Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Soal Konflik Rusia dan Ukraina, Pemerintah Indonesia Desak DK PBB Bertindak Cegah Situasi Memburuk

Pemerintah Indonesia merilis penyataan soal konflik Rusia-Ukraina, termasuk mendesak Dewan Keamanan PBB segera bertindak cegah memburuknya situasi.

Penulis: Suci Bangun Dwi Setyaningsih
Editor: Inza Maliana
zoom-in Soal Konflik Rusia dan Ukraina, Pemerintah Indonesia Desak DK PBB Bertindak Cegah Situasi Memburuk
AFP/SERGEI MIKHAILICHENKO
Petugas polisi menahan seorang demonstran selama protes terhadap invasi Rusia ke Ukraina di Saint Petersburg tengah pada 24 Februari 2022. Presiden Rusia Vladimir Putin meluncurkan invasi skala penuh ke Ukraina pada hari Kamis (24/2/2022). Dalam artikel mengulas tentang pernyataan sikap Pemerintah Indonesia terhadap konflik Rusia-Ukraina. 

TRIBUNNEWS.COM – Pemerintah Indonesia mendesak Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) segera bertindak untuk mencegah memburuknya situasi di Ukraina.

Mengingat serangan militer Rusia ke Ukraina masih berlanjut hingga saat ini, Sabtu (26/2/2022).

Terbaru, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky memberitahukan, pasukan Rusia akan berusaha merebut ibu kota Ukraina, Kiev.

Berkaitan hal tersebut, Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) menyampaikan lima pernyataan sikapnya.

Pertama, penghormatan terhadap tujuan dan prinsip piagam PBB dan hukum internasional.

“Termasuk penghormatan terhadap integritas wilayah dan kedaulatan, penting untuk terus dijalankan,” pernyataan sikap Indonesia, dikutip Tribunnews.com dari Kemlu.go.id, (Sabtu (26/2/2022),

Baca juga: 5 Fakta Baru Invasi Rusia ke Ukraina: NATO Kirim Pasukan hingga Muncul Negosiasi Hentikan Perang

"Poin kedua, ialah oleh karenanya, serangan militer di Ukraina tidak dapat diterima.”

Berita Rekomendasi

“Serangan juga sangat membahayakan keselamatan rakyat dan mengancam perdamaian serta stabilitas kawasan dan dunia.”

Ketiga, Indonesia meminta agar situasi ini dapat segera dihentikan dan semua pihak agar menghentikan permusuhan serta mengutamakan penyelesaian secara damai melalui diplomasi.

Keempat, Indonesia mendesak PBB untuk segera mengambil langkah tegas.

“Indonesia mendesak Dewan Keamanan PBB untuk mengambil langkah nyata guna mencegah memburuknya situasi,” bunyi poin keempat.

Kelima, Pemerintah, melalui Kementerian Luar Negeri, telah mempersiapkan rencana evakuasi WNI.

Keselamatan WNI selalu menjadi prioritas pemerintah.

Diketahui, serangan militer Rusia dan Ukraina terjadi pada Kamis (24/2/2022) malam waktu setempat.

Pasukan militer Rusia dikabarkan telah menguasai fasilitas Pembangkit Nuklir Chernobyl di Ukraina, sebagaimana yang diberitakan oleh Tribunnews.com.

"Pasukan Rusia mengambil alih situs tersebut setelah pertempuran sengit pada hari Kamis dengan penjaga nasional Ukraina yang melindungi lokasi itu," kata penasihat presiden Ukraina Mykhailo Podolyak.

"Mustahil untuk mengatakan pembangkit listrik tenaga nuklir Chernobyl aman setelah serangan oleh Rusia," katanya.

Ia mengatakan, dikuasainya Chernobyl merupakan salah satu ancaman paling serius di Eropa saat ini.

"Rusia ingin mengendalikan reaktor nuklir Chernobyl untuk memberi sinyal kepada NATO agar tidak ikut campur secara militer," katanya.

Presiden Rusia Vladimir Putin meluncurkan invasi skala penuh ke Ukraina pada hari Kamis, menewaskan puluhan dan memicu peringatan dari para pemimpin Barat tentang sanksi yang belum pernah terjadi sebelumnya. Serangan udara Rusia menghantam instalasi militer di seluruh negeri dan pasukan darat bergerak dari utara, selatan dan timur, memaksa banyak warga Ukraina mengungsi dari rumah mereka karena suara bom.
Presiden Rusia Vladimir Putin meluncurkan invasi skala penuh ke Ukraina pada hari Kamis, menewaskan puluhan dan memicu peringatan dari para pemimpin Barat tentang sanksi yang belum pernah terjadi sebelumnya. (AFP/KIRILL KUDRYAVTSEV)

Dampak Perang RusiaUkraina Terhadap Indonesia

Berikut ini pengaruh perang Rusia dan Ukraina bagi Indonesia:

- Harga Minyak Mentah Terancam Melonjak

Invasi militer Rusia ke Ukraina yang masih terjadi akan berdampak bagi Indonesia, termasuk sektor perdagangan.

Saat ini, harga minyak mentah dunia melonjak.

Harga minyak mentah Brent naik 2,24 dolar AS atau 2,3 persen menjadi 99,08 dolar AS per barel setelah menyentuh level tertinggi 105,79 dolar AS.

Hal tersebut, dikhawatirkan juga akan mempengaruhi harga minyak mentah Indonesia.

Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik dan Kerja Sama Kementerian ESDM, Agung Pribadi mengatakan, Indonesia Crude Price (ICP) atau harga minyak mentah Indonesia terancam melonjak.

Ia mencatat ICP sudah naik empat kali lipat sejak awal pandemi hingga mencapai 85,9 dolar AS per barel per Januari 2022.

Menurutnya, harga tersebut telah melewati asumsi ICP dalam APBN 2022 yang hanya sebesar 63 dolar AS per barel.

Konflik Rusia dengan Ukraina berpotensi membuat ICP akan kembali naik.

"Kondisi ini semakin membuat tren harga minyak yang sudah meningkat akan semakin meningkat," jelas Agung kepada Tribunnews.com, Jumat (25/2/2022).

Ia menjelaskan, kenaikan harga minyak menjadi perhatian pemerintah.

Terlebih, sebagian minyak mentah dan bahan bakar minyak (BBM) Indonesia masih dilakukan secara impor.

"Kami terus monitor dan perlu menjadi perhatian semua pihak," jelas Agung.

Baca juga: Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky Rilis Peringatan Rusia Akan Merebut Kiev Sebelum Fajar

- Meningkatnya Beban APBN

Sektor pertama yang akan terimbas dari perang Rusia dan Ukraina adalah bidang perekonomian.

"Kalau dari sisi ekonomi, dampak yang akan dirasakan Indonesia adalah meningkatnya beban APBN terkait subsidi BBM, karena harga minyak dunia meningkat tajam. Indonesia yang merupakan importir minyak bumi tentu akan terdampak," kata Ferdi saat dihubungi Kompas.com, Jumat (25/2/2022).

Kenaikan harga minyak juga tentu akan menimbulkan efek domino pada produk-produk yang lain.

"Namun selain itu, kesempatan ekonomi mungkin juga akan muncul, walaupun saya pikir tidak signifikan,”

“Misalnya terkait harga emas yang juga ikut naik belakangan, Indonesia sebagai salah satu negara pengekspor emas tentu akan diuntungkan," jelas Ferdi.

- Memicu Kenaikan Harga Berbagai Komoditas hingga Nilai Tukar Dolar AS

Chief Economist & Investment Strategist PT Manulife Asset Management Indonesia (MAMI), Katarina Setiawan mengatakan pasar langsung menunjukkan reaksi negatif.

Hal tersebut, terjadi saat kondisi Rusia-Ukraina memanas setelah Presiden Rusia Vladimir Putin menginstruksikan operasi militer di Ukraina.

Selain indeks pasar keuangan di berbagai negara terkoreksi, harga minyak dan emas mengalami kenaikan.

Dikarenakan, Rusia merupakan salah satu pengekspor energi, produk pertanian, dan logam terbesar di dunia.  

Menurut Karatina Setiawan, peningkatan ketegangan diprediksi akan memicu kenaikan harga energi dan berbagai komoditas, serta nilai tukar dolar AS yang tentunya akan berdampak pada peningkatan inflasi.

 “Efek domino dari peningkatan inflasi di tengah tingginya angka inflasi global akhir-akhir yaitu memicu terjadinya kenaikan imbal hasil US Treasury, yang akan berdampak terhadap pasar finansial dunia,” kata dia dalam keterangan tertulis, dikutip Tribunnews.com dari Kontan.co.id.

Katarina menambahkan, berkaca dari pengalaman sebelumnya, dampak perang terhadap perekonomian akan berbeda-beda.

Terdapat beberapa faktor yang akan mempengaruhi besar kecilnya dampak perang terhadap pasar.

Seperti negara yang terlibat dalam peperangan, skala dan periode perang, serta kondisi perekonomian negara-negara yang terlibat dan kawasan konflik. 

Mengingat ketegangan antara Rusia dengan Ukraina lebih terbatas dari segi wilayah, dampaknya pun diprediksi akan relatif terbatas.

Biasanya, dampak terhadap pasar finansial akan lebih singkat dibandingkan dampak terhadap perekonomian.  

(Tribunnews.com/Suci Bangun DS/Reynas Abdila, Kontan.co.id/ Hikma Dirgantara, Kompas.com/Irawan Sapto Adhi/Luthfia Ayu Azanella)

Simak berita lainnya terkait Konflik Rusia Vs Ukraina

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas