Jika Rusia Membom Chernobyl, Debu Radioaktif Bakal Menutupi Ukraina, Belarus, dan Negara Uni Eropa
Pasukan Rusia telah merebut pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Chernobyl, yang masih mengandung limbah nuklir dan dapat menimbulkan ancaman bagi
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, KIEV - Pasukan Rusia telah merebut pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Chernobyl, yang masih mengandung limbah nuklir dan dapat menimbulkan ancaman bagi daerah sekitarnya.
Lalu apa yang akan terjadi jika situs itu dibom?
"Pembela kami memberikan hidup mereka, sehingga tragedi 1986 tidak akan terulang," cuit Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy dalam akun Twitternya beberapa jam sebelum pembangkit listrik itu dikuasai Rusia.
Dikutip dari laman Live Science, Senin (28/2/2022), Chernobyl adalah lokasi dari empat reaktor nuklir, tiga diantaranya telah dinonaktifkan, sedangkan yang keempat adalah sumber ledakan bersejarah pada 1986.
Reaktor itu kini dilindungi oleh sarkofagus beton bagian dalam dan cangkang luar baru seberat 32.000 ton.
Selain itu, bahan bakar nuklir bekas dari reaktor lain pun masih tersimpan di lokasi, begitu pula dengan limbah radioaktif dari peralatan yang terkontaminasi.
Meskipun reaktor itu tertutup, radiasi telah mencemari seluruh situs.
Faktanya, lusinan elemen radioaktif diluncurkan ke udara selama krisis, dengan beberapa diantaranya dianggap paling berbahaya bagi kehidupan, termasuk isotop yodium 131, strontium 90, cesium 134 dan cesium 137.
Baca juga: Dikuasai Rusia, Radiasi Nuklir di Chernobyl Mulai Meningkat
Menurut Badan Energi Atom Internasional, isotop strontium dan cesium memiliki waktu paruh yang cukup lama, sehingga masih bertahan di lokasi tersebut.
Saat ini, beberapa tokoh masyarakat telah menyatakan kekhawatiran mereka bahwa penembakan atau bom di masa depan terhadap situs-situs tersebut dapat menyebarkan bahan radioaktif ini jauh melampaui zona eksklusi Chernobyl, daerah terlarang di sekitar bencana, bahkan hingga ke negara-negara tetangga.
Pada Kamis pagi waktu setempat, seorang Penasihat dan mantan Wakil Menteri di Kementerian Dalam Negeri Ukraina, Anton Gerashchenko menuliskan pesannya di jejaring sosial Facebook.
"Jika akibat serangan artileri penjajah, fasilitas penyimpanan limbah nuklir dihancurkan, debu radioaktif dapat menutupi wilayah Ukraina, Belarus, dan negara-negara Uni Eropa," tegas Gerashchenko.
Sementara itu menurut Direktur Keselamatan Tenaga Nuklir di Union of Concerned Scientists, Edwin Lyman, kenyataannya mungkin tidak terlalu mengerikan.
"Bahkan jika ada penembakan yang tidak disengaja dari struktur kurungan itu, saya pikir akan membutuhkan lebih dari itu untuk memobilisasi sejumlah besar bahan radioaktif. Akan sulit bagi saya untuk membayangkan konsekuensi seperti itu," kata Lyman.
Ia kemudian menjelaskan bahwa bahan bakar bekas atau unsur radioaktif yang digunakan untuk bahan bakar pembangkit listrik, terus meluruh menjadi unsur yang lebih stabil, dan dengan demikian, terus melepaskan panas.
"Kekhawatiran paling serius adalah penyimpanan basah bahan bakar bekas, karena itu mungkin jumlah bahan radioaktif paling terkonsentrasi di lokasi. Umumnya, bahan bakar nuklir bekas masih memiliki panas peluruhan. Jadi jika disimpan di gudang basah, harus ada cara untuk menghilangkan panas itu," tegas Lyman.
Bahan bakar itu telah 'menjadi dingin' setidaknya selama beberapa dekade.
"Tapi tetap saja, jika ada gangguan pada pendinginan atau jika ada kebocoran kolam yang menyebabkan air mengalir, maka bahan bakar itu bisa memanas hingga titik di mana ia bisa terbakar. Itu mungkin jadi ancaman terbesar," jelas Lyman.
Namun, pembakaran seperti itu, kata dia, membutuhkan waktu berhari-hari bahkan berminggu-minggu.
Kekhawatiran yang lebih baru melibatkan peningkatan level radiasi di sekitar fasilitas, kemungkinan besar akibat debu radioaktif yang terbawa oleh kendaraan militer.
Lyman menambahkan bahwa jenis debu dan dosis radiasi yang diukur menunjukkan bahwa ini mungkin tidak terlalu menjadi ancaman.
"Kalau resuspensi debu, ini umumnya barang yang tidak terlalu mobile, atau akan tertiup angin. Jadi mungkin partikel tanah yang lebih berat yang tidak menyebar terlalu jauh, itu mungkin lebih menyebabkan peningkatan sementara padangkat radiasi, dan data akan menunjukkan apakah itu benar? Bahkan peningkatan sementara seperti itu mungkin tidak berbahaya bagi kesehatan manusia," kata Lyman.
Baca juga: UPDATE Ukraina dan Rusia Siap Bertemu untuk Dialog Damai, Lokasinya Dekat Fasilitas Nuklir Chernobyl
Kendati demikian, Lyman menganggap peristiwa ini menunjukkan bahwa rencana PLTN perlu mempertimbangkan kemungkinan perang.
"Potensi pembangkit listrik tenaga nuklir untuk menjadi target pada masa perang adalah sesuatu yang benar-benar perlu dipertimbangkan. Terutama saat mereka berbicara tentang perluasan tenaga nuklir ke bagian dunia yang saat ini memiliki wilayah yang lebih tidak stabil," pungkas Lyman.