Apa Itu Bom Vakum? Duta Besar Ukraina di AS Tuding Rusia Gunakan Bom Vakum
Apa itu bom vakum? Duta Besar Ukraina di AS tuding Rusia gunakan bom vakum di Ukraina. Bom vakum dapat menyedot oksigen dari udara sekitarnya.
Penulis: Yunita Rahmayanti
Editor: Pravitri Retno W
“Salah satu hal yang kita ketahui tentang taktik Rusia adalah mereka bersedia menghancurkan segalanya."
“Jelas bahwa Ukraina bersembunyi di beberapa kota karena itu terus berlanjut, Rusia akan semakin banyak menggunakan senjata apa pun yang mereka miliki termasuk senjata termobarik di daerah perkotaan yang dibangun.”
Baca juga: Rusia Terus Menyerang Kota-kota Ukraina, Biden Ancam Putin dalam Pidatonya
Bom Cluster (Bom Tandan)
Selain bom vakum, jenis bom berbahaya lainnya adalah bom cluster atau bom tandan.
Bom tandan atau bom cluster adalah senjata yang terbuka di udara, melepaskan submunisi, atau “bom”, yang tersebar di area yang luas, yang dimaksudkan untuk menimbulkan kehancuran pada beberapa target sekaligus.
Bom tandan dapat dikirim dengan pesawat, artileri dan rudal, menurut Komite Palang Merah Internasional.
Bom ini memiliki tingkat kegagalan yang tinggi untuk meledak, hingga 40 persen dalam beberapa konflik baru-baru ini ditemukan tidak meledak.
Bom yang gagal meledak akan meninggalkan petak-petak tanah yang dipenuhi bom yang bisa meledak kapan saya.
Kehidupan normal di daerah tersebut menjadi berbahaya, terutama di daerah padat penduduk.
Beberapa negara yang sebelumnya dilanda perang menghabiskan waktu bertahun-tahun untuk mencoba membersihkan bom cluster yang tidak meledak.
Apakah Menggunakan Bom Cluster dan Bom Vakum adalah Kejahatan Perang?
Dikutip dari NBC Washington, penggunaan bom cluster dan vakum sendiri tidak melanggar hukum internasional, namun menggunakannya terhadap warga sipil bisa menjadi pelanggaran.
Sebuah konvensi internasional melarang penggunaan bom tandan telah diikuti oleh lebih dari 120 negara yang setuju untuk tidak menggunakan, memproduksi, mentransfer atau menimbun senjata dan membersihkannya setelah digunakan.
Namun, Amerika Serikat, Rusia dan Ukraina belum bergabung dalam konvensi itu.