Ass Prof Jepang: BA.2 tidak Boleh Dianggap Sebagai Strain Omicron, Perlu Observasi Lebih Detail
Eksperimen baru mengungkapkan bahwa kemampuan BA.2 untuk menyebabkan kerusakan mungkin sebanding dengan galur mutan tradisional, termasuk galur Delta.
Editor: Dewi Agustina
Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Jepang
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Strain turunan baru yang disebut "BA.2", yang merupakan varian dari varian virus corona Omicron, tidak boleh dianggap sebagai jenis strain Omicron. Harus ada penelitian lebih detil dan lebih jauh lagi.
Associate Professor Kei Sato dari Institute of Medical Science, University of Tokyo mengungkapkan hasil penelitian ini dipublikasikan di secara online pada tanggal 16 Februari dalam keadaan "pracetak", yang berarti belum dipublikasikan dalam jurnal medis. Itu belum ditinjau oleh rekan sejawat.
"Virus varian BA.2 tidak hanya menyebar lebih cepat daripada strain konvensional, tetapi juga menyebabkan gejala yang lebih parah dan daya tahan kuat meskipun telah divaksinasi," ungkap Kei Sato.
Eksperimen baru yang dilakukan di laboratorium Jepang mengungkapkan bahwa kemampuan BA.2 untuk menyebabkan kerusakan mungkin sebanding dengan galur mutan tradisional, termasuk galur Delta.
"BA.2 tidak boleh dianggap sebagai jenis strain Omicron. Perlu observasi yang lebih detail," ujarnya.
Seperti strain Omicron, juga diharapkan untuk menghindari kekebalan vaksin.
Efek perlindungan vaksin dipulihkan dengan inokulasi booster (tambahan), dan tingkat ketahanan setelah infeksi berkurang sekitar 74 persen.
Selain itu, BA 2 juga ditemukan resisten terhadap beberapa pengobatan seperti obat antibodi sotrovimab.
Sotrovimab adalah obat antibodi monoklonal yang saat ini digunakan untuk strain Omicron.
Baca juga: 73 Persen Orang Amerika Diperkirakan Kebal terhadap Covid-19 Varian Omicron
Pakar independen biasanya meneliti studi ini sebelum dipublikasikan dalam jurnal medis.
Pracetak akan memungkinkan pembagian hasil penelitian yang lebih cepat, tetapi tidak ada validasi tambahan yang dilakukan pada saat pengeposan.
Kei Sato juga mengatakan bahwa BA.2 juga disebut "omikron siluman" karena karakteristiknya tidak terdeteksi oleh pemeriksaan.
Mengenai BA.2, dia menyarankan bahwa itu akan menjadi tugas mendesak bagi banyak orang terutama pemerintah untuk menetapkan metode deteksi khusus untuk strain.
BA.2 sekitar 30-50 persen lebih menular daripada strain konvensional Omicron.
Sejauh ini, telah terdeteksi di 74 negara dan 47 negara bagian di Amerika Serikat.
Sementara itu beasiswa (ke Jepang), belajar gratis di sekolah bahasa Jepang di Jepang, serta upaya belajar bahasa Jepang yang lebih efektif melalui aplikasi zoom terus dilakukan bagi warga Indonesia secara aktif dengan target belajar ke sekolah di Jepang.
Info lengkap silakan email: info@sekolah.biz dengan subject: Belajar bahasa Jepang.