Batalyon Azov Ukraina Olesi Peluru dengan Lemak Babi, Diduga untuk Melawan Pasukan Muslim Chechnya
Beberapa waktu lalu Garda Nasional Ukraina membagikan video di akun Twitternya yang menunjukkan seorang pria mengolesi pelurunya dengan lemak babi.
Penulis: Ika Nur Cahyani
Editor: Inza Maliana
TRIBUNNEWS.COM - Beberapa waktu lalu Garda Nasional Ukraina membagikan video di akun Twitternya yang menunjukkan seorang pria mengolesi pelurunya dengan lemak babi.
Dilansir Al Jazeera, aksi itu dilakukan anggota Batalyon Azov dan seolah-olah akan digunakan untuk melawan pasukan Chechnya yang mayoritas Muslim.
Diketahui, Chechnya mengerahkan pasukannya ke Ukraina untuk membantu invasi Rusia.
Batalyon Azov merupakan unit militer infanteri sayap kanan ultra-nasionalis yang dilaporkan menganut ideologi supremasi kulit putih dan neo-Nazi.
Unit operasi khusus ini memerangi pasukan separatis Rusia dalam Perang Donbas bersama militer Ukraina pada 2014.
Baca juga: Mengenal Resimen Azov, Neo-Nazi Ukraina yang Ingin Ditumpas Habis Vladimir Putin
Baca juga: Serangan Militer Rusia Hantam Sekolah, Katedral hingga Toko di Kota Terbesar Kedua Ukraina, Kharkiv
Sejak saat itu, Azov dimasukkan ke dalam angkatan bersenjata reguler.
Dalam video yang diposting pada 27 Februari 2022 itu, seorang pria yang memakai penutup kepala terlihat mencelupkan peluru ke dalam sesuatu yang diduga lemak babi.
Pria yang disebut anggota pejuang Azov tersebut melakukan aksinya beberapa kali sambil bicara kepada pasukan Chechnya.
"Saudara-saudara Muslim yang terhormat. Di negara kami, Anda tidak akan masuk surga. Anda tidak akan diizinkan masuk surga."
"Silakan pulang. Di sini, Anda akan menemui kesulitan. Terima kasih atas perhatiannya, selamat tinggal," ujar pria tersebut.
Meskipun diintegrasikan ke dalam militer resmi, para pejuang Azov dilaporkan tetap mengenakan lencana Wolfsangel yang digunakan oleh sejumlah divisi Nazi selama Perang Dunia II.
Presiden Rusia Vladimir Putin sempat menyinggung soal unit-unit semacam ini di dalam militer Ukraina.
Inilah yang memicunya meluncurkan "operasi militer khusus untuk de-militerisasi dan de-Nazifikasi Ukraina".
Militer Rusia dalam jumpa pers juga mengklaim bahwa 'Batalyon Nazi' merupakan bagian penting dari perlawanan terhadap serangan mereka.
Sebelumnya, Ramzan Kadyrov, Kepala Republik Chechnya sekaligus sekutu Putin mengatakan bahwa ia telah mengerahkan pasukan ke Ukraina.
Kadyrov bahkan mendesak masyarakat Ukraina agar menggulingkan pemerintahan mereka.
Perkembangan Invasi Rusia ke Ukraina
Sepekan Rusia menginvasi, PBB mencatat bahwa lebih dari satu juta orang telah meninggalkan Ukraina sejak Putin melancarkan serangan.
"Hanya dalam tujuh hari kami telah menyaksikan eksodus satu juta pengungsi dari Ukraina ke negara-negara tetangga," kata Komisaris Tinggi PBB untuk Pengungsi Filippo Grandi, dalam postingan di Twitter.
"Bagi jutaan orang lainnya, di dalam Ukraina, sudah waktunya bagi senjata untuk diam, sehingga bantuan kemanusiaan yang menyelamatkan jiwa dapat diberikan," tambahnya.
Sementara itu, salah satu kota strategis di Ukraina dikabarkan telah jatuh ke tangan pasukan Rusia.
Wali Kota Kherson di Ukraina, Ihor Kolykhaiev mengatakan bahwa militer negaranya tidak lagi berada di kota.
Ia mengaku bahwa warganya kini harus melaksanakan instruksi dari "orang-orang bersenjata yang datang ke pemerintahan kota".
Ini mengindikasikan bahwa Kherson telah jatuh di bawah kendali Rusia.
Dilaporkan CNN, pengumuman yang diposting di Facebook ini menyusul tekanan militer Rusia terhadap Kherson sejak beberapa hari yang lalu.
Kherson adalah kota penting yang strategis di jalan masuk dari Laut Hitam dengan populasi hampir 300.000 jiwa.
Pada Rabu (2/3/2022) di Kyiv, Wali Kota Kolykhaiev membantah klaim Rusia yang mengaku sudah menguasai Kherson.
Kolykhaiev saat itu menyebut bahwa pasukan Ukraina masih bertempur di beberapa bagian kota.
Baca juga: Wali Kota Kyiv: Konvoi Pasukan Rusia Hampir Mencapai Ibu Kota, Kami Sedang Bersiap Menyambutnya
Baca juga: Kota Kherson Jatuh di Bawah Kendali Rusia, Wali Kota Sebut Militer Ukraina Telah Pergi
Namun menurut postingan terbaru, pasukan Ukraina dikatakan telah pergi.
Wali Kota Kolykhaiev juga mengatakan kepada New York Times dalam sebuah wawancara bahwa sekitar 10 perwira Rusia bersenjata, termasuk komandan pasukan yang menyerang kota, memasuki gedung balai kota pada hari Rabu.
Dia mengaku diberitahu oleh perwira Rusia bahwa mereka berencana untuk mendirikan pemerintahan baru yang serupa dengan yang ada di dua kantong separatis yang didukung Rusia di Ukraina timur.
Jika Kherson sekarang berada di bawah kendali Rusia, itu akan menjadi momen penting dalam konflik, karena akan menandai kota besar pertama yang direbut oleh pasukan Rusia.
(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.