PM Jepang Kishida Tekankan Negara Perlu Cek dan Balance Untuk Kapitalisme
PM Jepang Fumio Kishida menekankan bahwa negara harus cek dan balance agar menjadi kapitalisme yang baik agar dapat menekan resiko kerusakan serendah
Editor: Johnson Simanjuntak
Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Jepang
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - PM Jepang Fumio Kishida menekankan bahwa negara harus cek dan balance agar menjadi kapitalisme yang baik agar dapat menekan resiko kerusakan serendah mungkin.
"Sejarah kapitalisme negara terbukti tanpa Cek dan Balance akan mengakibatkan high risk atas dampak atau efek yang besar baik di dalam dan luar negeri dapat merusak negara tersebut," papar PM Kishida pada pertemuan Agenda Davos kemarin malam (18/1/2022) selama kurang lebih 40 menit memberikan sambutan.
Itulah sebabnya, tambahnya, transfer ekonomi dan society ke era yang baru terkait kuat dengan inner circle nilai-nilai demokrasi.
"Dengan kata lain tujuan saya adalah great transformasion kepada masyarakat liberal demokratik di masa depan bagi Jepang," tekannya lagi.
Pada 18 Januari, sekitar pukul 8 malam selama kurang lebih 40 menit, Perdana Menteri Kishida menghadiri pertemuan Agenda Davos yang diadakan secara online dan menyampaikan pidato khusus.
Gambaran acaranya pada awalnya, Perdana Menteri Kishida menekankan tekadnya untuk secara langsung menangani tiga agenda, (1) mengatasi COVID-19, (2) menghidupkan kembali ekonomi Jepang melalui “Bentuk Kapitalisme Baru”, (3) mengejar “diplomasi realisme for a new era”, dalam gaya politiknya dengan mengambil pendekatan agresif dan memperkenalkan kebijakan dengan cepat, dengan menempatkan komunikasi langsung bersama rakyat dan pekerja di garda terdepan.
Selain itu, Perdana Menteri Kishida, setelah menunjukkan tantangan saat ini, menggarisbawahi tekadnya untuk mengubah ekonomi dan masyarakat menuju era baru, sambil melindungi nilai universal demokrasi.
Menekankan pentingnya bagi para pemimpin global untuk bekerja sama untuk mempromosikan reformasi ekonomi dan sosial, Perdana Menteri Kishida menjelaskan rencananya untuk memimpin tren global dengan “Bentuk Kapitalisme Baru” ini, yang menunjukkan contoh nyata bagaimana kapitalisme dapat berkembang.
Perdana Menteri Kishida juga menyatakan bahwa dalam “Bentuk Kapitalisme Baru” ini, dia akan menunjukkan kepada orang-orang gambaran yang jelas dan lengkap tentang tantangan bersejarah yang sedang dihadapi Jepang saat ini dan bahwa dia akan menekankan pentingnya memiliki publik dan swasta sektor-sektor bekerja bersama menuju reformasi, berbagi gambaran lengkap tentang transformasi sosial dan ekonomi, daripada menyerahkan segalanya kepada pasar dan persaingan.
Selanjutnya, ia menegaskan kembali tekadnya untuk mencapai “mesin ganda pertumbuhan dan distribusi” skala penuh, dengan meluncurkan mekanisme baru untuk menginspirasi investasi dan mengubah cara berbagi nilai tambah.
Setelah memperkenalkan kebijakannya untuk membangun masyarakat hijau, mempromosikan digitalisasi, serta investasi pada manusia sebagai kunci untuk menangani bidang-bidang ini, Perdana Menteri Kishida berkomitmen untuk secara berani mengejar transformasi inklusif ekonomi dan masyarakat Jepang dan untuk merancang dan mengimplementasikan sebuah mekanisme yang akan memunculkan usaha rakyat dan mendorong investasi, terutama di bidang-bidang kerawanan dalam perekonomian Jepang.
Profesor Klaus Schwab, Pendiri dan Ketua Eksekutif Forum Ekonomi Dunia menyambut baik partisipasi Perdana Menteri dalam pertemuan tersebut dan menghargai hubungan kerjasama yang kuat dan tahan lama antara Jepang dan WEF. Dia juga mengungkapkan harapannya untuk upaya komprehensif Jepang menuju reformasi ekonomi dan sosial.
Sidang digelar sebagai acara publik. Perwakilan anggota WEF yang menghadiri sesi tersebut menyatakan minat yang kuat pada prioritas kebijakan Jepang dan mengambil bagian dalam pertukaran pandangan aktif dengan Perdana Menteri.
Pemerintah Jepang juga memberikan beasiswa bagi siswa asing dan dapat dimintakan informasinya melalui email: info@tribun.in dengan subject: Beasiswa Jepang.