PM Jepang Benarkan Terjadinya Serangan Siber terhadap Toyota
Alasan penangguhan operasi adalah karena dua dari empat pabrik di Jepang terkena dampak kegagalan sistem dari mitra bisnis seperti Toyota.
Editor: Dewi Agustina
Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Jepang
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida membenarkan adanya situasi yang menegaskan sebenarnya mengenai serangan cyber akhir-akhir ini.
"Saya mengetahui hal ini mengenai serangan siber kepada Toyota di media. Pemerintah juga mengkonfirmasi situasi yang sebenarnya," ungkap PM Fumio Kishida, Senin (28/2/2022) malam.
Wartawan bertanya apakah serangan dunia maya ini terkait dengan Rusia, dan lainnya.
"Sulit untuk menjawab hal itu jika Anda tidak mengkonfirmasi hubungan dengan Rusia," kata Kishida.
"Tak perlu dikatakan bahwa kami mengakuinya bahwa hal itu terkait dengan undang-undang yang cukup penting," katanya pekan lalu tentang pentingnya RUU baru untuk memperkuat keamanan ekonomi, yang telah disetujui oleh Kabinet.
Selain itu, Toyota Jepang sedang diselidiki apakah dampaknya akan menyebar ke pabrik-pabrik di luar negeri seperti Amerika Serikat, China, dan Thailand.
Perusahaan sedang terburu-buru saat ini untuk segera memulihkan hal tersebut.
Baca juga: Diduga Ada Serangan Siber, Toyota Tangguhkan Operasional Pabrik di Jepang
Namun belum diputuskan pada saat ini apakah akan dapat melanjutkan operasi setelah hari kedua, Rabu (2/3/2022).
Toyota Motor Corporation sendiri telah meminta maaf kepada masyarakat.
"Kami mohon maaf atas ketidaknyamanan yang ditimbulkan kepada pelanggan kami dan pemasok terkait. Kami akan mengambil setiap tindakan yang mungkin untuk mengatasi kekurangan suku cadang dan melakukan segala upaya untuk mengirimkan mobil kepada pelanggan kami sesegera mungkin," demikian pernyataan Toyota.
Hino Motors, grup dari Toyota Motors, juga mengumumkan akan menutup pabrik domestiknya pada tanggal 1 Maret 2022.
Alasan penangguhan operasi adalah karena dua dari empat pabrik di Jepang, pabrik Hamura di Tokyo dan pabrik Furukawa di Prefektur Ibaraki, terkena dampak kegagalan sistem dari mitra bisnis seperti Toyota.
Selain truk, kedua pabrik tersebut memproduksi kendaraan yang dipesan oleh Toyota Motor Corporation.