Korea Utara Luncurkan Rudal Jelajah, Uji Coba Kelima Kali dalam Tahun Ini
Korea Utara luncurkan dua rudal jelajah pada Selasa (25/1/2022) pagi yang disebut sebagai uji coba kelima tahun ini.
Penulis: Rica Agustina
Editor: Nuryanti
TRIBUNNEWS.COM - Korea Utara luncurkan dua rudal jelajah pada Selasa (25/1/2022) pagi, menurut militer Korea Selatan.
Peluncuran tersebut sedang dianalisis oleh otoritas intelijen Korea Selatan dan Amerika Serikat.
Jika terkonfirmasi sebagai uji coba, rudal yang diluncurkan itu akan menandai aksi serupa kelima kali pada tahun ini oleh rezim Kim Jong Un.
Dikutip dari CNN, pada 17 Januari, Pyongyang melakukan uji coba "rudal berpemandu taktis", yang merupakan rudal balistik jarak pendek.
Korea Utara mengklaim telah berhasil menguji coba rudal hipersonik pada 5 dan 11 Januari, dan kemudian apa yang dianggap sebagai rudal balistik jarak pendek dari gerbong kereta pada 14 Januari, kata KCNA.
Baca juga: Korea Utara Pertimbangkan untuk Lanjutkan Uji Coba Nuklir Jarak Jauh
Setelah uji kereta api, juru bicara Kementerian Luar Negeri Korea Utara menegur Amerika Serikat (AS) atas sikapnya terhadap pengembangan senjata Pyongyang.
"Jika AS mengambil sikap konfrontatif seperti itu, DPRK akan dipaksa untuk mengambil reaksi yang lebih kuat dan pasti terhadapnya," kata juru bicara itu, merujuk pada negara dengan nama resminya, Republik Rakyat Demokratik Korea.
Dalam sebuah pernyataan baru-baru ini yang dibawa oleh KCNA, seorang juru bicara membela hak Korea Utara untuk memperkuat senjatanya.
Juru bicara itu mengatakan pengembangan senjata tipe baru baru-baru ini hanyalah bagian dari upayanya untuk memodernisasi kemampuan pertahanan nasionalnya.
Di samping itu, KCNA menyebut Korea Utara tengah mempertimbangkan untuk melanjutkan uji coba nuklir dan rudal balistik antarbenua (ICBM) yang dihentikan sementara di tengah upaya meningkatkan kekuatan militer negara itu untuk melawan AS.
Baca juga: Korea Utara Akui Lakukan Uji Senjata Keempat, Tembakkan 2 Peluru Kendali Taktis, Meski Dilarang PBB
Seruan tersebut merupakan hasil pertemuan politbiro dari partai yang berkuasa di Korea Utara, yang dipimpin oleh Kim Jong Un, Rabu (19/1/2022).
NK News, yang berspesialisasi dalam meliput Korea Utara, mencatat pada Kamis (20/1/2022) bahwa meskipun ada uji coba baru-baru ini, tidak ada yang melibatkan ICBM.
Tetapi dikatakan bahwa Korea Utara menampilkan ICBM barunya, yang disebut Hwasong-17, selama parade militer pada Oktober 2020.
Korea Utara menguji bom nuklir pada September 2017, dan uji ICBM terakhirnya adalah dua bulan setelah itu.
Sementara itu, pada 11 Januari 2022, Korea Utara meluncurkan rudal hipersoniknya.
Baca juga: Korea Utara Uji Coba Rudal yang Diluncurkan dari Kereta Api
Kim Jong Un disebut mengawasi keberhasilan uji coba rudal hipersonik pada hari itu, yang dia klaim akan sangat meningkatkan pencegah perang nuklir negara itu.
Senjata hipersonik, yang terbang dengan kecepatan melebihi Mach 5 atau 6.125 kilometer per jam, setara lima kali kecepatan suara, dapat menimbulkan tantangan penting bagi pertahanan rudal karena kecepatan dan kemampuan manuvernya.
Senjata semacam itu ada dalam daftar keinginan aset militer canggih yang diluncurkan Kim Jong Un awal tahun lalu bersama dengan rudal multi-hulu ledak, satelit mata-mata, rudal jarak jauh berbahan bakar padat, dan rudal nuklir yang diluncurkan dari kapal selam.
Namun, para ahli mengatakan Korea Utara akan membutuhkan bertahun-tahun bersama dengan uji coba yang lebih sukses dan jarak jauh sebelum memperoleh sistem hipersonik yang kredibel.
Dorongan diplomatik yang dipimpin AS yang bertujuan meyakinkan Korea Utara untuk meninggalkan program senjata nuklirnya runtuh pada 2019 setelah pemerintahan Trump menolak tuntutan Pyongyang untuk pencabutan sanksi besar dengan imbalan penyerahan sebagian kemampuan nuklirnya.
Kim Jong Un sejak itu berjanji untuk lebih memperluas persenjataan nuklir yang dia lihat dengan jelas sebagai jaminan terkuatnya untuk bertahan hidup.
Meskipun ekonomi negara itu mengalami kemunduran yang signifikan di tengah penutupan perbatasan terkait pandemi dan sanksi yang dipimpin AS yang terus-menerus.
Baca juga artikel lain terkait Korea Utara
(Tribunnews.com/Rica Agustina)