Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
DOWNLOAD
Tribun

Rumah Sakit Kanker Anak Ukraina di Tengah Invasi Rusia: Kami Tidak Tahu Bagaimana Bertahan Hidup

Di bangsal bawah tanah rumah sakit anak-anak Chernihiv, pasien berjuang melawan kanker di tengah kota mereka dikelilingi pasukan Rusia.

Penulis: Srihandriatmo Malau
Editor: Adi Suhendi
zoom-in Rumah Sakit Kanker Anak Ukraina di Tengah Invasi Rusia: Kami Tidak Tahu Bagaimana Bertahan Hidup
Guardian
Warga lokal Chernihiv bersembunyi di ruang bawah tanah Rumah Sakit Pusat Chernihiv setelah peringatan serangan udara Rusia. 

"Jaga saja anak-anak itu," kata pemilik bisnis.

"Saya mengerti saya tinggal di negara paling indah di dunia, 40 juta orang yang peduli dengan orang-orang yang tidak mereka kenal," katanya.

"Jika Rusia bisa menguasai negara kita, itu hanya ada satu cara, bahwa mereka memutuskan untuk membunuh 40 juta orang, karena negara ini memiliki 40 juta orang yang siap untuk melindunginya," lanjutnya.

Dia bekerja untuk sebuah badan amal, Evum, yang mendukung departemen onkologi pediatrik.

Sekarang dia menjelajahi toko-toko untuk memenuhi persediaan makanan dan memohon bantuan internasional untuk mengeluarkan anak-anak dari zona perang dan mempersiapkan jika perlu untuk berjuang.

Dia membawa senapannya sendiri ke rumah sakit, dan bersama dengan beberapa ayah serta anak-anak, menciptakan unit perlindungan informal.

"Kami di sini dengan senjata kami sendiri, beberapa ayah dari anak-anak ini membawa sesuatu sehingga mereka dapat melindungi diri mereka juga," katanya.

Berita Rekomendasi

"Kami siap untuk memberikan hidup kami sendiri tetapi tidak mau memberikan kehidupan anak-anak ini."

"Saya bekerja untuk anak-anak, karena mereka adalah arsitek, orang-orang yang bisa membangun masa depan. Kita bisa membantu mereka bertahan hidup, sehingga mereka bisa melakukan apa yang harus mereka lakukan di masa mendatang," ucapnya.

Dia tidak menyesal, meskipun ada gejolak minggu lalu dan keyakinan yang berkembang bahwa banyak dari mereka yang bersiap untuk mempertahankan kota mereka, meskipun harus bertaruh nyawa untuk mengalahkan Rusia.

"Setiap kali saya datang ke sini, ke meja ini dan melihat senapan, itu mengingatkan saya pada apa yang terjadi di sini selama enam hari terakhir, rasakan tekanan di dalam diri saya. Saya ingat lagi bahwa seseorang memulai perang di negara saya," katanya.

"Jika saya tidak mati di sini dalam dua minggu ke depan, itu akan menjadi keajaiban," ujarnya.
(Guardian)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Klik Di Sini!
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
×

Ads you may like.

© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas