AS dan Rusia Berdebat tentang Krisis Ukraina di Dewan Keamanan PBB
Amerika Serikat (AS) dan Rusia berdebat tentang krisis Ukraina di Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)
Penulis: Andari Wulan Nugrahani
Editor: Inza Maliana
Biden memperingatkan 'konsekuensi parah'
Setelah sesi PBB, Gedung Putih sekali lagi meminta Rusia untuk menyelesaikan kebuntuan secara diplomatis.
“Jika Rusia tulus menangani masalah keamanan kami masing-masing melalui dialog, Amerika Serikat dan Sekutu dan mitra kami akan terus terlibat dengan itikad baik,” kata Presiden AS Joe Biden dalam sebuah pernyataan.
“Jika sebaliknya, Rusia memilih untuk menjauh dari diplomasi dan menyerang Ukraina, Rusia akan memikul tanggung jawab, dan itu akan menghadapi konsekuensi yang cepat dan berat.”
Pekan lalu, pemerintahan Biden memberikan tanggapan tertulis kepada Moskow yang menguraikan posisi Washington mengenai krisis tersebut.
Amerika menolak permintaan Rusia untuk menghentikan ekspansi NATO ke arah timur tetapi membuka pintu untuk merundingkan langkah-langkah pengendalian senjata di Eropa timur.
Namun pada hari Senin, Nebenzya Rusia sekali lagi mengatakan Ukraina harus dilarang bergabung dengan NATO.
Ia juga mengecam dukungan militer Barat untuk Kyiv, dengan mengatakan bahwa hal itu memicu konflik di Ukraina timur.
Baca juga: Joe Biden Peringatkan Presiden Ukraina Soal Invasi Rusia yang Mungkin Terjadi Februari
Inggris siapkan sanksi
Sementara itu, duta besar Inggris untuk PBB, James Kariuki, menolak penolakan Rusia atas invasi yang direncanakan ke Ukraina.
Ia menyerukan agar Moskow menarik mundur pasukannya.
“Pada tahun 2014, Rusia menyangkal kehadiran pasukannya di Krimea kepada dewan ini. Kenyataannya, tentaranya mencaplok bagian dari Ukraina yang independen dan demokratis,” kata Kariuki.
“Hari ini, Rusia menyangkal bahwa pasukannya merupakan ancaman bagi Ukraina. Tetapi sekali lagi kita melihat disinformasi, serangan siber, dan plot destabilisasi yang ditujukan terhadap negara demokratis yang merdeka.”
Rusia mencaplok Semenanjung Krimea Ukraina pada tahun 2014 dan tak lama kemudian mendukung pemberontakan separatis di timur negara itu, di mana pertempuran telah menewaskan lebih dari 13.000 orang dan membuat jutaan orang mengungsi.
Berita lain terkait dengan Konflik Rusia Ukraina
(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.