Pengerahan Bom Mematikan Termobarik oleh Militer Rusia Jadi Sorotan, Apa Dampaknya di Medan Perang?
Penggunaan bom termobarik atau populer dikenal dengan bom vakum banyak ditentang karena efeknya yang mengerikan.
Editor: Malvyandie Haryadi
TRIBUNNEWS.COM, KYIV - Militer Rusia dikabarkan sudah mengerahkan sejumlah senjata mematikan yang dimiliki, di antaranya bom termobarik 220 mm yang disebut Buratino.
Penggunaan bom termobarik atau populer dikenal dengan bom vakum banyak ditentang karena efeknya yang mengerikan.
Senjata termobarik yang juga dikenal sebagai bom udara, bom bahan bakar, dan bom vakum, disebut jauh lebih kuat daripada bahan peledak konvensional.
Waktu pembakarannya lebih lama, sehingga meningkatkan kapasitas destruktifnya.
Dikutip dari The Guardian pada Minggu (27/2/2022), dalam video yang direkam oleh kru CNN tampak Rusia mengangkut sistem pelontar TOS-1 yang berat menuju perbatasan Ukraina, Sabtu (26/2/2022).
Ada juga video di Twitter yang menyebut TOS-1A pembawa senjata termobarik melintas di Tokmak, Ukraina selatan.
TOS-1 memiliki julukan Buratino, Pinokio versi Rusia, karena hidungnya yang besar.
Sistem peluncur gandanya dipasang pada sasis tank T-72 yang mampu menembakkan roket termobarik menggunakan oksigen dari udara sekitarnya untuk menghasilkan ledakan bersuhu tinggi.
Baca juga: Rusia Desak Google Buka Channel Medianya di YouTube yang Diblokir
Dikutip dari Kontan TOS-1 kali pertama digunakan militer Soviet di Afghanistan, dan yang terbaru dipakai di Suriah.
Pengerahan bom termobarik ini dilakukan ketika pasukan Rusia dan sekutu separatisnya telah menggunakan sistem roket berpeluncur ganda BM-21 Grad di timur dan selatan Ukraina.
Lalu, apakah bom termobarik senjata Rusia yang baru? Tidak. Ide pembuatan senjata ini sudah ada sejak Perang Dunia II, tetapi baru beberapa waktu kemudian dikerahkan.
Pasukan Amerika juga pernah menggunakan senjata termobarik di Perang Vietnam, karena lebih efektif daripada napalm untuk membabat hutan guna mendaratkan helikopter.
Senjata termobarik juga sempat dipakai AS di Afghanistan setelah insiden 9/11 saat memburu Osama bin Laden di gua-gua wilayah pegunungan Tora Bora.
Adapun bom termobarik sebagai senjata Rusia pernah dikerahkan dalam konflik Chechnya lebih dari 20 tahun lalu.
Sepakat Gelar Pertemuan Kedua
Pembicaraan Ukraina dan Rusia yang bertujuan untuk mengakhiri pertempuran telah berakhir tanpa kesepakatan, Senin (28/2/2022).
Seorang pembantu Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan, pembicaraan dengan pejabat Ukraina berlangsung hampir lima jam.
Penasihat utama Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy, Mykhailo Podolyak, mengatakan bahwa pembicaraan difokuskan pada kemungkinan gencatan senjata.
"Pertemuan berikutnya akan berlangsung dalam beberapa hari mendatang di perbatasan Polandia-Belarusia, ada kesepakatan untuk itu," kata Medinsky, seperti diberitakan Al Jazeera, Senin.
Setelah pembicaraan awal antara Rusia dan Ukraina berakhir tanpa hasil, kedua delegasi kembali dari lokasi perundingan di Belarus ke ibu kota mereka untuk berkonsultasi.
Baca juga: Pengamat Barat Remehkan Tentara Rusia yang Tak Mampu Rebut Ibu Kota Kyiv: Mereka Cuma Macan Kertas
Baca juga: Tak Terima Dihujani Sanksi, Federasi Sepak Bola Rusia Tantang Balik FIFA dan UEFA
Menurut seorang anggota delegasi Ukraina, Mihailo Podolyak, Kyiv sedang mengupayakan gencatan senjata di Ukraina dan mengakhiri permusuhan.
“Para pihak mengidentifikasi sejumlah topik prioritas di mana solusi tertentu digariskan,” katanya setelah diskusi berakhir, Senin, dilansir The New York Times.
“Untuk mendapatkan beberapa peluang implementasi dan solusi logistik, para pihak kembali ke ibu kota mereka untuk berkonsultasi," sambungnya.
Mantan menteri kebudayaan yang memimpin delegasi Rusia, Vladimir Medinsky mengatakan, pertemuan berikutnya akan berlangsung sekali lagi di sepanjang perbatasan Ukraina-Belarus dalam beberapa hari mendatang.
Baca juga: Kanada Larang Impor Minyak dari Rusia dan Kirim Senjata Anti-tank ke Ukraina
Baca juga: Mantan Dubes RI untuk Rusia: Ukraina & Rusia Sebenarnya Bersaudara, Kenapa Harus Pakai Militer?
Pertemuan Delegasi Rusia dan Ukraina
Sebelumnya, Ukraina dan Rusia telah sepakat untuk mengadakan pembicaraan di sebuah tempat dekat perbatasan Belarusia.
Pembicaraan itu yang pertama sejak Rusia melancarkan invasi skala penuh ke Ukraina pekan lalu.
Dilaporkan Al Jazeera, pertemuan diadakan tanpa prasyarat dan merupakan hasil dari panggilan telepon antara Presiden Volodymyr Zelenskyy dan mitranya dari Belarusia.
Menteri luar negeri Ukraina dalam pidato yang disiarkan televisi pada Minggu (27/2/2022), mengatakan negaranya tidak akan melepaskan satu inci pun dari wilayah setelah menyetujui pembicaraan dengan Moskow.
Baca juga: FIFA Larang Nyanyikan Lagu Kebangsaan Rusia dan Kibarkan Bendera di Pertandingan Internasional
Baca juga: Enggan Ikut Jatuhkan Sanksi ke Rusia, Perusahaan Energi Jerman E.ON Tolak Tutup Pipa Nord Stream 1
Presiden Zelenskyy sempat menolak Belarus sebagai lokasi untuk pembicaraan potensial.
Zelenskyy pun mendaftarkan kota-kota Warsawa, Bratislava, Istanbul, Budapest atau Baku sebagai tempat alternatif yang memungkinkan.
Sementara itu, Artileri Rusia membombardir distrik perumahan Kharkiv pada Senin, yang menewaskan sedikitnya 11 orang.
Baca juga: Rusia Siapkan Pengepungan Ibu Kota Kyiv: Sirine Meraung-raung, Jalanan di Pusat Kota Mulai Kosong
Baca juga: Daftar Atlet Ukraina yang Ikut Berperang Lawan Rusia, Oleksandr Usyk hingga Lomachenko
Kepala administrasi regional, Oleg Synegubov mengatakan, artileri Rusia telah menggempur distrik perumahan meskipun tidak ada posisi tentara Ukraina atau infrastruktur strategis di sana.
“Ini terjadi pada siang hari, ketika orang-orang keluar ke apotek, untuk membeli bahan makanan, atau untuk air minum. Itu kejahatan,” jelas dia.
Pasukan Rusia merebut dua kota kecil di tenggara Ukraina dan daerah di sekitar pembangkit listrik tenaga nuklir, menurut Kantor Berita Interfax.