Negara-negara Tetangga Mulai Khawatir Diserang Rusia Setelah Berhasil Menginvasi Ukraina
Vladimir Putin akan "ingin mengembangkan kebijakan agresifnya, invasinya", kata Mateusz Morawiecki kepada harian Perancis Ouest-France.
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, POLANDIA - Perdana Menteri Polandia Mateusz Morawiecki pada Sabtu (26/2/2022) khawatir Rusia akan menyerang negaranya, Finlandia atau negara-negara Baltik setelah Ukraina.
Dia juga mendesak Eropa untuk melipatgandakan anggaran pertahanan setelah invasi Rusia ke Ukraina.
"Vladimir Putin ingin mengembangkan kebijakan agresifnya, invasinya," kata Mateusz Morawiecki kepada harian Perancis Ouest-France.
"Dia mulai di Georgia, sekarang Ukraina," tambahnya dikutip dari AFP.
"Target berikutnya bisa negara-negara Baltik, Polandia, Finlandia, atau negara lain di sayap timur."
Polandia merupakan bekas negara satelit Soviet dan sekarang menjadi anggota aliansi NATO, juga berbatasan dengan Ukraina.
Baca juga: Mengenal Spetsnaz Fatal Beauty, Pasukan Khusus Wanita Rusia yang Cantik-cantik Tapi Mematikan
Saat Presiden Rusia Vladimir Putin mengerahkan pasukan di perbatasan sebelum menyerang pada Kamis (24/2/2022), Polandia menyambut tambahan pasukan dari NATO yang dipimpin AS.
Namun, pada Sabtu dia mengatakan.
"Kami membutuhkan tentara Eropa yang kuat."
Eropa harus meningkatkan pengeluaran pertahanan dari sekitar 300 miliar euro (Rp 4,8 kuadriliun) hingga 600 miliar euro (Rp 9,7 kuadriliun) per tahun, katanya.
"Ini bukan tidak mungkin dan itu akan membuat Eropa akhirnya memainkan peran utama," kata Morawiecki dalam wawancara yang juga diterbitkan oleh grup media regional Jerman, Funke Mediengruppe.
"Era perdamaian dan ketertiban internasional akan segera berakhir," tambahnya.
"Ini adalah ujian bagi Barat dan cara kita bereaksi terhadap ujian ini akan menentukan masa depan kita, bukan selama bertahun-tahun tetapi beberapa dekade."
PM Polandia lalu mengusulkan untuk tidak mencoret anggaran pertahanan dari aturan keuangan publik Uni Eropa, guna memungkinkan negaranya membelanjakan tiga hingga empat persen dari hasil ekonomi tahunannya untuk pertahanan setelah agresi Rusia.