliban mengatakan akan membuka kembali kegiatan belajar di sekolah untuk semua anak perempuan Afghanistan pada 21 Maret 2022.
Penulis: Yurika Nendri Novianingsih
Editor: Nuryanti
TRIBUNNEWS.COM - Pemimpin senior Taliban, Zabihullah Mujahid mengatakan, akan membuka kembali kegiatan belajar di sekolah untuk semua anak perempuan pada 21 Maret 2022, mendatang.
Dia berharap sekolah perempuan di seluruh Afghanistan dapat dibuka kembali pada akhir Maret.
Mujahid akhirnya menawarkan jadwal pertama dimulainya kembali sekolah menengah untuk anak perempuan sejak Taliban merebut kembali kekuasaan pada pertengahan Agustus 2021, lalu.
Pada Sabtu (15/1/2022), Zabihullah Mujahid, juru bicara pemerintah Afghanistan dan wakil menteri kebudayaan dan informasi mengatakan, departemen pendidikan kelompok itu akan membuka ruang kelas untuk semua anak perempuan di Tahun Baru Afghanistan, yang dimulai pada 21 Maret, sebagaimana dilansir Al Jazeera,
Meskipun Taliban belum secara resmi melarang pendidikan anak perempuan, para pejuang kelompok itu telah menutup sekolah menengah anak perempuan dan melarang perempuan dari universitas negeri di beberapa bagian di Afghanistan.
Anak perempuan di sebagian besar Afghanistan tidak diizinkan kembali ke sekolah setelah kelas 7 sejak pengambilalihan Taliban.
Baca juga: Wanita Afghanistan di Kabul Tuntut Taliban Hormati Hak Perempuan dan Minta Hentikan Mesin Kriminal
Baca juga: Gempa Berkekuatan 5,3 SR Guncang Afghanistan Barat, 26 Orang Tewas
Hal itu telah menjadi salah satu tuntutan utama aktivis hak-hak perempuan dan masyarakat internasional selama berbulan-bulan.
Mujahid menyebut bahwa pendidikan untuk anak perempuan dan wanita adalah masalah kapasitas.
“Kami berusaha menyelesaikan masalah ini pada tahun mendatang sehingga sekolah dan universitas dapat dibuka," tambahnya.
Komunitas internasional, yang enggan untuk secara resmi mengakui pemerintahan yang dijalankan Taliban, khawatir kelompok itu dapat memberlakukan tindakan keras yang serupa dengan aturan sebelumnya 20 tahun lalu.
Pada saat itu, perempuan dilarang dari pendidikan, pekerjaan dan kehidupan publik.
“Kami tidak menentang pendidikan,” tegas Mujahid, berbicara di kementerian kebudayaan dan informasi di Kabul.
“Di banyak provinsi, kelas yang lebih tinggi (sekolah perempuan) terbuka, tetapi di beberapa tempat ditutup, alasannya adalah krisis ekonomi dan kerangka kerja, yang perlu kita kerjakan di daerah yang padat penduduk. Dan untuk itu kita perlu menetapkan prosedur baru,” katanya.
Anak perempuan yang lebih tua dari kelas 7 telah diizinkan kembali ke ruang kelas di sekolah negeri di sekitar selusin dari 34 provinsi di negara itu.