Google Blokir Aplikasi RT News di Wilayah Ukraina atas Permintaan Pemerintah Kyiv
Perusahaan mesin pencari Google telah memblokir aplikasi Russia Today di wilayah Ukraina. Hal tersebut dilakukan atas permintaan Ukraina.
Penulis: Whiesa Daniswara
Editor: Siti Nurjannah Wulandari
TRIBUNNEWS.COM - Perusahaan mesin pencari Google telah memblokir unduhan aplikasi media milik Rusia, RT News di wilayah Ukraina.
Pemblokiran aplikasi RT News ini dilakukan Google atas permintaan pemerintah di Kyiv.
"Menanggapi permintaan hukum dari pemerintah Ukraina, aplikasi RT News tidak lagi tersedia untuk diunduh di Google Play di Ukraina," kata juru bicara Google, Minggu (27/2/2022), seperti yang dikutip Tribunnews.com dari Reuters.
Atas pemblokiran tersebut, menyebabkan pengguna baru tidak akan bisa lagi mengunduh aplikasi RT News di Ukraina.
Baca juga: Usai Negosiasi di Belarusia Gagal, Rusia dan Ukraina Sepakat Gelar Pertemuan Kedua
Baca juga: Ekonom Minta Waspadai Risiko Pelemahan Rupiah Akibat Ketidakpastian Konflik Rusia-Ukraina
Sementara itu, para pengguna lama dimungkinkan masih dapat mengakses aplikasi RT News, namun tidak mendapatkan pembaruan dari pihak RT News.
Google pada hari Sabtu melarang RT News dan saluran lain menerima uang untuk iklan di situs web, aplikasi, dan video YouTube mereka, serupa dengan langkah Facebook setelah invasi ke Ukraina.
Mengutip "keadaan luar biasa", unit YouTube Google mengatakan "menjeda kemampuan sejumlah saluran untuk memonetisasi di YouTube".
Ini termasuk beberapa saluran Rusia yang berafiliasi dengan sanksi baru-baru ini, seperti yang dilakukan oleh Uni Eropa.
Google kemudian menambahkan, bahwa mereka juga melarang media yang didanai pemerintah Rusia menggunakan teknologi iklannya untuk menghasilkan pendapatan di situs web dan aplikasi mereka sendiri.
Baca juga: Kanada Larang Impor Minyak dari Rusia dan Kirim Senjata Anti-tank ke Ukraina
Baca juga: Menggunakan Bus, 31 WNI Berhasil Dievakuasi dari Ukraina, Seluruhnya Dalam Kondisi Sehat
Selain itu, media Rusia tidak akan dapat membeli iklan melalui Google Tools atau memasang iklan di layanan Google seperti pencarian dan Gmail, kata juru bicara Michael Aciman.
"Kami secara aktif memantau perkembangan baru dan akan mengambil langkah lebih lanjut jika diperlukan," kata Aciman.
Pertempuran Terus Berlanjut
Pertempuran antara Rusia dengan Ukraina terus meningkat, meskipun ada perundingan untuk gencatan senjata.
Dikutip dari BBC, serangan rudal telah menewaskan puluhan warga sipil di Kota Kharkiv, Ukraina.
Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky menyebut pengeboman Rusia di Kharkiv sebagai "kejahatan perang".
Baca juga: Mahkamah Internasional akan Lakukan Penyelidikan atas Dugaan Kejahatan Perang Rusia
Baca juga: Tak Terima Dihujani Sanksi, Federasi Sepak Bola Rusia Tantang Balik FIFA dan UEFA
Ada laporan pertempuran sengit antara Ukraina dengan Rusia di kota utara Chernihiv.
Rusia menyerang Ukraina di beberapa front, tetapi kemajuannya telah diperlambat oleh perlawanan Ukraina.
Dalam sebuah pidato, Zelensky mengatakan ada laporan saksi mata tentang warga sipil yang sengaja menjadi sasaran selama serangan berkelanjutan di Kharkiv.
Video yang dibagikan di media sosial menunjukkan roket mendarat di Kharkiv, dalam apa yang oleh beberapa analis pertahanan digambarkan sebagai tipikal serangan munisi tandan di daerah perkotaan yang padat.
Sementara video lain yang beredar di media sosial menunjukkan kepulan asap besar di sebuah pusat perbelanjaan yang terbakar di Chernihiv, kota lain yang berada di bawah tekanan dari serangan Rusia.
Seorang guru di Chernihiv, Oksana Buryak, mengatakan kepada BBC bahwa situasinya "seperti film horor".
Baca juga: Mantan Dubes RI untuk Rusia: Ukraina & Rusia Sebenarnya Bersaudara, Kenapa Harus Pakai Militer?
Baca juga: Rusia Siapkan Pengepungan Ibu Kota Kyiv: Sirine Meraung-raung, Jalanan di Pusat Kota Mulai Kosong
"Hati kami hancur, kami tidak mengerti apa-apa," katanya.
Di selatan, pasukan Rusia mencoba menguasai pelabuhan strategis utama Mariupol, dekat Krimea yang dicaplok Rusia.
Ukraina membantah laporan bahwa Zaporizhzhia, rumah bagi pembangkit listrik tenaga nuklir terbesar di Eropa, telah jatuh ke tangan Rusia.
Menteri Dalam Negeri Ukraina, Denys Monastyrskyy, mengatakan situasi di seluruh negeri "serius, tetapi stabil".
"Setiap hari musuh mengirim lebih banyak pasukan. Tapi angkatan bersenjata kita yang mulia pada dasarnya menghancurkan segala sesuatu yang datang ke Kyiv," ungkapnya.
Baca juga: Seorang Ibu di Rusia Sedih Anaknya Ditawan Tentara Ukraina, Tak Menyangka Anaknya Dikirim Berperang
Baca juga: Rusia Bombardir Kyiv, Ledakan Bom Seperti Kembang Api, Asap Tebal Membumbung di Penjuru Kota
Kepala hak asasi manusia PBB, Michelle Bachelet, mengatakan jutaan warga sipil dipaksa untuk meringkuk di tempat perlindungan bom darurat seperti stasiun kereta bawah tanah untuk menghindari ledakan.
Sejak invasi dimulai pada minggu lalu, pihaknya telah mencatat 102 kematian warga sipil, termasuk tujuh anak-anak, dan lebih dari 300 terluka.
"Angka sebenarnya, saya khawatir, jauh lebih tinggi," kata Bachelet.
(Tribunnews.com/Whiesa)